Sudah Seharusnya Indonesia Memiliki Satelite Pertahanan Sendiri

Rabu, 15 Juni 2016

Saat ini militer Indonesia patut risau, sebab hingga saat ini militer Indonesia belum memiliki satelit militer yang khusus digunakan untuk pertahanan negara. Lalu, apa pentingnya satelit bagi pertahanan sebuah negara? Kita akan ulas dalam beberapa tulisan.

 

Penggunaan Teknologi satelit dalam militer memiliki banyak fungsi. Fungsi komunikasi, fungsi pengintaian, fungsi penyadapan, dan sebagainya. Namun yang paling esensial adalah fungsi komunikasi.

Fungsi komunikasi sendiri dapat dibagi menjadi beberapa bentuk. Komunikasi bentuk suara misalnya, merupakan media yang cukup aman dalam berkomunikasi dibandingkan dengan media lain, misalnya radio. Selain aman, cakupannya pun jelas jauh lebih luas. Fungsi lainnya teknologi komunikasi pada satelit dalam bentuk transfer data, video, dan lain sebagainya. Dengan fungsi ini, seorang jendral dapat melihat apa yang dilihat anak buahnya dalam sebuah operasi militer.  Dia bisa mengarahkan, memberi arahan kepada anak buahnya secara realtime.

 

Contoh lainnya misalkan sebuah pesawat tempur dapat berbagi data lawan dengan Alutsista lain, seperti kapal selam, kapal permukaan, pesawat AWACS, pesawat pengintai tanpa awak, maupun dengan pasukan di darat. Dengan berbagi data antar Alutsista tersebut, dapat dengan jelas dipastikan mana kawan dan mana lawan, kemudian posisinya dimana, dan siapa yang akan mengeksekusi lawan dapat terkoordinir dengan baik.  Sasaran yang harus dihancurkan dapat dihancurkan dengan efektif dan efisien (tidak overkilled). Kondisi diatas hanya dapat terlaksana jika komunikasi dalam suatu angkatan bersenjata terkoordinir dan terencana dengan baik.Teknologi komunikasi satelit adalah salah satu medianya. Konsep pengoptimalan teknologi satelit semacam ini bukanlah hanya berupa konsep diatas kertas saja, namun sudah mulai diadopsi negara-negara maju.  Kita bisa melihat ketika terjadi operasi penyergapan Osama Bin Laden beberapa waktu lalu. Presiden Obama sebagai Panglima tertinggi AB AS dapat melihat secara realtime target apa yang sedang dihadapi oleh pasukannya yaitu dari pasukan elit Navy SEAL DEVGRU atau biasa disebut SEAL Team 6. Sehingga ketika personel dari Navy SEAL mengkonfirmasi bahwa Osama Bin Laden tewas tertembak, maka saat itu juga Presiden Obama mengetahuinya.

 

Menteri Pertahanan sebelum Ryamizard Ryacudu, Purnomo Yugiantoro mengungkapkan, keinginannya untuk memiliki satelit sendiri. Hal itu sangat mendesak untuk direalisasikan sebagai upaya untuk mencegah pencurian data yang selama ini sering terjadi. Selama ini pengamanan data Kementerian Pertahanan (Kemenhan), Mabes TNI, Mabes TNI AD, TNI AL, dan TNI AU sebenarnya sudah dilakukan dengan baik. Hanya saja selama ini penyimpanan data masih menggunakan jaringan teknologi satelit milik negara tetangga. Alhasil, muncul kemungkinan terjadi kebocoran informasi di beberapa institusi kementerian.

 

Indonesia termasuk negara yang sering diserang para peretas. Kondisi itu memicu peningkatan kerawanan dalam penyimpanan data. Karena itu  kebutuhan satelit yang digunakan untuk kepentingan pertahanan menjadi amat relevan. Kendalanya adalah harganya yang mencapai sekitar Rp 10 triliun per satelit. Oleh karena itu ada usulan agar penggunaan satelit dilakukan secara antarkementrian. Sehingga, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkomifo), Badan Intelijen Negara (BIN), Polri, Mabes TNI, dan Kemenhan bisa memanfaatkan satelit pertahanan itu secara bersama-sama.




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia