Ekskursi Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Indonesia dengan tema Kebijakan Keamanan dan Transformasi Pertahanan di Ditjen Strahan Kemhan
Selasa, 28 Oktober 2025
Jakarta – Dirjen Strahan Kemhan RI Mayjen TNI Agus Widodo, S.IP., M.SI didampingi Para Direktur Ditjen Strahan Kemhan menerima kunjungan mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional Universitas Indonesia dalam rangka kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Jakarta, Senin (27/10).
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa mengenai kebijakan strategis pertahanan negara, serta arah transformasi pertahanan Indonesia menuju kekuatan yang modern, mandiri, dan berdaya saing.
Dalam pemberian kuliah umumnya, Dirjen Strahan Kemhan menjelaskan bahwa fungsi utama lembaga ini adalah merumuskan dan melaksanakan kebijakan strategis pertahanan, termasuk penyusunan doktrin pertahanan negara (Hanneg), strategi pertahanan, buku putih pertahanan, serta rencana jangka panjang pembangunan kekuatan TNI.
“Transformasi pertahanan menjadi prioritas nasional. Melalui modernisasi TNI dan penguatan industri pertahanan dalam negeri, Indonesia menargetkan kemandirian sistem pertahanan yang tangguh dan adaptif terhadap perkembangan teknologi global,” jelas Dirjen Strahan.
Program modernisasi tersebut meliputi tiga fase utama pembangunan kekuatan pokok TNI: Minimum Essential Force (MEF) 2010–2019, Essential Force 2019–2024, dan Optimum Essential Force (OEF) 2025–2044.
Tahap OEF akan berfokus pada kemandirian pertahanan di pulau-pulau besar dan strategis, dengan penguasaan teknologi utama seperti pesawat tempur, kapal selam, roket, peluru kendali, radar, kendaraan lapis baja, dan sistem nirawak.
Selain itu, Ditjen Strahan menekankan pentingnya penguatan industri pertahanan nasional agar menjadi maju, kuat, mandiri, dan berdaya saing. Upaya ini dilakukan melalui:peningkatan riset dan pengembangan teknologi rancang bangun dan produksi;diversifikasi bidang usaha dan MRO alat pertahanan; serta peningkatan daya saing produk dan tata kelola industri nasional.
Sejalan dengan kebijakan umum pertahanan negara 2025–2029, Ditjen Strahan juga menyoroti pentingnya kesiapan menghadapi tantangan pertahanan di era digital, termasuk ancaman siber, ruang angkasa, dan teknologi baru seperti kecerdasan buatan (AI), big data, dan sistem robotik.
“Pertahanan negara tidak lagi hanya berfokus pada dimensi militer, tetapi juga pada aspek nonmiliter seperti siber dan teknologi luar angkasa. Interoperabilitas dan penguasaan teknologi menjadi kunci daya tangkal masa depan,” tegasnya.
Kegiatan KKL ini juga menjadi ajang dialog interaktif antara mahasiswa dan pejabat Ditjen Strahan mengenai peran diplomasi pertahanan Indonesia dalam mewujudkan politik luar negeri bebas aktif yang berorientasi pada kerja sama saling menguntungkan dan membangun rasa saling percaya di tingkat regional maupun global.
Melalui kegiatan ini, mahasiswa diharapkan memperoleh pemahaman komprehensif mengenai strategi pertahanan Indonesia dan arah kebijakan modernisasi TNI menuju Optimum Essential Force 2044. ($)
Dokumentasi : Klik Disini
