Kemhan Akan Bentuk Pusdiklat Bela Negara

Jumat, 31 Juli 2015

Dalam rangka mendukung program “Revolusi Mental” pemerintahan Kabinet Kerja yang dalam prespektif Kementerian Pertahanan adalah “Bela Negara”, Menteri Pertahanan telah mendeklarasikan Bela Negara sebagai icon Kemhan. Sebagai implementasinya, Kemhan melalui Badan Pendidikan dan Pelatihan (Badiklat) Kemhan akan membentuk Pusat Pendidikan dan Pelatihan  (Pusdiklat) Bela Negara. Pusdiklat Bela Negara dibentuk dalam rangka mewujudkan pengembangan pendidikan karakter dan jatidiri bangsa Indonesia.

Dalam rangka persiapan pembentukan Pusdiklat Bela Negara, Badiklat Kemhan menyelenggarakan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) sebagai wadah untuk menggali dan memperoleh bahan masukan dari peserta forum, pemerhati dan nara sumber. Kegiatan FGD ini diselenggarakan pada hari Jum’at,  31 Juli 2015 di kantor Kemhan, Jakarta dan dibuka Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu yang sekaligus menyampaikan keynote speech-nya.

Kegiatan FGD antara lain membahas mengenai urgensi dasar pertimbangan dibentuknya Pusdiklat Bela Negara Badiklat Kemhan, bagaimana konsep pembentukan Pusdiklat Bela Negara Badiklat Kemhan yang mampu menghadapi tantangan globalisasi dan bagaimana penyelenggaraan Diklat Bela Negara Badiklat Kemhan yang dapat meningkatkan kesadaran dan kemampuan bela negara.

Kegiatan FGD dengan tema Melalui Pembentukan Pusdiklat Bela Negara Badiklat Kemhan, Kita Tingkatkan Pembinaan Kesadaran dan Kemampuan Bela Negara Dalam Rangka Mendukung Program Prioritas Nawa Cita”, dilaksanakan dalam bentuk diskusi intensif, diikuti oleh stake holder yang terdiri dari Kementerian/Lembaga.

Diskusi ini menghadirkan empat nara sumber yaitu Gubernur Lemhannas  Prof. Dr. Ir. Budi Susilo Soepandji, D.E.A., Staf Ahli Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah Bidang Sosial Ekonomi Pendidikan Dr. Ir. Taufik Hanafi, MUP., Asdep 5/VI Koordinasi Pengelolaan Wilayah Khusus Kemenko Polhukam Brigjen I Dewa Ketut Siangan, S.I.P., dan Pemerhati Bela Negara Drs. Tanribali Lamo, S.H.

Sementara itu,  Menteri Pertahanan dalam keynote speech-nya pada pembukaan kegiatan FGD ini mengatakan, menyikapi perkembangan lingkungan strategis dalam kawasan regional maupun global yang begitu pesat, bangsa Indonesia harus melakukan langkah-langkah antisipatif dalam menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) agar tidak larut dalam gelombang perubahan global.

Berbagai hal positif dapat dimanfaatkan dari globalisasi dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional, namun akan membawa pengaruh negatif apabila bangsa Indonesia tidak siap menerima secara utuh dalam mengikuti perubahan yang sangat cepat tersebut.

Terjadinya perubahan ternyata menimbulkan berbagai permasalahan antara lain permasalahan pertahanan negara, misalnya wilayah perbatasan, disintegrasi bangsa, menurunnya nasionalisme, semangat kebhinekaan dan rasa nasionalisme yang mengarah kepada menurunnya Kesadaran Bela Negara.

Mencermati pengaruh negatif globalisasi tersebut, maka perlu dilakukan langkah-langkah komprehensif melalui upaya pembinaan bela negara yang melibatkan seluruh Komponen Bangsa Indonesia. Langkah dimaksud dilakukan dengan mengembalikan makna dan jati diri bangsa melalui sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang 1945.

Demikian Siaran Pers Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan.




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia