MENENGOK MASA DEPAN KERJA SAMA INDONESIA-JERMAN

Senin, 16 Juli 2012

Oleh Panca Hari P

Jakarta, Bertepatan dengan 60 tahun usia hubungan diplomatik Indonesia dan Jerman kerja sama kedua negara memasuki hubungan yang lebih erat ditandai dengan kesepakatan kerja sama komprehensif dan strategis.
Kunjungan Kanselir Jerman Angela Merkel ke Jakarta pada awal Juli 2012 bukan hanya merupakan kunjungan balasan atas kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Jerman pada 2009 namun juga untuk memberikan pesan bahwa hubungan kedua negara memasuki era yang lebih erat dibandingkan sebelumnya.

“(Kunjungan ini, red.) penting karena sepakat meningkatkan kerja sama dan kemitraan pada masa mendatang meskipun saat ini hubungan kedua negara dalam keadaan yang baik,” kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam keterangan pers di Istana Merdeka Jakarta, usai melakukan pertemuan bilateral dengan Kanselir Jerman Angela Merkel.

Presiden mengatakan, “Kunjungan ke Indonesia ditandai dengan (kesepakatan, red.) kemitraan komprehensif.” Indonesia sendiri, kata Presiden, menyampaikan prioritas kerja sama dengan formula “5+3″ sebagai sektor utama dalam kerja sama komprehensif di antara kedua negara.

Lima sektor yang menjadi prioritas dalam kerja sama tersebut adalah ekonomi, kesehatan, bidang pendidikan, riset dan teknologi, serta kerja sama pertahanan.Tiga hal lainnya adalah pertanian, pangan, dan transportasi.Deklarasi Jakarta, sebutan bagi kesepakatan kerja sama komprehensif antara Indonesia dan Jerman mencantumkan kerja sama di bidang politik, pertahanan dan kerja sama keamanan.

Kerjasama di bidang perdagangan, investasi dan pembangunan. bidang kesehatan, pendidikan, sosial dan budaya. Kerja sama di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta bidang lingkungan serta energi terbarukan Yang menarik dari kerja sama komprehensif ini, selain melingkupi kerja sama antara pemerintah dan antara dunia usaha juga mendorong kontak yang lebih intensif antar warga negara dari kedua negara.

Deklarasi Jakarta Deklarasi Jakarta yang merupakan pijakan dari kerja sama strategis dan komprehensif antara Indonesia dan Jerman memiliki visi kerja sama dengan memanfaatkan globalisasi perekonomian dan berkontribusi bagi penyelesaian permasalahan global sesuai dengan peran dan kemampuan masing-masing negara.

Salah satu butir dari kerja sama yang akan dikembangkan adalah upaya bersama untuk menindaklanjuti perjanjian partnership antara Indonesia dan Uni Eropa yang sudah diratifikasi oleh Indonesia dan Jerman serta mendorong negara anggota Uni Eropa lainnya meratifikasi perjanjian tersebut.

Di bidang perekonomian serta perdagangan salah satu point kerja sama yang akan dikembangkan adalah dalam rangka ketahanan pangan dan ketahanan energi melalui saling bertukar pengalaman dan juga teknologi serta bantuan teknis. Di bidang pariwisata, Indonesia dan Jerman sepakat untuk saling mendorong kemajuan industri kreatif dan turisme melalui penyelenggaraan pameran pariwisata, pengiriman delegasi seni dan juga keikutsertaan Indonesia dalam International Touris Fair di Berlin.

Kedua negara juga sepakat mengembangkan sektor kesehatan melalui kerja sama teknologi, bantuan pelatihan manajemen rumah sakit, penyediaan tenaga kesehatan dan pengembangan obat-obat tradisional berdasarkan riset.

Seluruh kerja sama yang tertuang dalam deklarasi Jakarta itu diharapkan mampu memberikan keuntungan di kedua belah pihak. Indonesia saat ini selain tengah mendorong adanya investasi di dalam negeri juga memerlukan penguasaan teknologi yang bisa didapat dari Jerman.

Di sisi lain, Jerman yang kini tengah berada dalam krisis Euro yang sudah berlangsung hampir setahun lebih memerlukan stimulus ekonomi melalui perdagangan dengan negara lain khususnya di kawasan lain yang relatif kecil terkena imbas krisis Euro.Tank Leopard Isu lain yang menarik dari kerja sama ini adalah rencana Indonesia membeli peralatan militer dari Jerman. Pembelian Tank Leopard menjadi isu yang cukup hangat dalam hal ini.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan tidak perlu ada yang dirisaukan terkait rencana pemerintah membeli tank Leopard produksi Jerman, karena peruntukannya memang diperlukan untuk menjaga kedaulatan dan pertahanan nasional.”Saya pastikan semua itu terbuka dan transparan, kami tidak pernah menggunakan tank tempur untuk menembaki rakyat kami. Dan itu harapan kami dengan harapan peacefull, dan sebuah negara memerlukan minimum essential force,” kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono usai melakukan pertemuan bilateral dengan Kanselir Jerman Angela Merkel.

Kepala Negara mengatakan kerja sama pertahanan Indonesia dengan Jerman memiliki dimensi yang luas, selain pelatihan, saling mengunjungi dan juga bidang industri pertahanan juga dilakukan pembelian peralatan pertahanan yang belum bisa diproduksi di dalam negeri.

“Di ASEAN tidak ada lagi hostility tetapi terus terang 20 tahun Indonesia tidak memodernisasi senjata kami sehingga negara kami tertinggal, padahal Indonesia negara besar dan ekonomi besar di Asia saat ini,” kata Presiden.

Kerja sama pertahanan merupakan salah satu sektor yang disepakati oleh Indonesia dan Jerman yang dituangkan dalam Deklarasi Jakarta sebagai upaya peningkatan level kerja sama komprehensif.Di bidang pertahanan meliputi pelatihan militer, penelitian dan pengembangan, pelatihan bagi tanggap bencana, logistik militer, pelatihan kesehatan militer dan juga pelatihan misi pemeliharaan perdamaian.

Sebelumnya, Kementerian Pertahanan (Kemhan) memastikan membeli Tank Berat (Main Battle Tank) Leopard dari Jerman sebanyak 100 unit dalam rangka modernisasi alat utama sistem senjata TNI Angkatan Darat, padahal sebelumnya Kemhan berencana untuk membeli Tank Leopard dari Belanda.

“Kita telah putuskan membeli Tank Leopard dari Jerman dengan pertimbangan memperoleh kepastian waktu dan target dari volume peralatan militer yang kita perlukan,” kata Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin kepada wartawan di Kantor Kemhan, Jakarta, Senin (2/7) Rencana pembelian MBT Leopard dari Belanda, kata Wamenhan, dihentikan dan difokuskan kepada proses pengadaan pembelian tank yang berasal dari Jerman, sehingga dapat berjalan lancar.

Ia menjelaskan bahwa pertimbangan pembelian Man Battle Tank Leopard dari Belanda tidak diteruskan karena adalah faktor kepastian dari waktu yang diperlukan, namun pihak Belanda tidak memberikan suatu jawaban. Sjafrie menjelaskan bahwa alokasi anggaran untuk pembelian 100 unit Tank Leopard sebesar 280 juta dollar Amerika Serikat, dengan sistem pinjaman luar negeri, di mana proses pengadaan melalui ‘grand book’ maupun ‘blue book’ baik dari Bappenas maupun Kementerian Keuangan.

Saat ini, katanya, proses dilakukan secara akselerasi dan pararel sehingga dalam waktu satu minggu akan segera memperoleh kepastian-kepastian dari aspek pengadaan dan pembiayaan.Tentu saja diikuti oleh aspek pengawasan yang dilaksanakan oleh tim pencegahan dan penyimpangan pengadaan barang dan jasa dengan melibatkan BPKP, LKTP, Itjen Kemhan, Mabes TNI dan Angkatan, kata Sjafrie.”Jumlah yang diinginkan dalam pengadaan tank ini sekitar 100 unit. Kita inginkan 15 unit sudah di berada Indonesia pada Oktober 2012 nanti,” ujarnya.

Sumber  :   Antara




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia