Pertahanan Negara Yang Tangguh Harus Didukung Ekonomi Yang Tangguh
Kamis, 21 Juni 2012Jakarta, Berbicara mengenai pertahanan negara tidak dapat dilepaskan begitu saja dengan masalah ekonomi, karena kekuatan pertahanan negara yang tangguh harus didukung pula dengan ekonomi yang tangguh. “Masalah pertahanan negara tidak bisa dilepaskan dengan masalah ekonomi, kalau negara kita lemah ekomoni kita dijajah, kalau negara kita kuat kita bisa bangkit dari sisi ekonomi juga”, ungkap Staf Ahli Menteri Pertahanan Bidang Ekonomi Dr. Ir Eddy Herjanto, SE., M.Sc, Rabu Pagi (20/6) saat menjadi nara sumber dalam acara Talkshow Sarapan Pagi di Radio KBR68H.
Acara talkshow ini merupakan kerjasama Kemhan melalui Pusat Komunikasi Publik dengan Radio KBR68H dalam rangka memberikan informasi secara luas kepada publik terkait dengan kebijakan Kemhan di bidang pertahanan negara. Acara Talkshow ini disiarkan secara on air dari Studio Mini Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan di Jakarta.
Dalam talkshow ini, Staf Ahli Menteri Pertahanan Bidang Ekonomi menjelaskan bebeberapa hal yaitu terkait kebijakan Kemhan dalam melaksanakan pertahanan negara di bidang ekonomi, kondisi ketahanan ekonomi nasional sehubungan dengan adanya krisis global yang melanda Eropa dan menjelaskan pengertian tentang ilmu ekonomi pertahanan.
Lebih lanjut Staf Ahli Menhan Bidang Ekonomi mengatakan ancaman terhadap pertahanan negara ada ancaman yang sifatnya aktual maupun ancaman yang bersifat potensial. Krisis ekonomi juga merupakan suatu ancaman, karena dengan adanya perkembangan ekonomi global, Indonesia juga ikut merasakan dampaknya. Dampak global juga berdampak pada ekonomi Indonesia, baik itu masalah perdagangan maupun masalah yang lainnya misalnya moneter.
Menurutnya, saat ini kondisi ekonomi Indonesia masih mampu bertahan dalam situasi yang aman dan terkendali. Hal ini bisa dibuktikan dari pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup besar, menurut data IMF 6,1 % dan sedangkan data dalam negeri 6,3 %. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia masih dalam kondisi yang cukup bagus.
Namun demikian, Indonesia tetap harus mengambil pengamanan dan langkah – langkah yang baik. Dampak krisis ekonomi Eropa tetap dapat berdampak pada ekonomi Indonesia, karena masalah daya beli masyarakat Eropa yang menurun akan mengakitbatkan export Indonesia menurun. Dalam hal ini, Indonesia harus menguatkan konsumsi domestik, investasi dan juga meningkatkan penggunaan produk dalam negeri, sehingga pasar domestik akan selalu kuat.
Lebih lanjut Staf Ahli Menhan Bidang Ekonomi menjelaskan, terkait dengan dampak yang cukup terasa dari krisis yang terjadi di Eropa terhadap kepentingan pertahanan secara langsung antara lain meningkatnya harga-harga produk Alutsista yang di beli dari luar, dan itu timbul karena daya saing Indonesia khususnya nilai tukar rupiah yang menurun. Dan otomatis harga beli barang yang kita perlukan meningkat.
Dalam kondisi kemampuan yang terbatas serta anggaran yang tidak mencukupi, maka kekuatan minimum yang disiapkan harus selaras dengan sumber daya yang terbatas. Disinilah Kemhan berusaha untuk dapat mencapai kekuatan minimum yang harus dimiliki agar dapat menghadapi ancaman yang ada baik ancaman aktual maupun potensial.
Dijelaskannya, prioritas pembangunan MEF untuk komponen utama tahun 2010-2014 dilaksanakan dengan empat pilar strategi yaitu rematerialisasi, reviltalisasi, relokasi dan pengadaan. Kesemuannya itu pencapaiannya dengan memperhatikan realita alokasi anggaran pertahanan yang ada. “Jadi apapun yang disediakan itu harus kita usahakan untuk bisa dioptimalkan”, tambahnya.