FUROSHIKI

Senin, 1 April 2013

furoshikiFuroshiki adalah kain berbentuk segi empat dengan beragam warna dan corak yang kerap digunakan untuk mengemas, menjinjing dan menyimpan barang-barang. Kerap digunakan sebagai pembungkus hadiah, dibentangkan di lantai sebagai alas lantai atau pun sekedar menjadi dekorasi ruangan.

Awalnya furoshiki digunakan di rumah pemandian umum -pusat berkumpulnya masyarakat kalangan biasa – sebagai kain pembuntal pakaian dan perlengkapan mandi mereka yang pergi membersihkan diri di tahun 1600-an. Selanjutnya, penggunaan furoshiki sebagai kain pembuntal cepat tersebar seiring dengan meningkatnya aktifitas masyarakat di masa tersebut.

Pada perkembangan berikutnya, Furoshiki juga digunakan saat pesta pernikahan sebagai pembuntal seserahan. Kain yang digunakan umumnya bermotif burung bangau, kipas, pohon cemara dan ombak yang dipercaya akan membawa berkah dan kebahagiaan bagi penggunanya.

furoshiki-3Belakangan ini pengunaan furoshiki untuk membuntal barang bawaan kembali dihidupkan sebagai gerakan untuk menjaga lingkungan sekaligus pengkajian kembali budaya tradisional Jepang. Sejumlah cara penggunaan yang inovatif pun bermunculan. Furoshiki menjadi lebih digemari dan semakin sering digunakan misalnya sebagai tas, sebagai pembungkus kado dan dekorasi interior.

Hal yang terpenting dari furoshiki ini adalah konsep ‘penggunaan’ yang berulang. Furoshiki tidak untuk digunakan sekali pakai. Menggunakan furoshiki juga berarti mengurangi penggunaan materi baru untuk pengemasan sekaligus mengurangi pengunaan kemasan yang berlebihan. Sebagai tambahan para penggunanya juga memberikan kontribusi bagi penghematan sumber energi.

Inspirasi untuk menjaga lingkungan bisa muncul dari mana saja, bisa saat berjalan menuju kampus, saat minum di kedai kopi atau saat menonton TV.

Belakangan ini pengunaan Furoshiki untuk membungkus barang bawaan kembali dihidupkan sebagai gerakan untuk menjaga lingkungan sekaligus pengkajian kembali budaya tradisional Jepang.Bahkan pada tahun 2006 menteri lingkungan Jepang saat itu Yuriko Koike menjadikan “Mottainai Furoshiki” sebagai simbol kebudayaan jepang dalam mengurangi jumlah sampah Sejumlah cara penggunaan yang inovatif  pun bermunculan sehingga Furoshiki menjadi lebih digemari dan semakin sering digunakan misalnya sebagai tas, sebagai pembungkus kado dan dekorasi.

Hal yang terpenting dari Furoshiki ini adalah konsep ‘penggunaan’ yang berulang. Furoshiki tidak untuk digunakan sekali pakai. Menggunakan Furoshiki juga berarti  mengurangi  penggunaan materi baru untuk pengemasan sekaligus mengurangi pengunaan kemasan yang berlebihan serta penghematan energi.

Nah..setelah mengetahui sedikit pengetahuan tentang Furoshiki bagaimana?apakah sobat GC tertarik untuk menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari baik itu sebagai pengganti plastik atau untuk keperluan lainnya, kalau kami tentu saja tertarik walaupun tidak punya kain furoshiki kita bisa menggantinya dengan kain lain bisa slayer atau kain lainnya seperti batik misalnya. Forushiki ini menunjukkan bahwa dari dulu nenek moyang bangsa Jepang sudah menerapkan kecintaan terhadap lingkungan, begitu juga nenek moyang kita karena yang sama-sama kita tahu bahwa banyak kearifan lokal yang sekarang ini banyak terlupakan yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan, mungkin jika kita bisa menggalinya masih banyak hal baik seperti Furoshiki ini yang bisa kembali kita aplikasikan demi menjaga lingkungan kita ini.

Kontributor : Subpok Jepang

 




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia