DIRJEN POTHAN KEMHAN SEBAGAI PENANGGAP MINERBA CONVEX 2025
Kamis, 16 Oktober 2025Jakarta, 16 Oktober 2025. Direktur Jenderal Potensi Pertahanan (Dirjen Pothan) Kementerian Pertahanan RI, Laksamana Muda TNI Sri Yanto, S.T., menjadi penanggap dalam acara Minerba Convex 2025 yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Kegiatan yang berlangsung di JICC Breakout Room A, Jakarta Selatan, ini mengusung tema “Mineral Kritis dan Strategis untuk Memperkuat Industrialisasi Nasional”. Acara dipandu oleh Ketua Tim Ahli Penyusunan RUU Material Maju DPD RI, Resvani, dan dihadiri sejumlah pejabat serta tokoh penting, antara lain: Direktur Utama Mining Industry Indonesia, Maroef Sjamsoedin; Presiden Direktur PT Sumbawa Timur Mining, Bede Evans; Direktur Utama PT Defend ID, Bobby Rasyidin; Pakar Material Maju Indonesia, Koesnohadi Kuncoro. Acara ini menegaskan kembali peran strategis sektor pertambangan sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional, penggerak hilirisasi industri, sekaligus pilar utama ketahanan energi dan industri strategis nasional.
Dalam tanggapannya, Dirjen Pothan menjelaskan peran ganda Kementerian Pertahanan dalam konteks pengelolaan dan pemanfaatan mineral strategis.
Pertama, sebagai sektor utama pertahanan negara, Kemhan berperan menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa, sekaligus menciptakan lingkungan yang aman bagi pembangunan dan investasi, termasuk bagi industri pertahanan. Kedua, sebagai pengguna material strategis dalam pembangunan pertahanan militer dan non-militer, di mana industri mineral strategis menjadi komponen pendukung yang vital.
Lebih lanjut, Dirjen Pothan menekankan bahwa industri pertahanan membutuhkan material yang kuat dan tangguh untuk menghadapi lingkungan operasi yang penuh tantangan, sehingga ketergantungan terhadap industri bahan dasar dalam negeri menjadi sangat penting. Menurut Dirjen Pothan, komponen pendukung pertahanan meliputi warga negara, sumber daya alam, sumber daya buatan, serta sarana dan prasarana. Sumber daya alam dan buatan tersebut terbagi menjadi logistik wilayah serta cadangan material strategis, yang mencakup alat peralatan dan produk industri lokal khususnya industri pertahanan. Hal ini menunjukkan keterkaitan erat antara penyiapan bahan baku dasar dan proses manufaktur untuk menghasilkan alat peralatan pertahanan yang andal.
Kegiatan ditutup dengan sesi tanya jawab, penyerahan cinderamata, dan penutupan oleh moderator Resvani.
(Red. Bagdatin)