TRANSLATE

PT Pindad Akui Stop Proyek Mobil Listrik

Selasa, 3 Februari 2015

PT Pindad Akui Stop Proyek Mobil Listrik

JAKARTA- PT Pindad mengaku telah menghentikan proyek pengembangan mobil listrik. Selama ini, Pindad telah mengembangkan komponen penting mobil listrik seperti dinamo. Perusahaan pelat merah di bidang produsen panser hingga senjata ini lebih memilih masuk ke industri alat berat yang memiliki potensi pasar yang tinggi, seperti eskavator.

Direktur Utama Pindad Silmy Karim mengatakan, dihentikannya proyek mobil listrik karena pihaknya tidak memperoleh kepastian regulasi dan komitmen pengembangan mobil listrik.

Selain itu, kata Silmy, pangsa pasar mobil listrik belum terlihat di Indonesia. Apalagi budaya masyarakat Indonesia yang belum menerima keberadaan mobil listrik. Alhasil, Silmy memutuskan agar fokus ke industri alutsista dan nonalutsista yang memiliki potensi pasar yang tinggi.

Pindad, kata Silmy, sedang mengembangkan purwarupa eskavator atau alat berat, yang biasa dipakai di area pertambangan hingga proyek konstruksi.
“Kita hentikan itu, karena mobil listrik tidak ada yang order. Kemudian kebijakannya belum lengkap. Buat apa mobil tidak ada yang beli. Terus siapa yang jamin? Mobil itu satu sistem yang kompleks. Tidak bisa hanya buat, tapi bisa memasarkan. Khusus di Indonesia, rendahnya budaya memakai mobil listrik dan terkait gengsinya,” ungkap Silmy di kawasan Senayan, Jakarta Selatan, pada Senin (2/2).

Kebutuhan alat berat saat ini masih dipasok dari produk-produk impor. Rencananya, kata Silmy, Pindad akan meluncurkan purwarupa alat berat buatan Indonesia pada akhir tahun ini.

“Kami sengaja melakukan kunjungan kerja ke DPR untuk meminta persetujuan Penyertaan Modal Negara (PMN) sekitar Rp 700 miliar. Suntikan modal tersebut, akan dipakai untuk mengembangkan dan memproduksi alat utama sistem senjata (alutsista,red) buatan Indonesia, seperti tank, kendaraan tempur, roket, senjata, hingga anunisi kaliber kecil. Semua penambahan kapasitas dan modernisasi mesin senjata. Kita perlu jaga kualitas dan mengantisipasi permintaan Kemhan (Kementerian Pertahanan),” ungkapnya.

Dana suntikan modal pemerintah ini, lanjut dia, akan dipakai meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di BUMN tersebut.
“Dana PMN itu sebesar 95 persen untuk alutsista dan 5 persen untuk sumber daya manusia. Pindad membutuhkan setidaknya investasi Rp 4,9 triliun untuk mengembangkan alutsista terbaru. Dana tersebut rencananya didukung dari suntikan modal negara dan kas internal. Kalau dikasih berapa dimaksimalkan. Misal dikasih Rp 700 miliar, investasi bisa Rp 800 miliar, karena Rp 100 miliar dari internal. Memang kalau semua mengandalkan internal nggak bisa cepat. Kebutuhan tersebut harapannya dari PMN,” harapnya.

Di bagian lain Silmy menyebut kinerja keuangan perseroan. Tanpa PMN, Pindad bisa meraih penjualan Rp 2,1 triliun, dengan laba bersih Rp 85 miliar di 2015. Angka ini melonjak dengan adanya PMN, namun baru dirasakan setelah 2015, atau 1 tahun setelah PMN cair.

Sumber : http://www.indopos.co.id




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia