Kemhan Gelar Upacara Puncak Peringatan Hari Bela Negara di Monas

Tuesday, 6 January 2015

b6574b01e507ada8b6c3a0f6708315f8.jpg

Jakarta, Jumat tanggal 19 Desember 2014 merupakan Hari Bela Negara yang diperingati secara nasional baik di tingkat pusat maupun daerah. Upacara Puncak Peringatan Hari Bela Negara Tahun 2014 di tingkat pusat diselenggarakan oleh Kementerian Pertahanan, Jumat Pagi (19/12) di Lapangan Silang Monumen Nasional (Monas) Selatan, Jakarta.

Bertindak menjadi Inspektur Upacara Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno dengan Komandan Upacara Atlit Binaragawan Indonesia I Gusti Agung Kusuma Yudha Rai atau yang dikenal dengan panggilan Ade Rai. Upacara ini diikuti perwakilan pegawai dari instansi pemerintah, TNI, Polri, organisasi masyarakat, mahasiswa dan pelajar.

Tampak hadir sejumlah Menteri Kabinet Kerja antara lain Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Menteri Koordinator  Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, Menteri Agama Lukman Hakim, Menteri PAN dan RB Yuddy Chrisnandi dan Menristek dan Dikti M Nasir. Hadir pula Kepala BIN Marciano Norman serta Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama.

Pada kegiatan Upacara ini, dilaksanakan pula penandatanganan Sampul Program Peringatan Hari Bela Negara, Penyerahan Buku Pedoman Umum Pembinaan Kesadaran Bela Negara, Penandatanganan MoU Pembinaan dan Pemberdayaan Menwa oleh empat Kementerian, pengukuhan  Ketua Forum Bela Negara Kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat dan penyerahan tanda penghargaan bela negara.

Bersamaan dengan kegiatan Upacara Hari Bela Negara Tahun 2014 ini, pemerintah melalui Kemhan mencanangkan Gerakan Nasional Bela Negara yang ditandai dengan pengibaran Bendera Merah Putih terbesar berukuran panjang 58 meter, lebar 38 meter dan luas 2.250 meter. Pengibaran Bendera Merah Putih terbesar ini sekaligus mendapatkan penghargaan dari Rekor MURI sebagai bendera terbesar yang pernah dikibarkan.

Pengibaran dilakukan dari gabungan TNI, Polri, dan Pramuka dan dipimpin oleh petinju nasional Chris John yang memberikan aba-aba untuk pengibaran.  Beberapa tokoh nasional dan menteri ikut menarik tali pengibaran bendera, seperti Menko Polhukam Tedjo Edhy Purdjiatno, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, dan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. 

Upacara Puncak Peringatan Peringatan Hari Bela Negara Tahun 2014 di Monas ini juga dimeriahkan dengan beberapa atraksi antara lain atraksi olah raga Paramotor yang melakukan atraksi terbang disekitar Monas dan penampilan atraksi bela diri taekwondo Dari Tim Demo  Taekwondo  Resimen Mahasiswa (Menwa) Indonesia Satuan Sekolah Tinggi Agama Islam Nurul Iman Parung Bogor.

Selain itu, dimeriahkan pula dengan atraksi penampilan marching band dari Menwa Indonesia Satuan Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta dan atraksi Koloni Senapan dari SMA Krida Nusantara Bandung. Terakhir, dimeriahkan dengan atraksi terjun payung free fall oleh para penerjun handal TNI AL, gabungan dari tiga satuan TNI AL yaitu Komando Pasukan Katak, Denjaka dan Yontaifib.

Upacara Puncak Peringatan Peringatan Hari Bela Negara Tahun 2014 ini juga dimeriahkan dengan penampilan grup band Slank yang menyanyikan lagu Kebyar-Kebyar  dan penampilan okerstra TNI AL yang mengiringi lagu-lagu perjuangan membangkitkan semangat dan jiwa juang dalam membela NKRI.

Hari Bela Negara

Pemerintah RI telah mengeluarkan Keputusan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2006 tentang Hari Bela Negara, sebagai hari nasional yang wajib diperingati oleh seluruh rakyat Indonesia. Peringatan Hari Bela Negara yang diperingati setiap tanggal 19 Desember adalah dalam rangka mengenang berdirinya Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) pada tanggal 19 Desember 1958 di Sumatera Barat.

PDRI diprakarsai oleh Mr. Sjarifuddin Prawiranegara bersama sejumlah tokoh saat itu sebagai salah satu upaya mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang nyaris berakhir akibat agresi Belanda kedua. Pada saat itu, Belanda telah menguasai ibukota negara di Yogyakarta yang disertai dengan penangkapan terhadap Presiden RI, Wakil Presiden RI dan sejumlah Menteri.

Peristiwa bersejarah tersebut menunjukan kepada seluruh bangsa Indonesia, bahwa membela negara dalam rangka menjaga kelangsungan hidup bangsa dan negara, tidak hanya diwujudkan dengan mengangkat senjata atau kekuatan militer (hard power) semata. Tetapi, Bela Negara juga dapat diwujudkan melalui bidang lain yaitu dengan kekuatan non militer (soft power) seperti perjuangan politik dan diplomasi sebagaimana yang terjadi pada 19 Desember 1948.

Sumber : Webkemhan




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia