TRANSLATE

TNI beri kenaikan luar biasa prajurit “AirAsia”

Senin, 12 Januari 2015

TNI beri kenaikan luar biasa prajurit "AirAsia"

Pangkalan Bun, Kalteng (ANTARA News) – Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko memberikan kenaikan luar biasa bagi prajurit TNI yang ikut dalam pencarian pesawat Air Asia QZ8501 yang jatuh di perairan Teluk Kumai, Kalimantan Tengah (Kalteng) pada 28 Desember 2014.

“Saya melihat sendiri perjuangan para prajurit, bagaimana mereka berhadapan dengan kondisi alam, untuk itu saya memutuskan kenaikan luar biasa beberapa prajurit saya,” kata Moeldoko di Lanud Islandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Sabtu.

Ia mengatakan sempat melihat sendiri betapa sulitnya memindahkan ekor pesawat Air Asia dari KRI Banda Aceh ke KN Cress Onix di tengah laut dengan gelombang yang tinggi.

Surat Keputusan Panglima TNI untuk kenaikan luar biasa itu masih akan menyusul. Namun secara simbolis pemberian kenaikan luar biasa telah dilakukan di atas kapal usai pengangkatan ekor pesawat Air Asia.

Menurut dia, kerja keras para prajurit TNI dalam tim SAR gabungan operasi pencarian dan evakuasi korban telah sesuai dengan keinginan Badan SAR Nasional, Komite Nasional Keselamatan Transportasi, dan seluruh rakyat Indonesia.

TNI dalam bagian melaksanakan tugas SAR, ia mengatakan sudah melakukan kegiatan dengan baik dari mulai mencari, mengevakuasi, mencari kotak hitam, mengangkat ekor pesawat dan menyerahkannya kepada KNKT.

Pada kesempatan yang sama, Moeldoko juga menjanjikan dukungan TNI untuk mencari dan mengevakuasi korban, kotak hitam, dan pesawat dalam operasi SAR gabungan ini.

Ia pun siap mengerahkan prajuritnya untuk melakukan penyelaman untuk mengambil kotak hitam jika memang lokasi pasti dari teknologi tersebut sudah diketahui.

.
Moeldoko: Keberhasilan Pengangkatan Ekor AirAsia karena Penyelam TNI Sangat Profesional

TRIBUNNEWS.COM, PANGKALAN BUN – Proses pengangkatan ekor pesawat AirAsia QZ8501 oleh tim penyelam TNI menunjukkan hasil yang sangat membanggakan. Terlebih lagi, operasi itu dipantau langsung Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko dari atas geladak KRI Banda Aceh di perairan Selat Karimata, Kalimantan Tengah, Sabtu (10/1/2015).

“Keberhasilan dalam pengangkatan ekor pesawat ini tidak terlepas dari profesionalisme yang dimiliki para penyelam TNI yang ditunjukkan selama proses operasi berlangsung. Selama empat hari mereka, tidak kenal lelah dan terus melakukan strategi yang tepat dan aman selama proses pengangkatan berlangsung,” tegas Panglima TNI Jend Moeldoko.

Proses pengangkatan ekor pesawat dilaksanakan beberapa tahap antara lain: penyelaman pertama dilakukan guna pengecekan hasil pemasangan Belt. Aksi para penyelam TNI dimulai dengan turunnya dua penyelam ke permukaan di titik pengangkatan ekor pesawat pada pukul 06.01 WITA, dilanjutkan dua penyelam lagi pada pukul 06.02 WITA.

Pada pukul 06.26 WITA para penyelam naik ke permukaan, dan pukul 10.12 WITA para penyelaman mulai melakukan pengisian udara sebanyak 6 tabung.
Tahap selanjutnya, pada pukul 11.14 WITA, para penyelam mulai turun dan tiba di permukaan pukul 11.31 WITA. Pada pukul 11.40 WITA penyelaman dilanjutkan kembali dan pukul 11.48 WITA para penyelam tiba di permukaan. Pada pukul 11.50 WITA, “lifting bag muncul ke permukaan dan ekor pesawat terlihat terangkat ke permukaan, dengan dibantu penarikan menggunakan tali tros kapal,” lanjut Moeldoko.

Panglima TNI yang memantau dari atas KRI Banda Aceh itu mengatakan, ekor pesawat perlahan mulai muncul ke permukaan laut. “Itu sudah mulai kelihatan, itu kelihatan jelas tulisan AirAsia. Proses evakuasi ini dimulai sejak pukul 06.00 WITA”, ujarnya.

Lebih lanjut Panglima TNI mengatakan, proses pengangkatan ekor pesawat AirAsia QZ-8501 dari dasar laut menggunakan alat lifting bag dan proses penarikan dengan menggunakan Kapal Crest Onyx, setelah berhasil di tarik ke permukaaan, ekor pesawat kemudian di angkat keatas kapal yang selanjutnya akan di bawa ke Pelabuhan Teluk Kumai.

Jenderal TNI Moeldoko mengapresiasi kepada seluruh tim yang telah berhasil mengangkat ekor pesawat AirAsia QZ-8501 walaupun terdapat beberapa kendala yang menghambat dalam proses evakuasi ekor pesawat tersebut, salah satunya kondisi cuaca dan arus di perairan tempat jatuhnya pesawat.

Hal lain yang juga menjadi hambatan dan dihadapi Tim SAR di lapangan adalah sistem pengangkatan ekor pesawat ke atas permukaan. Meski demikian Tim SAR telah menyiapkan Subsurface Vehicle yang dilengkapi balon khusus untuk mengambangkan pesawat dari bawah air. Operasi yang berlangsung mulai hari kamis akhirnya membuahkan hasil dengan terangkatnya ekor pesawat AirAsia pada siang hari ini.

Lokasi penemuan ekor AirAsia QZ-8501 berada di titik koordinat 3 derajat 38′ 39” Lintang Selatan dan 109 derajat 43′ 45” Bujur Timur. Lokasinya berjarak sekitar 127 kilometer dari Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, dan 188 kilometer dari Pulau Belitung. Serpihan bagian ekor pesawat telah diverifikasi oleh dua penyelam dari Tim Intai Amfibi TNI Angkatan Laut yang berada di kedalaman 34 meter. Saat ditemukan, obyek sudah terkoyak di beberapa sisi. Namun bentuk ekor masih jelas terlihat karena menghujam ke dasar laut.

.
Ekor AirAsia Terangkat, Prajurit TNI Naik Pangkat

PANGKALAN BUN – Usai mengangkat bagian ekor pesawat AirAsia QZ 8501 dari dasar pesawat, sejumlah prajurit penyelam mendapat penghargaan langsung dari Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko yang memimpin langsung operasi tersebut di atas KRI Banda Aceh.

“Saya bisa merasakan betapa anak buah kita di lapangan menghadapi rintangan alam dalam menjalankan tugas. Saya berikan penghargaan luar biasa, saya tempelkan pangkat terbaik bagi mereka, tadi (di atas kapal) saya serahkan secara simbolik,” kata Moeldoko dalam konferensi pers di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Sabtu (10/1/2015).

Namun, Jenderal Moeldoko tidak menjelaskan secara detail pangkat apa saja yang disematkan pada anak buahnya tersebut.

“Personel kita punya standar penaikan pangkat luar biasa, seperti Satya Lencana sebagai bentuk prestasi kita juga diberikan,” kata Moeldoko.

Kepemimpinan Moeldoko di atas kapal, berlangsung selama tiga hari sejak Kamis 8 Januari. “Tugas TNI mencari, menemukan, dan evakuasi barang telah dijalankan dan menyerahkan secara resmi ke KNKT dalam keadaan sesungguhnya dan diterima dengan baik,” ujar Jenderal bintang empat itu.

Melihat secara langsung kondisi ekor pesawat yang hancur, Moeldoko tak yakin jika black box masih ada di dalamnya. “Saya tidak bisa menjawab penuh apakah black box ada atau tidak di ekor,” kata Moeldoko.

Sementara, Ketua Komita Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Tatang Kurniadi mengatakan, informasi yang diperolehnya dari jajarannya yang berada di lokasi, black box tersebut sudah tidak berada di bagian ekor pesawat.

“Informasi yang saya dapat, black box itu sudah terlepas dari tempatnya,” kata Tatang.

Sumber : okezone

.
Petinggi Militer Rusia Puji TNI

Metrotvnews.com, Jakarta: Ketua Pakar Militer sekaligus Wakil Menteri Kementrian Keadaan Darurat Rusia Eduard N Chizhikov menilai, tentara nasioanal Indonesia (TNI) merupakan pasukan yang gigih. Hal itu dibuktikan TNI saat bekerja sama dengan pasukan Rusia dalam pencarian dan evakuasi korban Pesawat AirAsia QZ8501.

“Saya bisa bilang, TNI itu orang yang disiplin, tanggung jawab dan kami sangat senang bekerja dengan mereka,” katanya kepada wartawan di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Minggu (11/1/2014).

Dia juga mengakatan, semua pekerjaan yang dilakukan tim Rusia dikoordinasi dengan baik dengan Kedutaan Rusia. “Saya sampaikan rasa terima kasih,” ungkap dia.

Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Galuzin mengatakan proses kerja sama dalam evakuasi ini turut pula membangun hubungan baik antara Rusia dengan Indonesia.

“Saya mau bilang kerja sama yang dilakukan yang muncul di antara tim Rusia dan Indonesia sekali lagi menunjukan hubungan baik yang sudah dijalin antara Indonesia dan Rusia,” ungkap dia.

Dan ini sangat penting, lanjut Mikhail, hubungan ini bersifat baik dan membantu satu sama lain dalam situasi ini.

.
Panglima TNI Janji Dukung Pencarian Korban AirAsia Hingga Tuntas

Pangkalan Bun – Panglima TNI, Jenderal Moeldoko, berjanji mendukung pencarian korban sekaligus kotak hitam pesawat Air Asia QZ8501 hingga tuntas.

“Terhadap korban yang belum ditemukan, kita berusaha keras menemukannya. Belum ditemukan sisa badan pesawat lain karena sebelumnya fokus ke ekor,” kata Panglima TNI saat memberikan keterangan pers di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah (Kalteng), Minggu (11/1).

Ia tidak dapat menjawab apakah kotak hitam pesawat Air Asia yang dicari ada di ekor pesawat yang telah berhasil diangkat. Namun saat ini ekor pesawat sudah dapat diangkat dan diserahkan ke Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).

“Saya tidak bisa jawab penuh kotak hitam ada di ekor atau tidak, KNKT yang akan laporkan itu,” ujar dia.

Berdasarkan laporan dari Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya FHB Soelistyo, ia mengatakan ada “pinger locater” yang menangkap signal dari kotak hitam pesawat. Skenario yang akan dilakukan jika memang signal tertangkap semakin kuat maka tim selam yang berada di KN Jadayat dan KRI Banda Aceh siap dikerahkan ke lokasi, ujar dia.

Selain akan fokus membantu mencari kotak hitam, ia mengatakan, personel TNI akan siap membantu mencari badan pesawat Airbus 320-200 yang terpisah-pisah.

Pada operasi pencarian dan evakuasi korban jatuhnya pesawat Air Asia QZ8501 hari ke-14, pengangkatan ekor pesawat dari dasar perairan Teluk Kumai telah berhasil dilakukan dengan menggunakan balon pengapung.

Meski demikian, menurut Direktur Operasional Basarnas Marsekal Pertama SB Supriyadi, kotak hitam yang dicari tidak berada di ekor pesawat.

Sumber: Antara

.
Menengok Boeing-737 Classic 400 VIP yang Antar Panglima TNI ke Pangkalan Bun

Pangkalan Bun – Sudah 3 hari belakangan ini Pesawat Boeing-737 Classic 400 VIP milik TNI AU terparkir di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Pesawat ini membawa Panglima TNI Jenderal Moeldoko bersama rombongan.

Boeing-737 dengan seri A-7305 masih menunggu Panglima TNI yang saat ini sedang memantau pengangkatan ekor pesawat AirAsia QZ8501 di KRI Banda Aceh. Kapten pilot Pesawat Indonesian Air Force tersebut, Letkol Pnb Firman Wirayuda mengatakan A-7305 mampu mengangkut 92 penumpang.

“Pesawat ini bisa membawa 92 penumpang. Ini VIP, bisa digunakan untuk Wapres, menteri, pejabat setingkat menteri seperti Panglima TNI, kepala staf,” ujar Firman saat ditemui di dalam pesawat Boeing di Lanud Iskandar, Kamis (9/1/2014).

Menurut Pilot yang telah memiliki 7.000 jam terbang ini, Boeing A-7305 sering digunakan oleh Boediono saat menjabat sebagai wakil presiden. Meski begitu Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhyono juga pernah beberapa kali menggunakan pesawat ini saat masih menjabat. Saat digunakan oleh presiden, Boeing A-7305 menjadi pesawat VVIP.

“Pernah juga dipakai Pak Jokowi sekali tapi sebagai pesawat pengganti. Waktu ke Sorong landasan di sana nggak bisa untuk BBJ (Boeing Business Jet) pesawat RI-1, jadi dari Biak naik ini ke Sorong. Waktu itu yang bawa Pak Dodi dan Pak Noto. (Pesawat ini) cadangan untuk R1-1,” kata Firman.

Di dalam pesawat, ruangan passenger terbagi menjadi 2 yaitu bagian VIP yang berisi 4 kursi dan 2 meja. Letaknya berada di dekat pintu masuk depan di belakang kokpit pesawat. Interior pesawat ini terlihat lux dan nyaman.

Di belakang ruang VIP, terdapat ruangan berisi 2 sleepery seat. Lalu di sampingnya ada semacam tempat meletakan bagasi bagi tamu VIP yang menggunakan pesawat itu.

“Sleepery seat kalau beliau (VIP) capek dan mau istirahat tidur. Kursinya bisa ditidurkan. Kalau bagasi khusus ini untuk barang-barang VIP ya,” ucap perwira lulusan Akademi Angkatan Udara tahun 1995 itu.

Kursi penumpang lainnya berada di belakang ruang sleapery seat dan hampir sama dengan pesawat Boeing pada umumnya. Kursi berwarna biru terbuat dari bahan yang lembut sehingga membuat nyaman. Di bagian penumpang ini terdapat lambang TNI AU yang cukup besar.

Ada 15 kru pesawat Boeing A-7305 dalam tugasnya mengantar Moeldoko ke Pangkalan Bun ini. Kru tersebut termasuk 2 Pilot, 1 Copilot, Flight Engineer, Juru Radio Udara, load master, Pramugari, dan Pramugara.

Kokpit pesawat sendiri tidak begitu lebar, dan terdapat banyak instrumen di dalamnya. Di sisi kiri merupakan instrumen untuk mesin, di kanan adalah instrumen untuk penerbangan. Di bagian atas juga terdapat tombol-tombol atau over head panel yang merupakan instrumen pengendalian lainnya di pesawat. Seperti operate fuel, electric, hidrolic, dan AC.

Menurut sang Copilot, Lettu Pnb Kresna Hendra Wibawa (28), keunggulan Boeing jenis classic tersebut adalah sudah bisa auto landing. Jadi saat pendaratan, pesawat ini sudah bisa dikendalikan otomatis.

“Bisa auto land, syaratnya ada 2. Command A dan command B, dua-duanya harus aktif. Mulai approching sampai landing, pilot hands off, pesawat sudah bisa mendarat sendiri,” jelas Kresna.

“Biar yakin nyalain dua-duanya auto pilotnya itu. Nggak usah diapa-apain, kita tinggal arahin power aja. Pesawat ini bisa terbang dengan ketinggian maksimum 37 ribu feet. Jelajah bisa untuk 5 jam, kalau speed maksimum tergantung ketinggian juga sih,” sambung lulusan Sekolah Penerbang angkatan ke 78 itu.

Pesawat jet berbadan sempit itu juga bisa mendeteksi adanya wind shear atau turbulance yang terjadi di permukaan. Akan ada suara peringatan jika ada wind shear sehingga pilot akan bisa menghindarinya.

“Keunggulan sistemnya, flight management system sudah couple dengan auto pilot. Lateral Nav dan Vertical Nav, kita pakai auto pilot, itu pesawat nggak usah diapa-apain. Kalau Boeing classic ke atas sudah gini semua,” tutur Kresna yang sudah memiliki 1300 jam terbang tersebut.

Boeing VIP itu disebut Kresna membutuhkan landasan minimum 1850 meter untuk beroperasi. Tak hanya membawa pejabat penting dalam negeri, pesawat ini ternyata pernah membawa Sekjen PBB Ban-Ki Moon dari Bali menuju Samoa.

“Pesawat ini pernah bawa Sekjen PBB, waktu itu saya juga ikut antar Ban-Ki Moon ke Samoa, negara di Pasific. Kita berangkat malam sampai sana sore,” tutup perwira yang kini berdinas di Skadron 17 itu.

Sumber : detik




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia