IBADAH RAMADHAN ADALAH IKHTIAR PRIBADI AGAR BERNILAI

Kamis, 14 Maret 2024

Jakarta – 14/03/2024,  Dirjen Renhan Kemhan Laksda TNI Supo Dwi Diantara S.T., M.Tr. Opsla., IPU., M.A. mengadakan buka puasa bersama yang dihadiri oleh Pimpinan Ditjen Renhan Kemhan, bertempat di Gedung M. Sjafruddin Prawiranegara Ditjen Renhan Kemhan Aula Lt. IX Jl. Budi Kemuliaan no 4-6 Jakarta Pusat.

Dalam kata sambutan tunggalnya, Dirjen Renhan Kemhan Laksda TNI Supo Dwi Diantara, menyebutkan tentang pentingnya melaksanakan ibadah Ramadhan. Dirjen menegaskan bahwa, Ramadhan adalah ikhtiar melatih pribadi agar memiliki nilai di hadapan Allah SWT maupun terhadap sesama. Nilai-nilai ketakwaan tercermin dari keseharian yang tidak hanya tampak pada saat bulan Ramadhan saja tetapi pasca Ramadhan. Manfaat berpuasa adalah kesinambungan beribadah, beramal yang berorientasi pada kemanfaatan amaliah pribadi di hadapan Allah SWT dan terhadap sesama umat manusia. Dirjen Renhan mengucapkan banyak terimkasih atas wejangan dan taushiyah bapak K.H. Nur Shofa yang sangat sarat dengan ilmu dan hikmah bagi keluarga besar Ditjen Renhan, baik dalam bekerja di kantor maupun dalam berinteraksi dengan masyarakat lingkungan. Makna yang dapat kita ambil adalah meningkatkan kualitas pribadi baik aspek rohani maupun jasmani bagi seluruh pegawai Ditjen Renhan Kemhan. Wejangan tersebut sangat sesuai dan linear dengan tema acara Buka Puasa Bersama ini yaitu Bulan Ramadhan : Media Peningkatan Kualitas Iman dan Kinerja Pegawai. Demikian harapan Dirjen dalam sambutannya.

Menelusuri keutamaan dan hikmah Ramadhan memang tidak ada habisnya. Banyak hal yang diperoleh ketika seseorang menjalankan ibadah Ramadhan. Puasa itu sendiri sebagai perintah utama yang mewajibkan setiap orang beriman untuk menaati. Ibadah-ibadah lainnya yang melekat dalam bulan ini yang nilainya lebih utama dibanding dengan sebelas bulan lainnya. Qiyamul lail (shalat malam), tadarrus al-Quran, sedekah, doa dan setiap unsur ibadah yang melekat dalam bulan Ramadhan, semua aktifitas valiu dan pahalanya dilipatgandakan.

Berpuasa hakekatnya tidak hanya sebagai perintah, tetapi lebih sebagai kebutuhan umat manusia. Dengan berpuasa sisi kemanfaatan tidak hanya dirasakan secara fisik saja, tetapi juga secara intrinsik. Kesehatan, keteraturan, pengendalian, ketaatan, ritme, keterlatihan dalam segala aspek kehidupan sehari-hari; selain tentu saja, status individu sebagai orang yang bertaqwa yang implementasinya adalah menjadi pribadi-pribadi yang beretika, bermoral, berempati, bersimpati terhadap sesama dan lingkungan. Oleh karenanya orang yang berpuasa dengan benar memiliki derajat ketakwaan tertentu dan paripurna sehingga layak disebut sholeh secara individu dan sholeh secara social.

Itulah pokok-pokok isi taushiyah K.H. Nur Shofa dalam acara Buka Puasa Bersama pimpinan di Ditjen Renhan Kemhan, Kamis, 14 Maret 2024. Labih lanjut Ketua MUI Jakarta Utara itu juga menyinggung hikmah puasa terhadap godaan-godaan duniawi. Kyai Nur, demikian beliu disapa, mengilustrasikan bahwa dalam hal dunia sebaiknya kita memilih zuhud terbaiknya Khullafaur Rasyidin (empat khalifah). Abu Bakar Ash-Shidiq adalah sosok yang tidak suka dengan harta benda dan harta benda pun tidak menyukai khalifah pertama itu. Umar bin Khatab, khalifah kedua, menyukai harta benda tetapi harta benda tidak menyukai dirinya. Adapun khalifah ketiga Ustman bin Affan, beliu menyukai harta benda dan harta benda pun menyukai dirinya. Oleh karena itu khalifah ketiga ini adalah khalifah yang paling tajir (kaya raya) dan paling banyak memiliki investasi dunia dan akhirat dan masih dikelola sampai saat ini. Dicontohkan oleh Kyai Nur antara lain hotel-hotel disekitar Makah dan Madinah serta kebon kurma yang dikelola hingga saat ini adalah berasal dari sumur air yang diwakafkan oleh khalifah yang dikenal sangat dermawan tersebut. Berbeda halnya dengan zuhudnya Ali bin Abi Thalib yang menyikapi harta benda dengan sikap yang terkadang suka terkadang tidak, dan harta pun demikian terhadap khalifah ke empat ini. “Saatnya kita untuk zuhud dengan memilih model khlifah yang mana. Idealnya adalah zuhudnya Ustman bin Affan.” Demikian pungkas Kyai Nur dalam taushiyahnya. /tg




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia