PENGEMBANGAN AERIAL DRONE MOTHERSHIP DAN SWARM DRONE: TRANSFORMASI DI MEDAN PERTEMPURAN
Jumat, 25 Juli 2025PENGEMBANGAN AERIAL DRONE MOTHERSHIP DAN SWARM DRONE:
TRANSFORMASI DI MEDAN PERTEMPURAN
Oleh : Gede Priana Dwipratama, S.E., M.M.
Penata Tk. I III/d / e-mail : dwipratama0986@gmail.com
Analis Pertahanan Negara Ahli Muda Dit Tekindhan Ditjen Pothan Kemhan
- Pendahuluan.
Medan pertempuran modern terus bertransformasi secara signifikan berkat hadirnya teknologi yang mengintegrasikan kecerdasan buatan dengan berbagai Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan diseluruh domain baik darat, laut, udara, ruang angkasa, ruang siber dan spektrum elektromagnetik. Pengembangan teknologi drone mothership dan swarm drone otonom merupakan salah satunya. Integrasi kecerdasan buatan dengan drone dapat meningkatkan akurasi, efektivitas dan kemampuan pengambilan keputusan secara mandiri. Penggunaan drone di medan perang meskipun relatif lebih murah namun terbukti ampuh dalam berbagai tugas, mulai dari pengawasan, pengintaian, pengiriman amunisi kecil, kamikaze dan lain sebagainya. Fleksibilitas tersebut memungkinkan pengembangannya dalam jaringan sensor yang tersebar dan lincah. Hal ini dapat meningkatkan fungsi pemantauan posisi dan pergerakan musuh secara lebih efisien. Inovasi teknologi drone khususnya sektor pertahanan terus berkembang hingga hadirnya Pesawat Induk Drone (Aerial Drone Mothership) dan Kawanan Drone (Swarm Drone). Kemajuan teknologi kecerdasan buatan juga turut mendorong inovasi sektor pertahanan secara signifikan, khususnya dalam pengembangan sistem tempur tak berawak baik Aerial Drone Mothership maupun Swarm Drone. Drone tidak lagi hanya berfungsi sebagai alat pengintaian tetapi juga menjadi elemen utama dalam operasi tempur modern yang kompleks dengan kemampuan koordinasi secara mandiri dan efisiensi dalam kawanan.
-
Latar Belakang Masalah.
Perang antara Rusia dengan Ukraina memperlihatkan kepada dunia perubahan atau transformasi dinamika perang tradisional menuju medan pertempuran modern menggunakan drone. Penggunaan Drone sektor pertahanan telah berkembang jauh melampaui peran awalnya sebagai alat pengawasan sederhana yang digunakan untuk memantau pergerakan musuh dan mengumpulkan data tanpa risiko. Kemajuan teknologi telah meningkatkan kemampuan drone secara signifikan menjadi platform serbaguna untuk fungsi pengintaian, pengumpulan data intelijen, serangan secara presisi, membantu dalam pengambilan keputusan baik taktis maupun strategis dan lain sebagainya. Drone telah dilengkapi kamera beresolusi tinggi, pencitraan thermal dan berbagai sensor canggih yang mampu menyediakan data serta informasi intelijen secara real-time. Drone modern dapat memberikan kesadaran situasional secara berkelanjutan dan berkualitas tinggi. Hal ini sangat bermanfaat dalam konteks perang antara Rusia dengan Ukraina. Para komandan di kedua belah pihak mengandalkan aliran data yang stabil yang disediakan oleh sistem udara ini untuk menyesuaikan operasi mereka secara dinamis, mengidentifikasi target dan memantau pergerakan pasukan musuh di medan perang yang luas dan dinamis. Perang drone telah memberikan dampak yang strategis dalam perang tersebut. Pihak Ukraina menghadapi musuh yang lebih besar termasuk dari segi persenjataan. Hal ini membuat mereka beralih menggunakan drone siap pakai yang tersedia secara komersial dan dimodifikasi agar lebih menghemat biaya sekaligus untuk menyamakan kedudukannya dengan Rusia. Fenomena tersebut telah relevan dalam era perang modern yang membutuhkan kecepatan respon, akurasi serangan dan minimnya keterlibatan manusia secara langsung di medan perang.
Penggunaan Swarm Drone yang dikendalikan dari 1 (satu) platform utama berupa Aerial Drone Mothership berpotensi menghadirkan keunggulan strategis yang dapat mengubah tatanan militer secara global.
-
Rumusan Masalah.
-
Apa yang dimaksud dengan Swarm Drone dan Aerial Drone Mothership dalam konteks sektor pertahanan modern?
-
Bagaimana peran dan fungsi strategis dari Aerial Drone Mothership dalam koordinasi misi tempur menggunakan Swarm Drone?
-
Apa saja kelebihan dan kekurangan dari penggunaan Swarm Drone dalam medan pertempuran?
-
Bagaimana perkembangan teknologi ini telah mengubah doktrin militer dan strategi pertahanan suatu negara?
-
Apa tantangan dan potensi risiko yang dihadapi dalam implementasi Aerial Drone Mothership dan Swarm Drone di medan perang?
-
Tujuan Penulisan Artikel.
-
Menjelaskan definisi dan konsep dasar dari Swarm Drone dan Aerial Drone Mothership dalam dunia militer.
-
Menganalisis peran strategis sistem Aerial Drone Mothership dalam mengendalikan Swarm Drone secara taktis.
-
Mengidentifikasi manfaat dan keterbatasan teknologi Swarm Drone dalam praktik pertempuran.
-
Menelaah pengaruh teknologi drone terhadap evolusi taktik dan strategi pertahanan.
-
Memberikan pemahaman mendalam tentang potensi masa depan serta tantangan etika dan keamanan dari sistem ini.
-
Tinjauan Pustaka.
Menurut Dr. Can & Sine (2022), Israel dan Amerika Serikat mendominasi industri drone militer global sampai dengan saat ini. Pada periode tahun 1990 – 2017, presentase ekspor drone Israel sendiri mendominasi hingga mencapai 60% dari total seluruh transfer drone di dunia. Israel juga memiliki drone squadron pertama dan tertua di dunia. Skuadron ini dibentuk pada tahun 1971 dan masih aktif sampai dengan saat ini (200th Squadron). Setidaknya terdapat 15 negara yang telah menyelenggarakan akademi pelatihan operator drone dan 10 negara telah mengaktifkan sekolah pelatihan drone.
The Drone Databook memperkirakan negara-negara seperti Azerbaijan, Israel, Irak, Iran, Nigeria, Pakistan, Turki, Uni Emirat Arab dan Amerika Serikat telah menggunakan drone untuk melakukan serangan udara. Sebanyak 16 negara diyakini terlibat dalam aktivitas penggunaan drone militer di luar wilayah negaranya dan 8 negara diyakini telah mengoperasikan drone di Irak dan Syria. Menurut Centre For Joint Warfare Studies atau CENJOWS (2021), saat ini berbagai kekuatan militer dunia tengah mengembangkan teknologi swarm drone yang lebih pintar dan lebih otonom dibandingkan dengan predators atau reapers drone. Swarm drone mampu melakukan berbagai hal secara otonom seperti take off dan landing, menjalankan misi penerbangan, mengisi bahan bakar di udara, dan penetrasi ke wilayah pertahanan musuh.
Menurut Jehuda (2019), swarm drone adalah suatu teknologi kendaraan udara tak berawak yang tidak hanya terdiri dari satu kendaraan udara tak berawak tetapi terdapat lebih dari satu kendaraan udara tak berawak yang dapat bergerak dan berkomunikasi secara bersamaan yang pada umumnya modelnya sama dengan spesies hewan saat membentuk suatu formasi. Menurut Damanik (2023), kawanan pesawat nirawak atau swarm drone adalah kumpulan robot terbang yang berkerja bersama untuk mencapai tujuan tertentu, salah satunya adalah perencanaan lintasan untuk bergerak ke posisi tujuan tanpa mengenai penghalang. Menurut Garg (2020), swarm drone merupakan sekumpulan robot udara yang mampu melaksanakan misi kolektif tertentu dan dapat dikendalikan dari jarak jauh atau dikendalikan dengan algoritma otonom.
Menurut Lesmana, Permana, Santoso & Infantono (2021), saat ini, drone terutama memenuhi fungsi intelijen, pengawasan, akuisisi target, dan pengintaian. Swarm drone merupakan pesawat terbang tanpa awak dengan kemampuan bekerja secara berkelompok, bekerja sama dan terkoordinasi yang memenuhi fungsi intelijen, pengawasan, akuisisi, pengintaian hingga menyerang dan melumpuhkan target (kamikaze). Swarm drone dapat berkomunikasi dan bergerak bersama-sama membentuk formasi tertentu. Amerika Serikat terus melakukan riset dan pengembangan teknologi swarm drone seperti the Perdix Drone Swarm, the Low Cost UAVs Swarming Technology (LOCUST), the Control Architecture for Robotic Agent Command and Sensing (CARACaS) Systems dan Gremlins Program.
Menurut Garg (2020), swarm drone dapat berupa single-layered swarms dimana setiap drone menjadi pemimpinnya sendiri, dan multi-layered swarms dimana setiap lapisannya dipimpin oleh 1 unit drone dan secara berjenjang memberikan laporan kepada pimpinan drone selanjutnya di lapisan yang lebih tinggi. Ground Control Station (GCS) menjadi lapisan tertinggi dalam hierarki multi-layered swarms. Setiap drone akan mengumpulkan dan memproses data secara real-time dan pemrosesan terpusatnya dilakukan di GCS atau bahkan di cloud. Swarm drone memiliki tipe statis dan dinamis. Tipe statis dengan memilih anggota kawanan sebelum pelaksanaan misi. Selama operasi penerbangan, tidak ada drone baru yang dapat ditambahkan dalam kawanan karena misi kolektif telah terkunci di pusat misi. Tipe dinamis memiliki fleksibilitas untuk menambah atau mengurangi drone dari kawanan kapanpun dibutuhkan, baik sebelum dan/atau selama misi dijalankan. Tipe dinamis dibagi menjadi dinamis tertutup dan dinamis terbuka. Tipe dinamis tertutup hanya memungkinkan penambahan drone baru dari organisasi yang sama, sedangkan tipe dinamis terbuka memungkinkan penambahan drone baru dari organisasi pihak ketiga. Tipe dinamis memiliki tantangan dalam pengamanan komunikasi, mutual trust, dan kolaborasi yang unik dibandingkan dengan kawanan tipe statis.
Swarm drone memiliki kelebihan berupa biaya perolehan dan pemeliharaan yang lebih rendah dibandingkan dengan drone berukuran besar, lebih tersembunyi dan tidak menghasilkan suara bising dibandingkan drone berukuran besar, memiliki perilaku kawanan sehingga dapat menyelesaikan misi-misi yang kompleks dan sistem multi-UAV yang digunakan dapat memperluas area operasi dengan mudah dibandingkan dengan single drone yang hanya mencakup area terbatas. Jika drone gagal menjalankan suatu misi dalam sistem single drone, maka misi tersebut tidak dapat dilanjutkan.
Swarm drone menggunakan sistem multi-UAV dimana kegagalan 1 unit drone dapat digantikan oleh drone yang lain sehingga misi tetap dilanjutkan. Drone dapat ditambahkan atau dikurangi dari kawanan dalam situasi dan kondisi tertentu seperti terjadinya malfungsi pada anggota kawanan, baterai yang hampir habis dan lain sebagainya. Hal ini agar swarm drone mampu beradaptasi jika terjadi perubahan situasi dan kondisi. Swarm drone dapat menyelesaikan misi lebih cepat dan sulit terdeteksi radar (small radar cross-sections). Sistem komunikasi pada swarm drone juga dapat dibagi kepada anggota kawanan. Sebagian anggota kawanan dapat berkomunikasi dengan GCS dan sebagian lainnya dapat berkomunikasi dengan satelit. Swarm drone menggunakan sistem yang telah dilengkapi anti-jamming dan anti-radiation weapons untuk memblokir rudal hipersonik. Swarm drone juga dapat dengan mudah mendeteksi dan menyerang target. Indian Institute of Technology menyampaikan bahwa swarm drone saat ini masih menggunakan short range communication devices. Hal ini menjadi tantangan bagi para peneliti untuk mengembangkan swarm drone yang lebih canggih di masa depan termasuk pengembangan desain agar dapat menempuh jarak yang lebih jauh lagi.
Swarm drone tidak lepas dari penggunaan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) akibat hadirnya Revolusi Industri 4.0. Nilai-nilai etika kecerdasan buatan yang digunakan pada swarm drone membutuhkan kesesuaian dengan hukum humaniter internasional dan konvensi internasional lainnya di bidang pertahanan dan keamanan. Setiap negara yang menggunakan peralatan militer berbasis kecerdasan buatan diharapkan dapat menyatakan pertanggungjawaban atas aksi atau tindakan yang dilakukan oleh kecerdasan buatan. Swarm drone militer memiliki 3 (tiga) pilihan teknologi otonom berupa human in the loop (manusia memegang kendali), human on the loop (manusia mensupervisi) atau human out of the loop (tidak ada peran manusia sama sekali). Swarm drone militer diharapkan menerapkan human in the loop dengan memastikan adanya perangkat untuk mematikan sistem automated weapon (shutdown system), terutama yang bersifat highly automated.
Swarm drone sebagai bagian dari Autonomous Weapons Systems (AWS) bisa mengalami error seperti menargetkan warga sipil. Kecerdasan buatan tidak mengenal etika dan moral. Sistem ini hanya bertindak berdasarkan data dan program yang sudah dibuat dan tidak mengenal baik atau jahat. Belum ada jaminan kecerdasan buatan akan memegang prinsip dasar kemanusiaan atau mematuhi hukum humaniter internasional. Kecerdasan buatan pada swarm drone bekerja sesuai algoritma atau program yang dibuat manusia dan sangat bergantung pada input data. Data yang tidak terlindungi dengan baik berisiko tinggi terkena serangan siber sehingga dapat merusak sistem dan dapat menimbulkan konsekuensi yang mengerikan. Pihak musuh dapat meretas sistem kecerdasan buatan pada swarm drone, memasukan data palsu atau data yang salah dalam algoritmanya.
Menurut Oudenaren (2025), Salah satu sorotan utama dalam China’s 2024 Zhuhai Airshow merupakan drone carrier atau drone mothership Jiutian SS-UAV dengan kapasitas muatan yang besar dan diyakini mampu membawa Swarm Drone kecil dalam jumlah yang banyak. Aerial Drone Mothership dapat disimpulkan sebagai pesawat induk drone yang mampu membawa, mengendalikan dan melepaskan sejumlah drone kecil atau Swarm Drone dalam misi tertentu. Aerial Drone Mothership berperan tidak hanya sebagai kendaraan pengangkut, namun juga sebagai pusat komando taktis. Sinergitas antara Aerial Drone Mothership dengan Swarm Drone berpotensi memperluas cakupan penggunaan drone dalam suatu operasi militer.
III. Analisis Data atau Pembahasan.
Menurut Arana & Romero (2024), drone telah digunakan di berbagai sektor dengan aplikasinya di bidang pertanian, pertambangan, fotografi udara, pengiriman paket, pemantauan lingkungan dan keamanan publik. Kecerdasan buatan juga semakin meningkatkan kemampuan drone. Menurut Arana & Romero (2024), otonomi drone dibagi menjadi 5 level yang dimulai dari level 0 (manual penuh) hingga level 5 (otonom penuh).
Sumber: Drone Warfare in Today’s World Harvard Kennedy School
Gambar I: 5 Level Otonomi Drone
Otonomi drone pada level 5 yang dijelaskan dalam Gambar I memiliki kemampuan dalam merencanakan dan menjalankan misi secara mandiri. Kecerdasan buatan pada drone level 5 melakukan perencanaan, penerbangan, bermanuver menghindari rintangan dan beradaptasi dengan perubahan kondisi tanpa campur tangan manusia. Kemampuan tersebut dapat meningkatkan fleksibilitas dan efisiensi operasionalnya baik dalam sektor pertahanan maupun sipil atau komersial. Menurut Arana & Romero (2024), perkembangan drone pada level 5 dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan keamanan. Biaya produksi yang lebih rendah dan daya angkut yang lebih kuat memungkinkan organisasi teroris atau non-state actors memperoleh dan menyebarkan teknologi ini di zona perang. Kemajuan teknologi kecerdasan buatan juga memungkinkan drone melakukan tindakan secara otonom, memperkuat potensi destruktifnya, mengurangi kebutuhan akan tingkat keahlian atau kemahiran pilot dalam mengoperasikannya dan secara akuntabilitas menyulitkan dalam pelacakannya.
Teknologi drone tersebut menawarkan keunggulan seperti mengurangi risiko bagi personel militer di medan pertempuran hingga akurasi serangan karena posisinya yang dekat dengan target. Drone dapat mengudara di area yang luas dalam jangka waktu yang lama. Hal ini dapat meningkatkan efisiensi khususnya dari segi biaya. Selain itu, kebutuhan akan pengambilan keputusan secara cepat, tanggung jawab dan kelincahannya di medan perang telah menjadikan drone sebagai alat yang berharga yang menguntungkan baik taktis maupun strategis.
Peningkatan otomatisasi dalam teknologi drone juga dapat membawa risiko yang signifikan terutama terkait ekskalasi militer dan stabilitas global. Drone otonom dapat membuat medan perang terselubung dan asimetris, menurunkan ambang batas dalam memulai konflik dan berpotensi menciptakan lingkungan internasional yang tidak stabil. Drone dapat mengurangi hambatan psikologis bagi personel militer namun juga dapat mendorong skenario perang drone secara terselubung. Otomatisasi tersebut diharapkan tetap dapat dipantau oleh operator manusia secara ketat dan memastikan kepatuhannya terhadap perintah tertentu yang dimaksudkan. Hal ini berpotensi menimbulkan kekhawatiran etis tentang masa depan peperangan.
Menurut European Defence Fund (2022), Program EAGLES atau Efficient Autonomous multirole drone Guard for criticaL infrastructures surveillancE missionS merupakan Selected Projects European Defence Fund (EDF) Tahun 2022. Program tersebut merupakan pengembangan wahana induk (mothership vehicle) yang mampu meluncurkan Swarm Drone. EAGLES juga akan mengembangkan sistem yang mampu mengumpulkan data dan informasi dalam proses pengambilan keputusan secara efektif dengan biaya dan risiko yang rendah. Fokus pengembangan EAGLES pada teknologi komunikasi, teknik kecerdasan buatan dalam pengelolaan Swarm Drone berukuran kecil hingga teknik penerbangan otonom. Program EAGLES tahun 2022 tersebut memiliki teknologi yang sama dengan pengembangan Aerial Drone Mothership.
Menurut Oudenaren (2025), proses produksi Jiutian SS-UAV menyoroti 2 tren utama terkini dalam Industri Pertahanan Kedirgantaraan RRT. Tren pertama merupakan keterlibatan pemerintah, lembaga penelitian, BUMN, badan usaha campuran (negara dan swasta) dan BUMS di semua tingkatan melalui strategi Military-Civil Fusion (MCF) RRT khususnya di bidang produksi drone. Oudenaren dalam Defense System Information Analysis Center (DSIAC) juga menyatakan bahwa drone merupakan produk yang paling representatif menggunakan stategi MCF. Beberapa alasan potensial drone sangat kuat dalam area strategi MCF seperti dukungan resmi yang luas, sifatnya yang dual-use, skalabilitas tinggi dan biaya awal yang relatif rendah dibandingkan dengan platform kelas atas lainnya. Selain itu, terdapat peningkatan kerja sama Litbang teknologi drone di RRT yang melibatkan banyak entitas baik sektor pertahanan maupun sipil atau komersial seperti industri baik ditingkat pusat hingga daerah, universitas dan lembaga Litbang lainnya.
Ordnance Industry Science Technology menggambarkan Jiutian SS-UAV memiliki kemiripan dengan Pesawat Serang A-10 “Warthog” (Thunderbolt III) Amerika Serikat. DSIAC Technical Inquiry (TI) Response Report tentang Aerial Drone Mothersip in China’s Military menyatakan bahwa Jiutian SS-UAV menggunakan mesin WS-9 “Qinling” dibagian belakangnya untuk meminimalisir gangguan pada badan dan komponen yang terpasang pada Aerial Drone Mothership tersebut. Mesin WS-9 “Qinling” juga digunakan oleh jet temput JH-7 RRT. Jiutian SS-UAV memiliki ekor horizontal dan 2 ekor vertikal dengan desain berbentuk “H” agar dapat meningkatkan stabilitasnya dalam bermanuver. Jiutian SS-UAV dapat dikendalikan menggunakan satelit dengan daya tahan yang jauh lebih rendah dan memiliki jangkauan yang lebih pendek dibandingkan dengan Global Hawk (12 jam vs 34 jam). Hal tersebut dapat disebabkan oleh bobot dasarnya yang lebih berat. Jiutian SS-UAV masih memiliki jangkauan yang memadai untuk melakukan serangan udara ke darat atau udara ke udara di wilayah RRT. Sebagai Aerial Drone Mothership, Jiutian SS-UAV juga dapat memainkan peran kunci yang memungkinkan operasi gabungan tanpa awak atau campuran berawak – tanpa awak PLA.
Jiutian SS-UAV akan dipasarkan sebagai platform serbaguna dengan pengaplikasiannya pada sektor pertahanan dan sipil atau komersial secara luas. Desain modularnya dapat disesuaikan dengan misi sesuai kebutuhan. Teknologi yang dimiliki juga dapat dikonfigurasi untuk transportasi dan penerjunan udara, pengumpulan dan penanggulangan pengintaian serta misi penyerangan. Potensi penggunaannya pada sektor pertahanan dan keamanan meliputi pengintaian, logistik, patroli dan pengawasan maritim, keamanan publik, pertahanan perbatasan, penyelamatan darurat, perlindungan ahan dan sumber daya serta komunikasi dan navigasi berbasis udara. Jiutian SS-UAV belum digunakan baik oleh PLA, sipil atau komersial sehingga kemampuan sebenarnya masih belum jelas.
Menurut Oudenaren (2025), Jiutian SS-UAV memiliki nama resmi “Jiutian” Flexible Configuration Heavy-Duty UAV. Aerial Drone Mothership ini memiliki fungsi intelijen, pengawasan, pengintaian, serangan, transportasi dan logistik. Jiutian SS-UAV memiliki bentang sayap sepanjang 25 meter (82 kaki), panjang 16,35 meter (53,6 kaki) dan tinggi 4,99 meter (16,37 kaki). Jiutian SS-UAV diperkirakan menggunakan powerplant berupa WS-9 Qinling high-thrust turbofan engine. WS-9 merupakan produk lisensi Spey Mk202 asal Inggris yang awalnya digunakan oleh pesawat jet tempur JH-7 “flying leopard fighter jets” yang mulai dioperasikan oleh PLA pada pertengahan tahun 1990-an. Jiutian SS-UAV memiliki 8 Hard Points untuk sistem persenjataan dengan berat lepas landas maksimum 16 ton, ketinggian maksimum 15.000 meter (49.212 kaki), daya tahan maksimum lebih dari 12 jam, kecepatan maksimum 700 km/jam (435 mph), transfer range (one way) 7.000 km (4,350 mil). Persenjataan Jiutian SS-UAV berupa PL-12AE air-to-air missiles, TL-17 air-to-ground missiles, LS-6 perecision-guided bombs dan CM-400AKG air-to-ground missiles, KD-88 air-to-ground missiles (belum terkonfirmasi), YJ-91 antiradiation missiles dan 500-kg precision-guided munitions. Jiutian SS-UAV dikembangkan oleh Shaanxi Unmanned Technology Co. Ltd., NWPU dengan desain dari AVIC First Aircraft Institute dan diproduksi oleh Xi’an Chida Aircraft Parts Co. Ltd.
Oudenaren dalam Defense System Information Analysis Center (DSIAC) juga menyatakan bahwa deskripsi produsen tentang kemampuan platform Aerial Drone Mothership tersebut terkadang juga dilebih-lebihkan berbeda dengan kinerja operasionalnya dilapangan. Oudenaren memberikan contoh pada penerbangan 2 pesawat angkut berat Y-20 oleh Angkatan Udara PLA dalam rangka mengirimkan bantuan darurat setelah letusan gunung berapi dan tsunami di Tonga pada Januari 2022. Pada tahun 2020, media PLA mengklaim Y-20 dapat membawa muatan hingga 60 ton atau lebih dengan jarak jangkauan mencapai 7.800 km tanpa berhenti untuk mengisi bahan bakar. Oudenaren menyatakan bahwa pada kenyataannya kedua Y-20 yang menempuh perjalanan sejauh 9.200 km ke Tonga melakukan 3 kali persinggahan untuk pengisian bahan bakar dan hanya mengirimkan total 33 ton muatan. Y-20 merupakan produk unggulan dari Xi’an Aircraft Industry Group Co.Ltd milik AVIC yang merupakan perusahaan induk dari perancang atau desainer Jiutian SS-UAV yaitu AVIC First Aircraft Institute.
PLA telah mengidentifikasi sistem nirawak cerdas sebagai bagian integral dari perang kontemporer. Sekjen CCP dan CMCC dalam 20th Party Congress bulan Oktober 2022 menyerukan tentang percepatan pengembangan pasukan tempur nirawak cerdas. Sistem nirawak merupakan faktor penting bagi PLA, namun diperkirakan PLA masih menentukan secara spesifik terkait swarm tactics dan teknik Manned/Unmanned Teaming (MUM-T) di medan pertempuran. PLA juga diperkirakan lebih mahir dalam swarm tactics dibandingkan dengan teknologi MUM-T.
Pengerahan swarm drone dalam jumlah besar melalui Aerial Drone Mothership merupakan salah satu cara PLA dalam menerapkan dan mengembangkan swarm tactics. Pendekatan tersebut juga akan memadukan kawanan drone dengan platform berawak dalam rangka pengembangan teknologi MUM-T. Angkatan Laut PLA membangun Aerial Drone Mothership Tipe 076 pada tahun 2024. Namun demikian, pengerahan Aerial Drone Mothership seperti Jiutian SS-UAV akan mempercepat kemajuan dari drone hibrida manusia dan mesin atau “lone eagle” long-endurance guided drones dalam suatu operasi kawanan otonom penuh. Selain itu, Jiutian SS-UAV secara signifikan memungkinkan berfungsi sebagai “loyal wingman” support drone yang mendampingi jet tempur berawak Angkatan Udara PLA. Jiutian SS-UAV sebagai Aerial Drone Mothership memiliki peran strategis sebagai platform peluncur dan pengendali swarm drone. Peran tersebut sekaligus dapat memberikan keunggulan dari sisi logistik karena drone kecil dapat diangkut hingga dekat wilayah target tanpa terdeteksi. Drone – drone kecil yang dilepaskan mampu melakukan berbagai misi mulai dari pengintaian, pengacauan sistem radar hingga serangan presisi termasuk kamikaze. Swarm drone yang dikendalikan secara terpusat oleh Aerial Drone Mothership atau secara otonom dengan algoritma kecerdasan buatan mampu beroperasi dalam lingkungan elektromagnetik yang kompleks. Swarm drone dapat merespons secara adaptif terhadap ancaman, membagi tugas dan manuver secara dinamis sehingga sulit untuk dilawan oleh sistem pertahanan udara konvensional. Swarm drone juga memiliki keunggulan taktis berupa kemampuan dalam melakukan serangan berkelanjutan secara massal dan simultan. Implementasi swarm drone pada konflk Rusia dengan Ukraina hingga Iran dengan Israel menunjukkan kemampuannya dalam mengatasi sistem pertahanan berlapis dengan jumlah target yang overload. Hal ini meningkatkan peluang penetrasi dan kehancuran targetnya.
Teknologi swarm drone juga masih memiliki banyak tantangan, salah satunya kebutuhan akan sistem komunikasi yang aman dan tahan jamming. Koordinasi antara Aerial Drone Mothership dengan Swarm Drone membutuhkan komunikasi yang stabil. Komunikasi yang tidak stabil dapat mengakibatkan gangguan dan kegagalan misi hingga kehilangan kendali atas Swarm Drone. Aspek etika dan hukum perang juga perlu menjadi perhatian. Swarm drone yang digunakan untuk menyerang secara otonom atau tanpa keterlibatan manusia secara langsung dalam pengambilan keputusan tersebut merupakan pelanggaran hukum humaniter internasional. Selain itu, dalam konteks geopolitik, pengembangan teknologi Swarm Drone juga dapat memicu perlombaan senjata baru seperti pengembangan sistem yang serupa atau sistem pertahanan anti-swarm, senjata energi terarah (Direct Energy Weapons) hingga sistem jamming elektronik.
IV. Kesimpulan.
-
Aerial Drone Mothership memiliki peran strategis sebagai platform peluncur dan pengendali swarm drone yang dapat memberikan keunggulan logistik karena drone kecil dapat diangkut hingga dekat wilayah target tanpa terdeteksi.
-
Aerial Drone Mothership dan Swarm Drone merupakan inovasi penting dalam transformasi medan pertempuran modern. Kombinasi keduanya dapat meningkatkan efektivitas taktik serangan dan pengumpulan data intelijen secara signifikan.
-
Teknologi Aerial Drone Mothership dan Swarm Drone menawarkan fleksibilitas operasional dan penghematan biaya dibandingkan dengan platform konvensional.
-
Tantangan dalam pengoperasian Aerial Drone Mothership dan Swarm Drone merupakan sistem komunikasi, keamanan data dan isu etika penggunaan senjata otonom.
-
Perkembangan teknologi Aerial Drone Mothership dan Swarm Drone berpotensi merevolusi doktrin militer global dan memunculkan tantangan keamanan internasional yang baru.
V. Saran.
Saran Strategis untuk Stakeholder Pembina Industri Pertahanan, bertujuan mempercepat kemandirian industri pertahanan nasional dalam menghadapi lompatan teknologi global, dan mengantisipasi perang asimetris di masa depan. Peran aktif para stakeholder sebagai pembina industri sangat krusial untuk memastikan bahwa Indonesia tidak hanya menjadi pengguna, tetapi pelaku utama dalam era drone warfare yang makin kompleks dan disruptif, antara lain:
-
Mendorong Sinergi Triple Helix: Pemerintah – Pengguna – Industri.
Membentuk klaster inovasi industri pertahanan nasional dengan pendekatan military-civil fusion agar industri drone nasional tidak hanya menjadi pengguna, tetapi juga produsen teknologi tinggi secara mandiri. Libatkan universitas dan lembaga litbang dalam platform pengembangan bersama, termasuk skema inkubasi dan pembiayaan riset.
-
Menetapkan Roadmap Teknologi Drone Nasional.
Disarankan adanya Master Plan Nasional untuk pengembangan sistem Aerial Drone Mothership dan Swarm Drone yang mencakup peta jalan 10–15 tahun ke depan, dengan target kemandirian teknologi, sertifikasi standar militer (MIL-STD), dan integrasi dalam sistem pertahanan nasional.
-
Menyusun Skema Insentif Pajak dan Pembiayaan
Tawarkan tax holiday, research grant, dan pembiayaan berbasis insentif untuk industri yang memproduksi drone taktis maupun sistem penunjangnya, seperti sistem komunikasi, ground control, dan teknologi AI untuk decision-making.
-
Mengingrasikan Swarm Drone dalam Latihan Gabungan dan Simulasi Tempur
Dorong uji coba sistem drone dalam latihan gabungan TNI maupun wargame berbasis simulasi. Ini akan mendorong adopsi teknologi secara nyata, memperlihatkan celah sistemik, dan membuka peluang kolaborasi antar industri pertahanan dan TNI.
-
Mempromosi Diplomasi Teknologi dan Mitra Internasional
Dorong kerja sama strategis dengan negara-negara yang telah maju dalam teknologi drone seperti Turki, Israel, dan Korea Selatan—dengan pendekatan offset agreement, transfer teknologi, dan skema co-production berbasis kepentingan jangka panjang nasional.
-
Mempertimbangkan Dual-Use dan Spillover ke Industri Sipil
Pastikan produk drone dari industri pertahanan juga memiliki potensi dual-use ke sektor pertanian, bencana, pemantauan wilayah laut, dan logistik. Ini akan memperluas pasar industri dan mempercepat skala ekonomi produksi.
DAFTAR PUSTAKA
John S. Van Oudenaren (2025). Aerial Drone Motherships in China’s Military. Response Report. Defense Systems Information Analysis Center US DoD Information Analysis Center.
Jon Wyatt Matlack, Sebastian Schwartz and Oliver Gill (2025). Ukraine’s Drone Ecosystem and the Defence of Eurupe: Lessons Lost Can’t be Learned. LSE Ideas Research Report London.
Vincent Tourret (2025). Design, Destroy, Dominate: The Mass Drone Warfare as a Potential Military Revolution. The French Institute of International Relations (IFRI) Papers. Security Studies Center.
Mukta Sarojini Toppo (2025). Drone Warfare in the Russia-Ukraine War. Amity Institute of Defence and Strategic Studies. Amity Universtity Noida. International Journal of Humanities Social Science and Management (IJHSSM) Volume 5, Issue 2, ISSN: 3048-6874.
Kateryna Stepanenko (2025). The Battlefield AI Revolution Is Not Here Yet: The Status of Current Russian and Ukrainian AI Drone Efforts. Special Report. Institute for the Study for War.
Kyle Matthews and Marie Lamensh (2025). AI, Drones and The Future of Defense : A Transnational Security Challenge. Montreal Institute for Global Security. Konrad Adenaur Stiftung Canada Office.
William David Paterson (2025). Drones and Artificial Intelligence (AI) Enhance Marine Megafauna Surveys in the Saudi Arabian Red Sea. KAUST Beacon Development Kingdom of Saudi Arabia.
John Chen and Emilie B. Stewart (2025). PLA Concepts of UAV Swarms and Manned/Unmanned Teaming. China Aerospace Studies Institute.
Gonzzalo Arana and Javier Romero (2024). Drone Warfare in Today’s World: 15 Policy Recommendations to Improve the European Union’s Defense Capabilities. Belfer Center. Harvard Kennedy School.
Endo Tri Susdarwono (2021). Artificial Intelligence (AI) Drone Dalam Pertahanan : Problem dan Kemajuan. Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Peradaban Brebes Indonesia.
https://www.kemhan.go.id/pothan/2025/05/06/potensi-ruang-pikiran-sebagai-domain-baru-medan-pertempuran-cognitive-warfare-selain-domain-darat-laut-udara-ruang-angkasa-ruang-siber-dan-spektrum-elektromagnetik.html
https://www.kemhan.go.id/pothan/2025/04/09/the-internet-of-military-defense-things-iomdt-tantangan-peluang-dan-ancaman-bagi-indonesia.html
https://www.kemhan.go.id/pothan/2024/09/30/pentingnya-sinergitas-kelembagaan-industri-pertahanan-dalam-menghadapi-perubahan-paradigma-belanja-pertahanan-menjadi-investasi-pertahanan.html
https://www.kemhan.go.id/pothan/2024/08/15/peran-industri-pertahanan-dalam-mitigasi-perubahan-iklim-melalui-reforestasi-hutan-mangrove-lessons-learned-melalui-indo-pasific-environmental-security-forum-ipesf-2024.html
https://www.kemhan.go.id/pothan/2024/07/03/pengembangan-senjata-biologi-sintetik-menggunakan-kecerdasan-buatan-sebagai-potensi-ancaman-aktual-non-militer-terhadap-pertahanan-negara.html
https://forkominhan.id/wp-content/Inhan/edisi03apr2024/mobile/index.html
https://www.kemhan.go.id/pothan/2024/05/22/pengembangan-teknologi-rekayasa-kebumian-tantangan-peluang-dan-ancaman-bagi-indonesia.html
https://www.kemhan.go.id/pothan/2024/04/25/swarm-drone-tantangan-peluang-dan-ancaman-bagi-indonesia.html
https://www.kemhan.go.id/pothan/2024/02/23/pengembangan-teknologi-semikonduktor-nasional-dan-kemandirian-industri-pertahanan.html
https://www.kemhan.go.id/pothan/2023/10/05/dampak-revolutions-in-military-affairs-rma-terhadap-pengembangan-senjata-gelombang-mikro-berdaya-tinggi.html
https://www.kemhan.go.id/pothan/2023/09/08/potensi-dual-use-disrupsi-teknologi-dalam-mewujudkan-industri-pertahanan-yang-maju-kuat-mandiri-dan-berdaya-saing.html
https://www.kemhan.go.id/pothan/2023/05/02/strategi-five-interdependent-goals-departemen-pertahanan-amerika-serikat-untuk-meraih-freedom-of-action-dalam-spektrum-elektromagnetik.html.
https://forkominhan.id/wp-content/Inhan/edisifebapr2023/mobile/index.html.
https://www.kemhan.go.id/pothan/2023/02/06/potensi-kerja-sama-industri-pertahanan-indonesia-dengan-jepang-dalam-new-domains-of-warfare-studi-pustaka-pada-kebijakan-pertahanan-indonesia-dan-the-defense-of-japan-white-paper-2022.html.
https://indonesia.jakartadaily.id/ekonomi-bisnis/69312434611/joe-biden-umumkan-bangun-pabrik-semikonduktor-senilai-rp-640-triliun-gandeng-korsel
https://papua.tribunnews.com/2024/05/30/intip-kekuatan-udara-tni-au-drone-game-changer?page=2