Ancaman Penyakit Akibat Virus Ebola Merupakan Ancaman Nyata Pertahanan Negara

Selasa, 19 Mei 2015

619460DSC_1225Nusa Dua Bali,  Ancaman penyakit akibat virus Ebola adalah salah satu ancaman nyata pertahanan Negara yang harus disiapkan penanganannya. Menhan berharap dan sangat meyakini komunitas kedokteran militer memberikan perhatian khusus terlebih lagi karena umumnya wabah ini terjadi di daerah tropis.

Hal itu dijelaskan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, Senin (18/5), saat memberikan keynote lecture kepada peserta 41st ICMM World Congress on Military Medicine di Bali Nusa Dua Convention Center, Bali. Pada kongres ini Menhan memberikan paparan bertemakan “Peran Kedokteran Militer Dalam Meningkatkan Kemampuan Pertahanan Negara dan Sebagai Instrumen Misi Kemanusiaan dan Perdamaian“. Menhan berharap paparannya dapat memotivasi komunitas kedokteran militer dalam menjalankan tugas kemanusiaan baik bagi militer maupun masyarakat sipil.

Menhan menjelaskan, ancaman pertahanan negara berdasarkan bentuknya dikategorikan menjadi dua yaitu ancaman yang belum nyata dan ancaman nyata.  Ancaman belum nyata merupakan konflik militer terbuka atau perang konvensional yang mengerahkan seluruh kekuatan angkatan bersenjata, organisasi, doktrin dan aturan pelibatan.   Ancaman nyata adalah ancaman yang sedang dan akan dihadapi oleh umat manusia hari-hari ini dan ke depan diantaranya: terorisme, wabah penyakit, bencana alam dan penyalahgunaan narkoba.

Jika satu dari ancaman tersebut terjadi di suatu negara, niscaya akan berpengaruh terhadap ketahanan suatu bangsa, baik dalam aspek Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial Budaya, Pertahanan dan Keamanan serta Teknologi. Dalam penanganan penanggulangan bencana, yang menonjol adalah kecepatan bertindak, personil yang ahli dan terlatih bekerja diberbagai medan dan cuaca serta kesiapan alat peralatan. Keterlibatan komunitas kedokteran militer sudah terbukti efektif dalam berbagai penugasan penanggulangan bencana.

Sedangkan penyakit akibat virus Ebola merupakan ancaman nyata yang harus menjadi perhatian serius. Per bulan Mei 2015, ditemukan sebanyak 26,628 kasus penyakit akibat virus Ebola dan menewaskan 11,020 jiwa dari seluruh dunia. Korban terbesar umumnya dari 3 negara Afrika Barat, termasuk menewaskan 507 staf medis baik dari negara yang terinfeksi dan negara yang memberi pertolongan medis. Berdasarkan statistik diatas harus disadari bahwa wabah penyakit ini adalah wabah sangat mematikan dan paling ditakuti manusia karena harapan hidup hanya 10 %. Pada bulan Januari 2015, diberitakan di jurnal kesehatan bahwa virus Ebola telah bermutasi dan lebih ganas. Pada masa mendatang sangat dimungkin muncul lagi virus Ebola jenis baru atau wabah penyakit baru yang sama sekali tidak ada obatnya.

Keynote lecture dari Menhan dilanjutkan dengan sesi Plenary yang mengangkat tema “Ebola Hemorrhagic Disease as a Novel Virus in Emerging and Re-emerging Infectious Disease”. Pembicara dalam plenary ini diantaranya; Dr Eric Bertherat dari WHO yang memberikan paparan mengenai “How Medical Military Service Might or Should Be Involved in Ebola Outbreaks Relief”, David Brett-Major, CDR MC USN dari Amerika Serikat yang mengangkat topik “Ebola Viral Disease in Clinical Perspective” dan Col (Pr) JB Meynard, MD, PhD dari Perancis yang berbicara mengenai “A System of Epidemiological Real Time Surveillance Useful for Outbreaks”.

Selanjutnya, SrCol Huijuan DUAN dari Republik Rakyat Tiongkok berbicara mengenai “Chinese PLA Medical Response to The Ebola Outbreak in West Africa”. Wing Commander Sonia Phythian dari Inggris juga berbicara dalam plenary ini dengan mengambil tema “The UK Military Contribution to The International Response to the Ebola Outbreak”, dan Col Ram Rangsin dari Thailand yang berbicara mengenai “Military Medicine Perspective on Emerging and Re-emerging Infectious Diseases in South East Asia”.

Sumber : DMC




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia