Menhan Meresmikan Operasionalisasi Produksi Ammonium Terbesar di Asia Tenggara

Senin, 18 Juni 2012

1d6797db8acf6337a20951aeb1db2a74Bontang, Kaltim – Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro bersama Ibu Lis Purnomo Yusgiantoro dan pejabat di lingkungan Kemhan, Jumat (15/1) bertolak, ke Bontang, Kalimantan Timur guna meninjau sekaligus meresmikan operasionalisasi Produksi Ammonium Nitrat terbesar di Asia Tenggara. Peresmian ditandai dengan penekanan tombol sirine oleh Menhan bersama, Gubernur Kaltim, Direktur PT. Kaltim Nitrate Indonesia (KNI) dan Walikota Bontang.

Pabrik bahan peledak amonium nitrat terbesar di Indonesia dan di Asia yang diresmikan ini adalah milik PT Kaltim Nitrate Indonesia (PT. KNI). Konstruksi bangunan pabrik produksi bahan peledak tersebut berdiri diatas lahan seluas 10 hektar diarea Kaltim Industrial Estate, Bontang, Kalimantan Timur.

Pabrik yang dibangun sejak tahun 2009 lalu mendapatkan perijinan dari Kementerian Pertahanan atas dasar penerbitan Keputusan Menteri Pertahanan Nomor : KEP/10/M/IV/2008 tanggal 1 April 2008 tentang pemberian izin kepada PT. Kaltim Nitrate Indonesia untuk mendirikan pabrik Ammonium Nitrat. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk mendorong Badan Usaha Bahan Peledak untuk dapat membangun industri Ammonium Nitrat di dalam negeri.

Proyek pembangunan pabrik Ammonium Nitrat PT. KNI merupakan proyek kerjasama antara PT. Armindo Prima dengan Orica Investment (Indonesia) dan dinilai sebagai langkah strategis guna mengurangi ketergantungan akan bahan peledak dari luar negeri. Dengan berproduksinya pabrik Ammonium Nitrat ini maka kebutuhan Ammonium Nitrat di dalam negeri yang selama ini 70% masih dipasok dari luar negeri nantinya akan dipenuhi dari dalam negeri. Disamping itu pendirian pabrik Ammonium Nitrat akan berkontribusi terhadap penghematan devisa negara, membuka lapangan kerja baru, dan menyerap produk industri amonia dalam negeri.

Pada kesempatan peresmian tersebut Menhan juga menandatangani prasasti dan pemakaian helmet secara simbolik kepada Engineer Lokal PT. KNI. Selain itu Menhan dan rombongan juga berkesempatan melihat proses pembuatan amonium nitrat sabagai bahan peledak untuk keperluan kegiatan pertahanan, pertambangan dan konstruksi di Indonesia, yang penggunaannya akan diawasi ketat oleh pemerintah. Disela-sela kunjungan kerjanya, Menhan menyempatkan untuk memberikan pengarahan kepada anggota yang tergabung didalam Asosiasi Bahan Peledak (Handak) yang ada di Indonesia.

Saat mengunjungi Pabrik PT. KNI di Bontang, Menhan, didampingi Irjen Kemhan Laksdya TNI, Sumartono, Dirjen Pothan, Pos. M . Hutabarat, Kabalitbang Kemhan, Prof. Dr. Ir. Eddy S. Siradj, M.Sc, Staf Ahli Menhan Bidang Tekind, Dr. Drs. Timbul Siahaan, M.M, Dirtekind, Brigjen TNi Ir. Agus Suyarso, Karo TU, Brigjen TNI Herry Noorwanto dan Kapuskom Publik Kemhan Brigjen TNI Hartind Asrin. Disamping itu, turut ikut dalam rombongan anggota KRA-25 Lemhannas, seperti, Jend. Pol (P) Rusmanhadi, Marsda TNI (Purn) Ghandy Natasupadma dan Mayjen TNI (Purn) Murwanto.

Sekilas Pabrik Amonium Nitrat di Bontang Kaltim

Proyek pembangunan pabrik Ammonium Nitrat PT. KNI merupakan proyek kerjasama antara PT. Armindo Prima dengan Orica Investment (Indonesia) dengan menelan dana senilai US$ 173 juta. Keberadaan dari Pabrik tersebut juga merupakan langkah strategis guna mengurangi ketergantungan akan bahan peledak dari luar negeri.

Pabrik pembuat ammonium Nitrat ini juga diperkuat dengan melibatkan 160 tenaga kerja yang terdiri dari tenaga engineer, teknisi dan dibantu oleh dua tenaga dari luar negeri. Sementara itu sekitar 80 teknisi sudah menjalani proses training di Australia.

Pabrik Ammonium Nitrat PT. KNI ini merupakan pabrikan kedua setelah pabrikan PT. Multi Nitrotama Kimia (MNK) di Cikampek Jabar yang mampu berproduksi sekitar 140 ton/pertahun. Dengan menggunakan Lisensi teknologi dari UHDE Jerman Kehadiran PT. KNI akan direncanakan mampu memproduksi Ammonium Nitrat sekitar 300 ribu ton per tahun atau sebesar 970 metri ton per hari.

Sehingga diharapkan pada tahun yang akan datang pemenuhan kebutuhan yang semula kebutuhan dalam negeri dapat dipenuhi sekitar 70% dari luar negeri (impor) menjadi hanya sekitar 30% kebutuhan yang diimpor serta dapat memenuhi kebutuhan dunia pertambangan dalam negeri.

Selama ini pemenuhan ammonium nitrate baru sekitar 10%-nya saja yang dapat dipenuhi dari pasokan dalam negeri. Bahan baku utama berupa amoniak (NH3) akan disuplai oleh perusahaan-perusahaan lokal di Kalimantan Timur. Produksi amonium nitrat akan memenuhi kebutuhan pasar domestik akan bahan baku peledak komersil untuk industri pertambangan.

Demikian Siaran Pers Puskom Publik Kemhan

Sumber :  DMC




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia