Pasukan Penjaga Perdamaian Unit Medis Berperan Penting Pada Operasi Bantuan Kemanusiaan

Rabu, 20 Mei 2015

619460DSC_1225Nusa Dua Bali,  Mayjen TNI (Purn) dr Heridadi MSc mantan Kapuskes TNI yang pernah memimpin Pasukan TNI dalam Operasi Pasukan Penjaga Perdamaian PBB, berbicara mengenai “Peran Unit Medis TNI Dalam Peacekeeping Operations”. Menurutnya, Tim Medis berperan sangat penting dalam setiap operasi tersebut, dari menjaga kondisi kesehatan pasukan TNI yang sedang bertugas sampai dengan memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat setempat yang membutuhkan pelayanan kesehatan.

Demikian dipaparkan pada sesi plenary Kongres Dunia ke-41 ICMM hari kedua yang berlangsung di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) Nusa Dua Bali, Selasa (19/5), membahas mengenai “Peace Keeping Force in Humanitarian Assistance and Disaster Relief Operation (Pasukan Penjaga Perdamaian Dalam Operasi Bantuan Kemanusiaan dan Penanggulangan Bencana)”.

Sejak tahun 1956 Indonesia telah aktif mengirim pasukan penjaga perdamaian di bawah payung PBB. Indonesia sejak saat itu telah mengirimkan pasukannya bermula dari sebagai observer sampai dengan berpartisipasi penuh dalam Operasi Pasukan Penjaga Perdamaian di Kamboja, Bosnia, Kongo, Lebanon, Haiti dan Darfur. Bahkan Indonesia pernah mengirimkan satu batalyon medis di bawah misi PBB United Nation Protection Force (UNPROFOR) di Bosnia pada tahun 1994-1998.

Pada sesi plenary ini, lima pembicara memberikan paparan, yaitu Pascal Hundt dari Palang Merah Internasional (ICRC), MG Khalaf Al Jader Al Sarhan, MD dari Yordania, Mayjen TNI (Purn) dr Heridadi MSc, Col USAF (Ret) MC Jim Fike, MD dan David Smith, MD dari Amerika Serikat.

Pada paparannya Pascal Hundt dari ICRC, mengangkat tema “Growing Humanitarian Needs in Contemporary Armed Conflict, Humanitarian Response and Operations from the International Committee of the Red Cross”. Saat ini semakin besar kebutuhan akan kehadiran ICRC dengan terjadinya banyak konflik di negara-negara di dunia dan permasalahan kemanusiaan yang semakin kompleks. Dibutuhkan keseimbangan antara keamanan, akses, persepsi dan penerimaan dari seluruh pihak mengenai korban-korban konflik yang membutuhkan campur tangan ICRC. ICRC bergerak dalam koridor Hukum Kemanusiaan Internasional (International Humanitarian Law) dan ICRC berkomitmen untuk selalu netral, imparsial, dan independen serta profesional.

Sedangkan pembicara dari Yordania, MG Dr Khalaf M Al Jader Al Sarhan yang merupakan Konsultan Senior di Jordanian Royal Medical Services dan Ketua dari Pan Arab Regional Working Group for Military Medicine memberikan paparan tentang “ Jordan: a Refugee Haven A Spirit of Solidarity and Shared Responsibility The Syrian Crises Case”. Dirinya menjelaskan bagaimana Pemerintah Yordania dengan sekuat tenaga membantu para pengungsi korban konflik yang terjadi di Suriah. Yordania juga menjadi negara yang menampung pengungsi korban konflik suatu negara terbesar ketiga di dunia. Sikap Pemerintah Yordania ini diharapkan dapat mendorong saling pengertian antar negara, kerjasama dan hubungan baik serta perdamaian abadi dengan seluruh umat manusia.

Sementara itu, Col USAF (Ret)MC Jim Fike,MD berbicara mengenai “Mobile Technologies to Support Humanitarian Missions”. Dirinya berpendapat bahwa aplikasi mobile yang sudah sangat berkembang saat ini hendaknya dapat dioptimalkan demi kemudahan kesehatan personel militer yang sedang bertugas di area bencana dan daerah-daerah terpencil. Saat ini telah dilakukan berbagai penelitian dan pengembangan mengenai aplikasi pada smartphone berisi pengetahuan kesehatan yang dapat digunakan oleh komunitas personel kesehatan militer yang dapat digunakan dalam operasi kemanusiaan dan menjaga kesehatan pada saat operasi militer.

US Deputy Assistant Secretary of Defense for Force Health Protection and Readiness, David Smith, MD juga berbicara dalam plenary ini. Dirinya memaparkan mengenai “The US Global Health Security Agenda and the Department of Defense”. Pemerintah Amerika Serikat selama ini telah menjalankan program US Global Health Security Agenda yang sampai saat ini telah memberikan bantuan kepada 74 negara. Program ini bertujuan menciptakan dunia yang aman terbebas dari ancaman kesehatan global seperti infeksi penyakit. Dan program ini sangat erat hubungannya dengan Departemen Pertahanan Amerika Serikat dalam menyediakan perlindungan kesehatan dan kesiapan Angkatan Bersenjata AS yang bertanggung jawab dalam menjaga keamanan negara.

Sumber : DMC




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia