Menghadapi Perang Asimetris Diperlukan Sistem Pertahanan Yang Fleksibel

Senin, 4 Juni 2012

e314958871d78b5b376dc08566486571Yogyakarta, Wujud kesatuan pertahanan dalam menghadapi perang asimetris adalah perlunya sistem pertahanan yang fleksibel. Hal itu dilaksanakan dengan melakukan perumusan doktrin nirmiliter dan Strategi Pertahanan Negara guna memperkuat pertahanan militer dan nirmiliter.

Demikian dikatakan Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Marsdya TNI Eris Herryanto S.IP, Sabtu (2/6), saat menjadi narasumber dalam Seminar Nasional Pertahanan bertemakan “Konsep Pertahanan Negara Kepulauan Dalam Menghadapi Peperangan Asimetris”, di Ksatrian Akademi Angkatan Udara, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Lebih lanjut Sekjen Kemhan menekankan bahwa dalam mengatasi perang asimetris diperlukan kesamaan visi dengan melakukaan konsultasi publik baik dengan DPR maupun dengan masyarakat sehingga keberadaannya jelas dan mudah diimplementasikan. Selain itu, peningkatan edukasi masyarakat adalah salah satu faktor penentu kualitas unsur utama dalam menghadapi berbagai ancaman nirmiliter dalam perang asimetris.

Dijelaskan oleh Sekjen Kemhan bahwa perang asimetris sangat sulit diawasi karena tidak terlihat bentuknya. Maka tidak ada cara lain selain melakukan pertahanan berlapis dengan menggunakan komponen cadangan yaitu segenap bangsa Indonesia. Hal itu dapat dilakukan dengan penanaman rasa Bela Negara untuk menghadapi ancaman asimetris tersebut. Pada awal paparannya Sekjen Kemhan mengharapkan hasil seminar ini dapat melengkapi konsep pertahanan yang disusun oleh Kementerian Pertahanan.

Gubernur Provinsi D.I Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X dalam seminar ini yang menjadi pembicara kunci mengangkat tema “Implementasi Visi Indonesia Sebagai Negara Kepulauan”. Pembicara dalam Seminar Nasional yang dibagi dalam dua sesi diskusi panel ini antara lain ; Pangdam IV Diponegoro Mayjen TNI Ir Mulhim Asyrof, Panglima Armada RI Kawasan Timur Laksda TNI Agung Pramono SH, M.Hum, Panglima Komando Pertahanan Udara Marsda TNI J.F.P Sitompul, dan Ketua Dewan Kebudayaan Kota Yogyakarta Achmad Charris Zubair.

Seminar Nasional ini diharapkan dapat menumbuhkan dan memupuk rasa nasionalisme bagi seluruh lapisan Bangsa Indonesia terutama generasi mudanya. Seminar ini juga diharapkan memberikan pemahaman kepada generasi muda mengenai konsep pertahanan Indonesia sebagai Negara kepulauan dalam menghadapi ancaman peperangan asimetris. Sehingga melalui seminar ini dapat dibangkitkan kesadaran akan pentingnya pertahanan (defence awareness) terutama menghadapi ancaman nirmiliter atau ancaman asimetris.

Seminar ini diadakan oleh AAU, Perwira Muda Angkasa (Pamungkas) AAU 2001 bekerjasama dengan Lembaga Kajian Pertahanan untuk Kedaulatan NKRI (KERIS) dan Lembaga Mahasiswa Filsafat (LMF) Fakultas Filsafat UGM, serta Korps Mahasiswa Hubungan Internasional (KOMAHI) Universitas Muhammaddiyah Yogyakarta dalam rangka memperingati Hari Bhakti TNI Angkatan Udara ke-65 Tahun 2012. Seminar Nasional Pertahanan ini juga diikuti oleh pelajar, Mahasiswa dan Taruna Akademi TNI, Pemerintah Daerah, TNI, Polri dan Akademisi.

Sumber :  DMC




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia