INTEGRASI TEKNOLOGI MILITER MODERN UNTUK STRATEGI PERTAHANAN INDONESIA

Tuesday, 10 December 2024

Pendahuluan

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki posisi strategis yang berada di jalur pelayaran internasional seperti Selat Malaka. Jalur ini menjadi salah satu urat nadi perdagangan global, sehingga pertahanan wilayah Indonesia menjadi prioritas penting dalam menjaga stabilitas kawasan. Namun, situasi keamanan regional terus berubah, terutama dengan ketegangan di Laut China Selatan. Hal ini mendorong Indonesia untuk memodernisasi pertahanannya agar mampu menghadapi tantangan tersebut tanpa kehilangan kemandirian strategisnya.Modernisasi pertahanan, terutama dengan penerapan teknologi canggih seperti kecerdasan buatan (AI) dan drone otonom, menjadi keniscayaan. Namun, langkah ini tidak lepas dari tantangan, terutama dalam mengintegrasikan teknologi baru tersebut dengan aset militer tradisional yang sudah lama menjadi tulang punggung pertahanan nasional. Tujuan tulisan ini adalah memberikan saran masukan kepada pimpinan dalam membuat strategi Indonesia memadukan kedua aspek ini untuk menciptakan sistem pertahanan yang tangguh dan adaptif.

Latar Belakang Dinamika Keamanan di Asia Tenggara.

Asia Tenggara saat ini menghadapi berbagai tantangan keamanan, mulai dari konflik perbatasan hingga militerisasi Laut China Selatan oleh sejumlah negara besar. Sebagai anggota ASEAN, Indonesia memiliki tanggung jawab untuk menjaga stabilitas kawasan sambil tetap mempertahankan prinsip kebijakan luar negeri bebas aktif.

Namun, tekanan geopolitik dari negara-negara besar seperti China dan Amerika Serikat sering kali membuat posisi Indonesia menjadi dilematis. Di satu sisi, modernisasi teknologi militer menjadi kebutuhan mendesak. Di sisi lain, Indonesia harus memastikan bahwa langkah tersebut tidak memprovokasi ketegangan baru atau melibatkan diri dalam rivalitas kekuatan besar.

Peran Teknologi Modern dalam Pertahanan.

Teknologi modern seperti drone otonom dan AI semakin sering digunakan dalam strategi pertahanan. Drone, misalnya, dapat digunakan untuk patroli di wilayah perbatasan atau wilayah maritim yang sulit dijangkau oleh kapal perang tradisional (RAND Corporation, “Emerging Technologies in Military Operations,” 2021. Halaman 15-25).

AI juga memainkan peran penting dalam analisis data intelijen, memungkinkan militer untuk mendeteksi ancaman dengan lebih cepat dan akurat. Penggunaan teknologi ini membantu mengurangi ketergantungan pada tenaga manusia dan menciptakan efisiensi operasional yang lebih baik (Payne, Kenneth. “Artificial Intelligence and the Future of War.” Oxford University Press, 2020, Halaman 67-82). Meski demikian, teknologi ini dirancang untuk melengkapi, bukan menggantikan, aset tradisional seperti kapal perang dan infanteri.

Keunggulan Aset Militer Tradisional.

Meski teknologi modern menawarkan banyak keunggulan, aset tradisional tetap menjadi komponen vital dalam strategi pertahanan Indonesia. Kapal perang seperti KRI Bung Tomo, misalnya, tidak hanya berfungsi sebagai alat pertahanan, tetapi juga sebagai simbol kekuatan maritim Indonesia (Global Firepower Index. “Indonesia’s Military Strength Overview,” 2023, Halaman 12-18).

Selain itu, infanteri masih memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas di wilayah-wilayah yang rentan terhadap konflik, seperti Papua dan Kalimantan. Integrasi teknologi modern dengan aset ini dapat meningkatkan efektivitas operasional tanpa mengurangi peran strategisnya (Laporan Kementerian Pertahanan RI: “Alutsista dan Strategi Pertahanan Nasional,” 2022).

Tantangan Integrasi Teknologi dan Tradisional.

Integrasi teknologi baru dengan aset tradisional tidak berjalan tanpa hambatan. Tantangan utama yang dihadapi Indonesia mencakup:

1. Resistensi terhadap Perubahan: Sebagian personel militer masih ragu dengan teknologi baru karena dianggap sulit dioperasikan atau kurang dapat diandalkan.

2. Kendala Teknologi Lama: Sistem militer tradisional sering kali tidak kompatibel dengan teknologi baru, sehingga memerlukan investasi besar untuk pembaruan.

3. Anggaran Terbatas: Modernisasi teknologi membutuhkan biaya besar, sementara anggaran pertahanan Indonesia relatif kecil dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan (Artikel jurnal: Hartley, Keith. “Challenges in Military Modernization.” Defence and Peace Economics, Volume 30, 2021).

Strategi Indonesia.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, pemerintah Indonesia telah mengambil sejumlah langkah strategis, seperti:

1. Pelatihan Personel: Meningkatkan kemampuan personel militer melalui pelatihan khusus dalam mengoperasikan teknologi seperti drone dan AI.

2. Kemitraan Internasional: Menjalin kerja sama dengan negara-negara maju seperti Jepang dan Korea Selatan untuk transfer teknologi.

3. Penguatan Industri Pertahanan Dalam Negeri: PT Pindad dan PT Dirgantara Indonesia telah mulai mengembangkan teknologi berbasis AI dan drone untuk kebutuhan militer (ADMM (ASEAN Defence Ministers’ Meeting): “Regional Security Cooperation,” laporan 2023).

Studi Kasus: Natuna.

Wilayah Natuna sering menjadi perhatian karena pelanggaran kedaulatan oleh kapal asing. Dalam beberapa tahun terakhir, drone telah digunakan untuk memantau aktivitas mencurigakan di kawasan ini, mengurangi kebutuhan kapal perang untuk patroli rutin. Drone ini memberikan data real-time kepada militer, memungkinkan respons yang lebih cepat terhadap ancaman (Artikel berita: “Indonesia Deploys Drones in Natuna Region,” The Diplomat, 15 Februari 2022).

Manfaat Integrasi Teknologi modern dan Aset Tradisional.

Integrasi teknologi modern dengan aset tradisional membawa manfaat besar, termasuk diantaranya:

1. Kesadaran Situasional Lebih Baik: Sistem sensor berbasis AI membantu militer mendeteksi ancaman lebih dini.

2. Efisiensi Operasional: Penggunaan teknologi mengurangi kebutuhan sumber daya manusia yang besar.

3. Fleksibilitas Strategis: Integrasi ini memungkinkan militer untuk merespons berbagai jenis ancaman dengan lebih adaptif.

Saran Kebijakan.

Disini penulis memberikan saran kepada pimpinan dalam membuat kebijakan strategi dalam menjadikan Indonesia untuk memperkuat integrasi teknologi militer, adapun langkah-langkah kebijakan tersebut sebagai berikut:

a. Standarisasi Teknologi: Menciptakan standar interoperabilitas antara sistem lama dan baru.

b. Peningkatan Anggaran R&D: Meningkatkan investasi dalam penelitian dan pengembangan teknologi militer yang diarahkan pada ToT (Tranfer of Technology) dan pengembangan nya secara terukur dan terevaluasi dengan jelas.

c. Diplomasi Pertahanan: Dengan mengutamakan kerja sama multilateral, untuk menjaga stabilitas kawasan tanpa memicu terjadinya perlombaan senjata di kawasan ASEAN.

Kesimpulan

Indonesia dapat memulai langkah integrasi teknologi militer modern dengan aset tradisional, meski pun masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Dengan strategi pengelolaan dan pengawasan yang ketat dan tepat, Indonesia akan mampu membangun sistem pertahanan yang kuat, adaptif, dan relevan di kawasan Asia Tenggara.

Oleh, Kolonel Inf. Basuki Sepriadi, Peneliti Madya Puslitbang Strahan.




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia