1437 Hijriyah Tahun Perubahan

Rabu, 4 November 2015

b271c145d6dbf5e6c9667ad87c4b79cf.jpg

Tahun Baru Islam 1437 Hijriyah/2015 diharapkan
membawa perubahan pada setiap individu.  Perubahan
semangat pengabdian melalui peningkatan disiplin, kinerja, utamanya peningkatan
kualitas pada aspek mental-rohani, moralitas dan aspek profesionalitas sesuai
tuntutan dan tantangan tugas ke depan.” Demikian salah satu penekanan Dirjen
Renhan Kemhan Marsekal Muda TNI M. Syaugi, S.Sos., M.M. dalam sambutan
Memperingati Tahun Baru Islam 1437 H di Aula M. Sjafruddin Prawiranegara Ditjen
Renhan Kemhan (Rabu, 4 November 2015). Hadir dalam acara ini Ketua Dharma
Wanita Persatuan Ditjen Renhan Kemhan Ibu Luli Syaugi dan Pengurus, para
pejabat eselon serta seluruh anggota Ditjen Renhan yang beragama Islam.

Dirjen juga mengutip al-Qur’an surat al-‘Ashr ayat : 1–3 tentang pentingnya waktu yang pada
dasarnya adalah evaluasi agar setiap individu mengedepankan kebajikan
yang bersumber dari agama yang didasari kesabaran. Hijriyah, lanjutnya adalah
ikhtiar meninggalkan yang negatif menuju yang positif, meninggalkan kegelisahan
dan pesimisme menuju keceriaan dan optimisme.

Dalam
sambutannya, Dirjen juga menyinggung tentang makna keseimbangan hidup. Islam,
tegasnya,
tidak hanya bicara hak dan
kewajiban individu secara vertikal (kepada Allah SWT) tetapi juga hak dan
kewajiban individu secara horizontal
  (kepada sesama manusia). Agama ini sangat universal yang mengajarkan
kepada manusia dalam mengelola keseimbangan antara dunia dan akhirat, lahiriyah
dan bathiniyah. Tidak ada yang lebih diutamakan atau yang diabaikan. “C
arilah apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) dunia…”
(al-Qashash ayat: 77). Demikian Dirjen mengakhiri sambutannya dengan mengutip pesan al-Qur’an.  

Sementara itu Ust. Zaenal Fajri,
S.Pd.I. dalam ceramahnya ustadz muda ini menyatakan bahwa manusia itu dihargai
karena daya ingatnya kepada Allah SWT. Jika manusia ingat kepada Sang Pencipta
dengan menyebut Asma-Nya maka orang tersebut telah memiliki tiga keutamaan
dalam dirinya.
Pertama disana ada
keberkahan
(God Spot) dalam hidup dan rezeki. Kedua, adanya rasa cukup, tidak hanya cukup dalam harta tetapi
cukup dihati.
Ketiga, terhindar dari afad yaitu ketenteraman yang berbeda
antara satu orang dengan orang lainnya.

Jika seseorang ingat akan Allah SWT,
urainya, maka dia akan terproteksi dari amal negatif, dan selalu terhindar dari
segala perbuatan maksiat. Hal ini mengandung nilai hijrah yaitu pindah dari
kemaksiatan menuju kepada kebaikan. Hijrah yang diperlukan saat ini bukan
hijrah secara fisik tetapi hijrah dalam pikiran, hati atau
mindset kita.Hijrah
secara Maknawiy, yaitu harus dilakukan secara bertahap untuk kehidupan yang
lebih baik, tandas ustadz alumni salah satu pesantren di Aceh ini. Bagi pegawai,
hijrah yang harus dilakukan adalah peningkatan etos kerja tahun depan harus
lebih baik dari tahun ini. Dan, Hijrah yang dilakukan harus meliputi empat nilai
yaitu nilai kebaikan, nilai kebenaran, nilai keindahan dan nilai
kesucian.  




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia