TRANSLATE

Panglima TNI Khawatir “Black Box” Sudah Pecah di Ekor Pesawat

Jumat, 9 Januari 2015

Panglima TNI Khawatir "Black Box" Sudah Pecah di Ekor Pesawat

PANGKALAN BUN, KOMPAS.com – Panglima TNI Jenderal (TNI) Moeldoko khawatir black box atau kotak hitam pesawat AirAsia QZ8510 sudah pecah dan menghilang dari bagian ekor pesawat yang ditemukan tim penyelam TNI Angkatan Laut. Pasalnya, setelah tim penyelam turun ke bagian ekor pesawat dan menyusurinya selama 62 menit, black box tidak juga ditemukan.

“Black box sampai saat ini tim kami belum bisa menemukan, ada kekhawatiran pecah, sudah menghilang dan seterusnya,” kata Panglima TNI Jendral (TNI) Moeldoko ,yang memantau kerja tim penyelam di KRI Banda Aceh, Jumat (9/1/2015) pagi.

Kekhawatiran Moeldoko ini juga berdasarkan kondisi ekor pesawat yang menancap ke dasar laut.
Sebagian ekor pesawat juga sudah rusak. Bangku-bangku penumpang juga tidak lagi terlihat.

“Saya tidak bisa memastikan (black box sudah tidak ada), tapi dari kondisi pecahan-pecahan ekor, saya khawatir,” kata Moeldoko

Untuk memastikan, ekor pesawat akan ditarik dengan menggunakan balon dan penderek ke permukaan air yang lebih tinggi. Diharapkan, proses pencarian black boxakan lebih mudah di ketinggian sekitar 5-7 meter.

.
Panglima TNI ke Lokasi Pencarian AirAsia, Komando Utama Tetap di Kepala Basarnas

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI FH Bambang Soelistyo tidak mempersoalkan kedatangan Panglima TNI Jenderal Moeldoko di lokasi pencarian dan evakuasi pesawat AirAsia QZ8501. Menurut Soelistyo, kedatangan Moeldoko tidak akan mengubah arah komando tim SAR gabungan.

“Panglima TNI Jenderal Moeldoko datang ke sana itu konteksnya sebagai panglima atau bapaknya para prajurit kita yang tergabung dalam SAR gabungan,” ujar Soelistyo, saat ditemui seusai menggelar konferensi pers di Kantor Basarnas, Jakarta Pusat, Kamis (8/1/2015).

Soelistyo menegaskan, seluruh kendali operasi pencarian dan evakuasi pesawat tetap berada di bawah kendali Basarnas. Menurut dia, Panglima TNI telah memberikan bantuan di bawah kendali operasi, berupa prajurit TNI yang tergabung dalam tim SAR gabungan, di mana leading sector tetap diberikan kepada Basarnas.

Seperti diberitakan, Moeldoko kembali mendatangi lokasi pencarian dan evakuasi korban pesawat AirAsia di perairan Selat Karimata, dekat Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Kamis pagi. Moeldoko dan rombongannya akan menginap di Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Banda Aceh.

Moeldoko ingin mengawal langsung proses pengangkatan ekor pesawat dan pencarian black box atau kotak hitam pesawat AirAsia QZ8501. (Baca: Panglima TNI Menginap di KRI Banda Aceh sampai Ekor AirAsia Diangkat)

Panglima TNI berharap kotak hitam pada ekor pesawat AirAsia QZ8501 bisa segera ditemukan paling lambat pada Jumat (9/1/2015) besok. “Semoga besok menjadi titik akhir pencarian black box ini,” kata Moeldoko di KRI Banda Aceh di Selat Karimata, dekat Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Kamis (8/1/2015) siang.

.
Panglima TNI Pimpin Operasi Pengangkatan Ekor AirAsia

JAKARTA – Tiga tim penyelam TNI menghentikan operasi pengangkatan ekor AirAsia QZ 8501 yang berada di kedalaman 35 meter perairan selat Karimata, Kalimantan Tengah. Pasalnya, arus di bawah permukaan laut mencapai 5 knot. Guna memastikan kondisi keamanan timnya, Panglima TNI, Jenderal Moeldoko meminta operasi penyelaman dihentikan sekira pukul 11.30 WITA.

“Pagi tadi sudah saya cek kesiapan regu penyelam untuk mengangkat ekor pesawat, tapi belum berhasil karena arusnya deras, jadi dihentikan” ujarnya melalui rilis yang diterima Okezone, Kamis (8/1/2015).

Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) itu menambahkan, waktu yang baik untuk melakukan operasi penyelaman ialah pukul 05.00 hingga 11.30 WITA. Sebab itu, TNI menyiagakan tiga tim yang masing-masing berisi tujuh penyelam terlatih.

“Tim ini merupakan regu khusus dan terlatih serta telah dipersiapkan dengan baik,” imbuhnya.

Dalam operasi evakuasi, tim penyelam TNI dibantu oleh kapal Tunda Samudra. Adapun kemampuan kapal milik Satuan Kerja Khusus (SKK) migas itu memiliki kemampuan dapat mengangkat beban hingga 60 ton. Selain itu, enam kapal juga turut disiagakan di sekitar lokasi, diantaranya KRI Banda Aceh. “Tentu ini akan memudahkan tim di lapangan,” tambahnya.

Orang nomor satu di jajaran militer itu mengintruksikan anggotanya untuk mengevakuasi jenazah selain berkonsentrasi mengambil kotak hitam pesawat milik maskapai negeri jiran Malaysia. Saat ini, Moeldoko serta Asintel Panglima TNI, Laksda Amri Husaini, Asops Panglima TNI, Mayjen Indra Hidayat, Aster Panglima TNI, Mayjen Ngakan G Sugiharta, dan Kapuspen Mayjen M Fuad Basya menginap di KRI Banda Aceh untuk memnimpin kembali operasi hari ini.

“Jenazah menjadi prioritas utama, tapi tim juga harus berkonsentrasi untuk mengambil black box,” pungkasnya.

Sumber : okezone

.
Panglima TNI Minta Benda 5 Ton Itu Langsung Diikat dan Angkat

PANGKALAN BUN – Permasalahan evakuasi ekor pesawat AirAsia QZ8501 yang jatuh di sekitar Selat Karimata kemarin (8/1), juga terletak pada kapasitas lifting bag untuk mengangkat ekor pesawat.

Kemarin hanya tersedia dua kantong pengembang yang lazim dipakai Dislambair untuk mengangkat kapal karam di perairan dangkal.

Peralatan itu tentu kurang memadai untuk proses evakuasi ekor pesawat yang terjerembab di perairan dalam. Selain lifting bag yang kurang memadai, kapasitas crane di kapal juga maksimal 3 ton. Padahal berat ekor pesawat diperkirakan 5 ton.

Pangarmabar Laksda TNI Widodo dalam paparannya di hadapan Panglima TNI Jenderal Moeldoko menyebutkan berat 1/3 bagian depan pesawat 12 ton. Sedangkan 2/3 bagian memiliki berat 25 ton.

Dengan kondisi seperti itu, TNI AL membutuhkan dukungan crane yang sanggup membantu proses pengangkatan dan pemindahan ke ponton. Sedangkan posisi ponton terdekat saat ini berada di Semarang.

Mendengar penjelasan itu, Moeldoko memutuskan penyelaman dimulai lagi Jumat (9/1) pukul 05.00 pagi. “Diskusikan bersama agar tim penyelam begitu turun bisa langsung ikat dan angkat,” tegas Moeldoko.

Untuk memenuhi kebutuhan evakuasi, sekitar pukul 19.00, Armada TNI AL wilayah timur (Armatim) memberangkatkan KRI Ahmad Yani ke sasaran operasi. Kapal perang itu mengangkut 12 lifting bag. Rinciannya lifting bag berkekuatan 35 ton 2 buah, 10 ton (3), 5 ton (2), 2 ton (1), 500 kg (4).

“Kami juga mengirim 15 personel dari Dislambair (dinas penyelaman bawah air),” ujar Kadispen Armatim Letkol Laut (KH) Maman Sulaeman. Selain dibawa dengan kapal, TNI AL juga mengirikan tujuh lifting bag berkekuatan total 110 ton lewat pesawat udara. Rinciannya kapasitas 35 ton (2 buah), 10 ton (3), 5 ton (2).

Lifting bag yang dikirim lewat pesawat itu mendarat di Lanud Iskandar sekitar pukul 19.05. Kepala tim penyelaman Dislambair Armatim Kapten Laut Saiful Afrianto.

“Besok semoga cuaca bagus sehingga kita bisa pasang alat ini dan mengangkat ekor pesawat,” ujarnya. Jika kondisi bawah air dan cuaca bagus, pemasangan alat itu butuh waktu sekitar 20-25 menit.

Setelah alat terpasang pada obyek, balon kemudian diisi angin dari kompresor yang ada di atas kapal. Setelah mengembangkan, obyek sudah diangkat akan perlahan-lahan naik ke atas. Dari situ proses memindahkan ke ekor pesawat ke ponton akan lebih mudah.

Sumber : http://www.jpnn.com/

.
Ini skenario TNI AL angkat ekor pesawat AirAsia QZ8501

Merdeka.com – Tim penyelam TNI AL yang diberangkatkan untuk mengangkat ekor pesawat AirAsia QZ8501 berjumlah tujuh orang. Tim diberangkatkan dengan menggunakan KRI Ahmad Yani-351.

Kadislambair Koarmatim Letkol Laut (T) Erwin C. Gora selaku Komandan Satgas memaparkan sekilas tentang rencana proses pengangkatan badan pesawat AirAsia QZ8501.

Kadislambair mengatakan bahwa setelah berada di atas lokasi badan pesawat, maka tim akan menurunkan beberapa penyelam untuk memasang tali-tali pengikat dan segel ke badan pesawat.

Setelah tali-tali dan segel terpasang dengan sempurna baik ke badan pesawat maupun ke ‘lifting bag’, maka proses pengapungan siap dilaksanakan dengan menggunakan kompresor tekanan rendah yang terhubung dengan lifting bag.

“Setelah badan pesawat terapung, selanjutnya akan dievakuasi dengan alat yang lain, seperti crane dan tongkang untuk selanjutnya dievakuasi ke Pangkalan Bun,” kata Erwin dalam keterangan tertulis yang diterima merdeka.com, Jumat (9/1).

Sebelumnya, TNI AL dari Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) mengirim tim penyelam dari Dinas Penyelamatan Bawah Air (Dislambair), dengan membawa alat untuk mengangkat badan pesawat AirAsia QZ8501 dari dasar laut.

“Tim penyelam tersebut terbagi dalam dua pemberangkatan,” kata Kadispen Koarmatim Letkol Laut (KH) Maman Sulaeman dalam keterangan tertulis.

Tim pertama, kata dia, berjumlah delapan orang yang dipimpin Kapten Laut (P) Saiful Apriyanto yang diberangkatkan dari Pangkalan Udara TNI Angkatan Laut (Lanudal) Juanda, menggunakan pesawat CN235 milik TNI Angkatan Laut.

Tim tersebut, lanjut Maman, membawa peralatan yang mampu mengangkat badan pesawat dari dasar laut. Alat yang bernama ‘lifting bag’ tersebut mampu mengangkat badan pesawat dengan berat lebih dari 110 ton, dengan rincian ‘lifting bag’ 35 ton dua buah, 10 ton tiga buah, lima ton dua buah, dua ton satu buah dan 500 kg empat buah, serta beberapa pengikat, segel dan beberapa perlengkapan lainnya.

Sedangkan peralatan lainnya diberangkatkan dari Dermaga Koarmatim Ujung Surabaya, menggunakan KRI Ahmad Yani-351 yang dikomandani Letkol Laut (P) Muhamad Riza.

Peralatan yang dibawa KRI Ahmad Yani-351 di antaranya kompresor tekanan tinggi yang berfungsi untuk mengisi tabung selam sebanyak dua unit, MK-27 untuk penyelaman dalam, sebanyak dua unit, kompresor tekanan rendah untuk mengisi ‘lifting bag’ dalam proses pengapungan sebanyak satu unit, air bank dan perlengkapan selam lainnya.

.
Skenario Pengangkatan Ekor AirAsia dengan Alat TNI AL

VIVAnews – Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) memberangkatkan tim penyelam dari Dinas Penyelamatan Bawah Air (Dislambair) dengan membawa alat untuk mengangkat badan pesawat AirAsia QZ8501 dari dasar laut, Kamis, 8 Januari 2015.

Tim penyelam terbagi dua pemberangkatan. Tim pertama, delapan orang dipimpin Kapten Laut (P) Saiful Apriyanto diberangkatkan dari Pangkalan Udara TNI Angkatan Laut (Lanudal) Juanda menggunakan pesawat CN235 milik TNI Angkatan Laut.

Tim pertama membawa peralatan yang mampu mengangkat badan pesawat, lifting bag. Alat itu mampu mengangkat badan pesawat dengan berat lebih dari 110 ton.

Dengan rincian, lifting bag 35 ton dua buah, 10 ton tiga buah, 5 ton dua buah, 2 ton satu buah dan 500 kilogram empat buah, serta beberapa pengikat, segel dan perlengkapan lainnya.
?
Sementara tim kedua membawa peralatan lainnya juga diberangkatkan dari Dermaga Koarmatim Ujung Surabaya, dengan KRI Ahmad Yani 351, dipimpin Letkol Laut (P) Muhamad Riza.

Tim ini membawa kompressor tekanan tinggi yang berfungsi untuk mengisi tabung selam sebanyak dua unit, dua unit MK-27 untuk penyelaman dalam, kompresor tekanan rendah untuk mengisi lifting bag dalam proses pengapungan sebanyak satu unit, air bank dan perlengkapan selam lainnya.

Tim penyelam yang diberangkatkan dengan KRI Ahmad Yani 351 ini berjumlah tujuh orang dan memerlukan waktu sekitar 19 jam untuk sampai ke Pangkalan Bun.

Kadislambair Koarmatim, Letkol Laut (T) Erwin C Gora, yang juga Komandan Satgas memaparkan sekilas tentang rencana proses pengangkatan badan pesawat AirAsia QZ8501.

“Setelah berada di atas lokasi badan pesawat, maka tim akan menurunkan beberapa penyelam untuk memasang tali-tali pengikat dan segel ke badan pesawat,” kata Letkol Laut (T) Erwin C Gora.

Setelah tali-tali dan segel terpasang dengan sempurna baik ke badan pesawat maupun ke lifting bag, proses pengapungan siap dilaksanakan dengan menggunakan kompressor tekanan rendah yang terhubung dengan lifting bag.

Setelah badan pesawat terapung selanjutnya akan dievakuasi dengan alat yang lain, yakni crane dan tongkang. Lalu dievakuasi ke Pangkalan Bun.

.
TNI AL kirimkan alat angkat badan AirAsia

Jakarta (ANTARA News) – TNI Angkatan Laut dari Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) telah mengirimkan tim penyelam dari Dinas Penyelamatan Bawah Air (Dislambair) Koarmatim dengan membawa alat untuk mengangkat badan pesawat AirAsia QZ 8501 dari dasar laut.

“Tim penyelam tersebut terbagi dalam dua pemberangkatan,” kata Kadispenartmatim Letkol Laut (KH) Maman Sulaeman, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.

Tim pertama, kata dia, berjumlah delapan orang yang dipimpin Kapten Laut (P) Saiful Apriyanto yang diberangkatkan dari Pangkalan Udara TNI Angkatan Laut (Lanudal) Juanda menggunakan pesawat CN235 milik TNI Angkatan Laut.

Tim tersebut, lanjut Maman, membawa peralatan yang mampu mengangkat badan pesawat dari dasar laut. Alat yang bernama Lifting Bag tersebut mampu mengangkat badan pesawat dengan berat lebih dari 110 ton, dengan rincian Lifting Bag 35 ton dua buah, 10 ton tiga buah, lima ton dua buah, dua ton satu buah dan 500 kg empat buah, serta beberapa pengikat, segel dan beberapa perlengkapan lainnya.

Sedangkan peralatan lainnya diberangkatkan dari Dermaga Koarmatim Ujung Surabaya menggunakan KRI Ahmad Yani-351 yang dikomandani Letkol Laut (P) Muhamad Riza.

Peralatan yang dibawa KRI Ahmad Yani-351, ujar Maman, di antaranya kompressor tekanan tinggi yang berfungsi untuk mengisi tabung selam sebanyak dua unit, MK-27 untuk penyelaman dalam, sebanyak dua unit, kompressor tekanan rendah untuk mengisi Lifting Bag dalam proses pengapungan sebanyak satu unit, Air Bank dan perlengkapan selam lainnya.

Tim penyelam yang diberangkat dengan KRI Ahmad Yani-351 berjumlah tujuh orang dan memerlukan waktu sekitar 19 jam untuk sampai ke Pangkalan Bun.

Kadislambair Koarmatim Letkol Laut (T) Erwin C. Gora selaku Komandan Satgas memaparkan sekilas tentang rencana proses pengangkatan badan pesawat AirAsia QZ 8501.

Kadislambair mengatakan, setelah berada di atas lokasi badan pesawat, maka tim akan menurunkan beberapa penyelam untuk memasang tali-tali pengikat dan segel ke badan pesawat. Setelah tali-tali dan segel terpasang dengan sempurna baik ke badan pesawat maupun ke Lifting Bag, maka proses pengapungan siap dilaksanakan dengan menggunakan kompressor tekanan rendah yang terhubung dengan Lifting Bag.

“Setelah badan pesawat terapung selanjutnya akan dievakuasi dengan alat yang lain, seperti Crane dan Tongkang untuk selanjutnya dievakuasi ke Pangkalan Bun,” kata Erwin.

.
Panglima TNI Moeldoko Pimpin Doa Pengangkatan Ekor AirAsia

Liputan6.com, Laut Jawa – Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko memimpin doa keberangkatan tim penyelam menuju lokasi pengangkatan ekor pesawat AirAsia QZ8501 di Laut Jawa. Pesawat yang mengangkut 155 penumpang dan 7 awak itu hilang kontak dan jatuh sejak Minggu 28 Desember 2014.

“Marilah kita berdoa sebelum pengangkatan ekor AirAsia, demi keselamatan dan kebaikan tim penyelam, keluarga korban, dan negara. Berdoa mulai,” ujar Moeldoko di KRI Banda Aceh, perairan Laut Jawa, Kamis (8/1/2015).

Sebelum berdoa, Moeldoko mendengarkan presentasi hasil penemuan dan rencana pengangkatan ekor AirAsia selama kurang lebih 40 menit. Presentasi dilakukan Komandan SAR Laut Laksamana Pertama TNI Abdul Rasyid dan Panglima Koarmabar Laksamana Muda TNI Widodo.

Presentasi tersebut menjelaskan kronologis penemuan dan hambatan dalam misi pencarian AirAsia. Selain itu, juga penjelasan proses pengangkatan pesawat penerbangan Surabaya-Singapura itu.

Dalam kesempatan itu, Moeldoko pun memberikan arahan terkait teknis pengangkatan ekor AirAsia. Termasuk meyakinkan kesiapan dan kemampuan tim penyelam TNI AL yang akan melaksanakan tugas pengangkatan tersebut.

Moeldoko juga memberikan ucapan selamat sekaligus memberikan semangat kepada tim penyelam yang akan melakukan misi tersebut secara simbolis, dengan memberikan cium pipi kanan kiri dan menepuk pundak kepada 3 penyelam yang akan bertugas.

“Selamat ya, kamu pasti bisa,” ucap Moeldoko seraya menepuk lengan kanan ketiga penyelam.

Rencana pengangkatan ekor AirAsia pun dimulai. Para penyelam yang berjumlah 17 orang berangkat dari KRI Banda Aceh menggunakan perahu karet ke titik koordinat penemuan ekor AirAsia yang berjarak sekitar 0,5 NM dari KRI Banda Aceh.

.
Panglima TNI Ikut Evakuasi AirAsia Koordinasi Tetap di Basarnas

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Madya FH Bambang Soelistyo mengatakan kedatangan Panglima TNI Jenderal Moeldoko ke Pangkalanbun tak mengganggu komando birokrasi evakuasi korban pesawat AirAsia QZ8501.

Bambang memastikan, Moeldoko ikut membantu pencarian korban dan serpihan pesawat milik taipan asal Malaysia, Tony Fernandes. “Konteksnya sebagai panglima atau bapaknya para prajurit yang tergabung dalam SAR gabungan,” ujar Bambang di Jakarta, Kamis (8/1/2015).

Menurut Bambang, keberadaan Moeldoko di lokasi evakuasi korban dan badan pesawat, tepatnya di KRI Banda Aceh untuk mengangkat ekor pesawat AirAsia, komando koordinasi tim gabungan tetap di bawah kendali Basarnas. “Leading sektor tetap Basarnas,” imbuhnya.

Beredar kabar, kedatangan Moeldoko menyebabkan komando koordinasi pencarian dan evakuasi terpecah. Selain Kepala Basarnas, Panglima Moeldoko juga ikut memberikan perintah dalam operasi pengangkatan ekor pesawat yang dimulai Jumat (9/1/2015) pukul 05.00 WIB.

.
Belajar dari AirAsia QZ8501, TNI AL Akan Latih Evakuasi Black Box

Liputan6.com, Pangkalan Bun – Pencarian dan evakuasi pesawat AirAsia QZ8501 di Laut Jawa tidaklah mudah. Belajar dari kasus inilah, TNI AL berniat menggelar pelatihan khusus evakuasi kecelakaan pesawat.

“Kita kan belum tahu, kasus AirAsia bisa jadi pelajaran. Kita harus buat latihan evakuasi pesawat,” ujar Komandan KRI 593 Letkol Laut (P) Arief Budiman saat berbincang dengan Liputan6.com di perairan Laut Jawa, Kamis (8/1/2015).

Setiap pesawat memiliki karakteristik sesuai jenisnya. Maka itu, kata Arief, pengetahuan tentang jenis pesawat harus menjadi bekal setiap prajurit TNI AL nantinya.

“Jadi nanti setiap evakuasi pesawat tahu posisi dan bagaimana mengambil black box atau penumpangnya. Selama ini kan kita belum tahu, membuka black box ini kan ada kunci khusus. Itu yang harus dilatihkan,” ujar Arief.

Pelatihan ini, lanjut Arief, memungkinkan kerja sama antara TNI AL dengan maskapai penerbangan.

“Kita nggak berharap ada kecelakaan pesawat lagi, tapi kita harus mengantisipasi kemungkinan, sehingga ke depan tidak ada kesulitan saat mengevakuasi pesawat,” tukas Arief.

.
Panglima TNI Menginap di KRI Banda Aceh sampai Ekor AirAsia Diangkat

PANGKALAN BUN, KOMPAS.com — Panglima TNI Jenderal Moeldoko dan rombongannya akan menginap di Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Banda Aceh. Moeldoko ingin mengawal proses pengangkatan ekor pesawat dan pencarian black box atau kotak hitam pesawat AirAsia QZ8501.
“Karena hari ini belum selesai, jadi Panglima akan menginap sampai besok. Sampai ditemukanlah,” kata Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen Fuad Basya di KRI Banda Aceh, di Selat Karimata, dekat Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Kamis (8/1/2015) siang.

Pantauan Kompas.com di lokasi, kamar untuk Panglima TNI dan staf-stafnya memang sudah disiapkan. Di setiap pintu kamar-kamar VIP sudah ditempel selembar kertas yang menandakan kamar Panglima dan stafnya.

Hari ini, tim penyelam gabungan TNI Angkatan Laut gagal mengangkat ekor pesawat AirAsia dari dasar laut ke permukaan air. Meski begitu, satu balon atau floating bag sudah dipasang pada ekor pesawat.

Balon itu dipasang oleh tim pertama yang terjun ke dasar laut. Namun, saat tim kedua turun, arus laut sudah telanjur berubah menjadi kencang hingga 3-5 knot. Satu knot sama dengan 1,85 kilometer per jam. Normalnya, penyelam dapat bekerja dengan baik di kecepatan arus 1-2 knot.

Demi keselamatan penyelam, proses pengangkatan dihentikan dan akan dilanjutkan pada Jumat pagi. Dari penyelaman sebelumnya, diperkirakan arus laut pada pukul 06.00 WIB sampai 11.00 WIB tidak terlalu kencang.




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia