Kemhan Aktif Sosialisasikan Pemahaman Deradikalisasi

Jumat, 4 Maret 2016

Jakarta776696DSC_0555, DMC – Dalam mengahadapi aksi tindakan radikalisme perlu suatu keseriusan, dan dalam hal ini Kementerian Pertahanan mengambil peran aktif melalui Sosialisasi pemahaman Deradikalisasi ke seluruh daerah Indonesia.

Menhan Ryamizard Ryacudu menyatakan dalam beberapa bulan kebelakang ini, dirinya telah melakukan blusukan ke beberapa daerah di Indonesia untuk menjelaskan pemahaman radikalisme yang salah dan yang perlu dirubah dikalangan masyarakat, melalui bahasa yang sederhana agar bisa dipahami. Pernyataan tersebut disampaikan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu saat kegiatan pertemuan silaturahmi dengan awak media massa, Jumat (4/3) di Ruang Balai Media, Kementerian Pertahanan, Jakarta.

Menhan juga menuturkan telah bertemu lapisan masyarakat, mulai dari masyarakat biasa, tokoh agama hingga kalangan akademisi yang ada mulai dari kota hingga pelosok daerah untuk menyampaikan pembahasan deradikalisasi.

” Saya sudah ke Aceh, Ujungpandang dan tempat lainnya serta dalam waktu dekat akan melakukan pertemuan dengan forum Rektor untuk menyampaikan agar seragam dalam bertindak dan menyikapi radikalisme. Saya senang ikut memberikan pencerahan dan mencerdaskan terhadap bangsa ini agar tidak bisa dibodohi oleh paham-paham radikalisme”, ungkap Menhan.

Lebih lanjut  Menhan menekankan pemahaman deradikalisasi perlu disampaikan kepada masyarakat karena pemahaman radikalisme yang mangatakan mati bunuh diri masuk surga, itu suatu kesalahan besar dan harus dirubah.

Saat pertemuan dengan wartawan tersebut Menhan juga menjelaskan bahwa indikasi faham radikalisme yang akan masuk ke Indonesia sudah mulai terbaca sejak 15 tahun yang lalu.

“Dulu 15 tahun yang lalu saya sering ceramah mengenai empat paham besar yang akan masuk menggantikan Pancasila, yaitu Paham Liberal, Komunis, Sosialis dan Radikal. Jika paham ini masuk ke Pancasila maka bangsa ini akan bubar,” jelas Menhan.

Menurut Menhan khusus terkait paham Radikalisme di negara manapun tidak akan baik untuk diterapkan karena kebiasaan untuk membunuh manusia yang tidak berdosa. Aksi Radikal dan Teroris merupakan musuh umat manusia, dan yang menghadapinya adalah seluruh manusia.

Menhan berpendapat  diperlukan adanya kepekaan dari masyarakat di daerahnya masing-masing terhadap hal-hal aneh yang berpotensi terjadi terkait dengan tindakan radikalisme dan terorisme.

Oleh karena itu, Menhan menuturkan untuk memahami dan mengetahui informasi seputar pergerakan radikalisme dibutuhkan banyak kegiatan intelejen. Dengan banyak intelejen dan banyak informan yang tersedia maka situasinya cepat dapat diketahui dan diatasi. Namun tidak menutup juga kemungkinan adanya warning atau peringatan dari pihak luar yang perlu disikapi.

Sehubungan dengan masalah intelejen, Menhan mengatakan dalam waktu dekat Kementerian Pertahanan akan membangun Badan Intelejen karena pada kondisi yang ideal Kementerian Pertahanan di seluruh dunia telah memiliki badan intelejen tersendiri.

Bagaimana merumuskan kebijakan umum pertahanan negara jika tidak terdapat intelejen ?  “Kemhan tanpa intelejen itu tidak mungkin, membuat strategi dan kebijaksanaan pertahanan yang bersifat strategis itu dari mana didapat kalau tidak dari intelejen. Kitapun sudah mensosialisasikan dengan berbagai instansi seperti Polisi, TNI, BIN dan badan intelejen lainnya dan akhirnya semua mendukung,” ujar Menhan.

Pertemuan silaturahmi yang digagas Puskom Publik Kemhan dilaksanakan dalam rangka membina hubungan kekeluargaan dan membangun komunikasi antara Menhan dan pejabat Kemhan dengan para awak media massa. Saat yang bersamaan Menhan juga berkesempatan untuk memperkenalkan Laksdya TNI Widodo sebagai pejabat Sekretaris Jenderal Kemhan yang baru kepada media massa. (MAW/JLY).




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia