Menhan RI: Perlu Komitmen Bersama Untuk Hadapi Ancaman Terorisme dan Radikalisme

Rabu, 7 Februari 2018

Menhan di RajaratmanSingapura – Saat ini semua negara di kawasan dan di berbagai belahan di dunia (across the globe) sedang menghadapi potensi ancaman yang sangat-sangat nyata. Potensi ancaman tersebut yaitu terorisme dan radikalisme generasi ketiga paska Al-Qaeda dan paska DAESH yang telah dihancurkan di Irak dan Syria, Timur Tengah.

Penanganan ancaman ini memerlukan komitmen dan tindakan bersama yang konkret dan serius. Demikian diungkapkan Menhan RI Ryamizard Ryacudu saat memberikan kuliah umum di Universitas Rajaratnam di Singapura, Rabu (7/2). Kunjungan kerja ini selain bertatap muka dengan rektor, mahasiswa dan staf ahli kontra terorisme, juga untuk memberikan pandangan terhadap “Strategi Pertahanan Negara dalam Menghadapi Perkembangan Terorisme dan Radikalisme di Kawasan ASEAN”.

Menurut Menhan kelompok DAESH Divisi Asia Timur yang berbasis di Asia Tenggara ini memiliki jaringan serta kegiatan yang tersebar dan tertutup. Setelah terdesak dari Timur tengah, maka kawasan Asia Tenggara, khususnya Filipina Selatan dan Laut Sulu telah dipilih untuk dijadikan sebagai salah satu basis kekuatan ISIS yang telah ikut memicu aksi-aksi teror lain di kawasan Asia Tenggara

Belajar dari pengalaman di Filipina Selatan, lanjut Menhan, kita juga menyadari bahwa penanganan terorisme tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri tetapi harus dilakukan bersama-sama serta melibatkan mitra-mitra dikawasan. Hal ini dilandasi fakta bahwa jaringan terorisme yang ada selama ini telah lama terbangun melalui jaringan-jaringan global dan tidak mengenal batas negara (borderless), sehingga untuk mengatasinya juga dibutuhkan pemikiran-pemikiran yang bersifat global pula. Selain itu diperlukan penanganan kolektif dan tindakan bersama-sama melalui kolaborasi kapabilitas dan interaksi antar negara yang intensif, konstruktif dan konkrit.Rajaratman2

Indonesia bersama Malaysia dan Filipina telah terlebih dahulu melaksanakan kegiatan kerja sama yang konkrit antara lain kerja sama Trilateral di Laut Sulu dengan kegiatan patroli terkoordinasi di laut dan udara. Kedepannya akan dilanjutkan dengan patroli terkordinasi di darat yang kesemuanya ditujukan untuk membendung dan mengeliminir pengaruh dan infiltrasi DAESH dan segala bentuk aksi terorisme dan radikalisme yang berusaha masuk ke kawasan Asia Tenggara. Dalam kesempatan tersebut, Menhan RI mengapresiasi peran Singapura dan Brunei sebagai observer dari trilateral ini.

Dalam kuliah umumnya Menhan RI mengungkapkan bahwa untuk mengantisipasi potensi ancaman tersebut, maka enam negara yaitu Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura, Fiipina dan Thailand sepakat untuk melaksanakan kerja sama baru dengan nama “Our Eyes.” “Our Eyes” yaitu inisiatif kerjasama pertukaran Informasi strategis yang melibatkan unsur pertahanan atau militer dan jaringan intelijen secara terintegrasi.

Inisiatif ini telah diresmikan dan dideklarasikan dalam Joint Statement di Singapura pada Pertemuan Menteri-menteri Pertahanan ASEAN 2018 (ADMM Retreat).  Konsep ini adalah murni kerjasama untuk mengatasi ancaman terorisme dan radikalisme di kawasan tanpa adanya agenda politik didalamnya.   (ERA/JLY)




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia