SEMINAR INDODEFENCE “ENSURING REGIONAL STABILITY THROUGH COOPERATION ON COUNTER TERRORISM” 8 NOVEMBER 2018

Kamis, 8 November 2018

Kegiatan seminar Indodefence “Ensuring Regional Stability Through Cooperation On Counter Terrorismdilaksanakan pada tanggal 8 November 2018, di JIExpo Kemayoran, Jakarta. Kegiatan ini dihadiri oleh Delegasi dari Luar dan Dalam Negeri , Pejabat Kemhan, Dirjen Pothan Kemhan dan undangan lainnya. Dalam sambutan Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu disampaikan beberapa hal diantaranya:

foto 1

1. Akar masalah: kawasan dan dunia hadapi teroris generasi ketiga

Saat ini kita diseluruh Kawasan dunia sedang menghadapi Ancaman Teroris Generasi Ketiga. ISIS yang pada mulanya hanyalah kekuatan milisi nasional di Irak yang muncul akibat konflik politik di dalam negeri pasca pemerintahan Saddam Hussien. Berdasarkan data Intelijen ada sekitar 31.500 Pejuang ISIS asing yang bergabung di Syria dan Irak,dari jumlah tersebut 800 berasal dari ASIA Tenggara serta 700 dari Indonesia.

2. Modus baru : ibu ajak anaknya bunuh diri

Pola Operasi dan Taktik Kelompok Teroris ini akan terus Berevolusi dan mengalami Perubahan agar tidak mudah di-deteksi oleh aparat Keamanan. Kelompok ISIS ini menggunakan modus baru serangan Terorisme yang dilakukan oleh satu keluarga utuh dan terjadi dibeberapa tempat di Surabaya serta beberapa aksi Teroris di beberapa wilayah di Indonesia. Sangat tidak masuk akal seorang ibu dapat mengajak anak-anaknya untuk melakukan aksi bunuh diri. Konsep dan Ideologi sesat seperti inilah yang harus kita perangi bersama.

3. Harus kerjasama hadapi teroris: kita harus bekerjasama antar negara dan kawasan.

Melalui kerjasama ini dapat diupayakan kita bersama untuk mencari Format dan platform kerjasama kolektif yang efektif baik yang bersifat strategis maupun operasional. Diperlukan Kerjasama antar Negara” baik secara Bilateral dan Multilateral yang intensif, konstruktif dan konkrit. Implementasi konkrit dan komprehensif bentuk kerjasama tersebut diantaranya adalah Kerjasama antar lembaga pertahanan keamanan; pertukaran informasi dan intelijen; serta kolaborasi kapabilitas militer antar negara pada level strategis; operasional dan taktis.

foto 2

4. Indonesia dengan Bela Negara Deradikalisasi

Pendekatan Soft Power melalui Konsep Bela Negara dan Deradikalisasi “Konsep Bela Negara (Kontra Radikalisme)” Indonesia telah mengambil langkah untuk menjaga “Mindset’ dan Jiwa Bangsa” melalui Pemantapan “Ideologi Pancasila” sebagai satu-satunya “Konsep Ideologi Negara” yang dikemas dengan Kosep Penanaman Kesadaran Bela Negara (Nasionalisme kedalam). Tujuan Bela Negara ini juga adalah penanaman nilai-nilai cinta tanah air; siap Berkorban untuk bangsa dan negara serta berbuat baik dan taat hukum serta menjauhi Paham-Paham Radikal. Konsep ini dibangun agar seluruh Rakyat Indonesia tidak terpengaruh oleh ajakan-ajakan yang memakai kedok Agama Islam sekaligus sebagai kekuatan daya tahan dan daya tangkal terhadap ajakan dan doktrin Paham Radikal, untuk kemudian melawan paham-paham tersebut dengan Ideologi Indonesia Pancasila.

Konsep Deradikalisasi”

Indonesia juga mengedepankan Konsep Deradikaliasi dengan Pendekatan kepada para Ulama dan Tokoh-Tokoh agama; Pengarahan-Pengarahan; Ceramah kepada Ormas-Ormas termasuk Ormas Islam; Pesantren-Pesantren dan melatih kader-kader Bela Negara. Saat ini sudah terbentuk 85 Juta kader Bela Negara dimana pada akhir tahun masa Pemerintahan Presiden Jokowi ditargetkan untuk mencapai 100 Juta Kader dari 260 juta Penduduk Indonesia. Penguatan Kesadaran Bela negara ini dimulai sejak Usia Dini hingga Ke Perguruan Tinggi. Sehingga anak-anak dan generasi muda yang belum terpengaruh akan semakin dikuatkan agar tidak mudah di pengaruhi oleh Ideologi Radikal. Sementara itu, untuk kelompok masyarakat yang telah terpengaruh Ideologi Radikal, Pemerintah Indonesia mengedepankan Konsep deradikalisasi untuk memberikan kesadaran dan pada saatnya dapat dikembalikan kepada Masyarakat; Kemudian untuk anggota Teroris yang tertangkap beserta jaringanya; Pemerintah melakukan upaya Deradikalisasi untuk membersihkan Mindset paham Radikal yag ditanamkan oleh Kelompok Teroris; Namun bagi yang sudah terlalu keras Pemahanan Ideologi Radikalnya dan sulit dikembalikan, maka Pemerintah mengambil langkah keras secara Norma hukum dan memeranginya dengan senjata.

foto 3

5. Harus kerjasama internasional antar kawasan untuk tangkal radikalisme.

Perlu mengembangkan format Kerjasama Deradikalisasi dan Penguatan Mindset dengan mengembangkan metode dan kerangka Kerjasama yang efektif untuk memerangi idelogi Radikal ini, mengingat setiap negara memiliki tantangan dan keunikan tersenidiri dalam Menghadapi ancaman Penyebaran Ideologi radikal ini. Penyampaian pesan melalui radio amatir; media sosial online dan kerjasama antar ulama kedua kawasan menjadi penting untuk di kedepankan. Aparat Keamanan seperti Tentara dan Polisi terus melakukan latihan guna mengantisipasi serangan Teroris.

6. Konsep arsitektur kerjasama keamanan antar kawasan yaitu “ Perluasan Trilateral Dan Kerjasama Intelijen Our Eyes”

Arsitektur Keamanan Baru

Dalam Penanganan Terorisme, disepakati bahwa Negara harus mengambil inisiatif terlebih dahulu sebelum kelompok teroris melakukan aksi serangannya; langkah pertama dari embrio arsitektur kerjasama keamanan regional adalah membentuk sebuah platform kerjasama antar negara di kawasan; dalam hal ini membentuk kerjasama keamanan Trilateral di laut sulu antara Indonesia Filipina dan Malaysia. Keperluan negara ASEAN lainnya untuk bergabung dengan platform ini agar tidak ada celah sedikitpun untuk kelompok teroris ini bergerak di kawasan kita bersama. Kedepan kerjasama Trilateral akan ditingkatkan dengan operasi Darat Gabungan setelah kesuksesan Operasi Maritim dan Operasi Udara Bersama di Laut Sulu.

foto 4

Kerjasama “Our Eyes”

Guna meningkat kemampuan Medeteksi pergerakan Kelompok Militan ini maka kita juga memerlukan kerangka kerjasama pertukaran intelijen antara negara di kawasan guna mendeteksi perjalanan militan asing, Pendirian kamp pelatihan, mengantisipasi penyebaran propaganda melalui media sosial, serta medeteksi aliran dana dan logistik kelompok teroris. Di ASEAN kita telah memilki Kerjasama pertukaran intelijen “Our Eyes” mirip seperti kerjasama “Five Eyes” negara barat yang telah diresmikan menjadi “PLATFORM ASEAN” dalam Pertemuan ADMM dan ADMM Plus tanggal 18-19 Oktober yang lalu di Singapura. Indonesia juga menilai keperluan untuk memperkuat dan memperluas konsep kerjasama “Our Eyes” ini dengan melibatkan Negara-Negara mitra ASEAN lainnya seperti AS; Australia; Jepang mengingat adanya beberapa kebutuhan deteksi kegiatan Teroris dengan alat-alat Komunikasi berteknologi canggih; Sebagai contoh kami memerlukan bantuan Satelit dan UAV serta Drone untuk melakukan penjejakan dan penginderaan terhadap pergerakan dan lokasi kelompok-kelompok teroris di kawasan; mendeteksi jalur logistik dan aliran keuangan dan sumber keuangan seperti dana dari jual beli narkoba, pertambangan dan mencegah propanganda media sosial serta peningkatan kapasitas militer dan polisi melalui latihan-latihan dengan materi khusus.

foto 5

7. Tebunuhnya Bahrun Naim dan Abu Ghaida oleh Amerika Serikat

Saat ini adanya saling bertukar informasi intelijen di wilayah ini. Mitra-mitra dari luar wilayah ini termasuk AS telah memberikan data intelijen dan kepimpinan operasional yang signifikan, yang terakhir adalah AS memimpin operasi kontra terorisme terhadap Bahrun Naim di Ash Shafa, Suriah 8 Juni 2018. Target jangka panjang teroris yang lain adalah Abu Ghaida yang telah terbunuh dalam serangan udara AS di Kashma tanggal 23 Mei 2018. Operasi kontra terorisme terhadap Bahrun Naim dan Abu Ghaida menunjukkan bahwa jangkauan AS akan tetap vital karena ada kecenderungan para pejuang Asing dari Asia Tenggara baru-baru ini mulai bergerak ke Afganistan sebagai teater alternatif setelah Suriah. Pada kesempatan ini Menhan RI berharap dan mengajak Negara sahabat untuk meningkatkan kerjasama internasional melawan terrorisme, dengan bergabung bersama Our Eyes Initiative. Sehingga Our Eyes Initiative dan Kerjasama seperti “TRILATERAL” yang telah dicanangkan sebelumnya, maka kejadian serangan Terorisme di Marawi; Indonesia; Eropa; Pakistan dan Negara-Negara lainnya tidak perlu terjadi.

foto 6

Kegiatan Seminar Indodefence “Ensuring Regional Stability Through Cooperation On Counter Terrorism” ini berjalan dengan tertib. aman dan lancar. (Red bag. Datin)

.

♥ KOMENTAR, SARAN, MASUKAN… KIRIM KE : komentar.pothan@kemhan.go.id

♦ FOTO KEGIATAN KLIK DISINI




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia