TRANSLATE

Brasil Tolak Dubes, DPR akan Panggil Menhan untuk Kaji Pembelian Peluncur Roket

Kamis, 26 Februari 2015

Jakarta – Tindakan tak terpuji Pemerintah Brasil terhadap Duta Besar Indonesia untuk Brasil Toto Riyanto akan berdampak pada terganggunya hubungan bilateral kedua negara di berbagai bidang. Seperti di bidang pertahanan dan perdagangan.

Wakil Ketua Komisi 1 Tantowi Yahya mengatakan bahwa di bidang pertahanan, Indonesia telah memesan pesawat Super Tucano untuk mengawasi garis pantai. “Kita juga memesan Multi Launcher Rocket System (MLRS),” ujar Tantowi dalam rilisnya yang diterima detikcom, Sabtu (21/2/2015).

Menurut Tantowi, jika Brasil tidak mengubah sikapnya terhadap Indonesia, Komisi 1 akan mengevaluasi kerjasama tersebut bersama Kementerian Pertahanan. Selain itu, Tantowi mengatakan bahwa sebenarnya Brasil lebih membutuhkan Indonesia sebagai tujuan pasar ekspor dagingnya.

“Brasil saat ini sedang berusaha memasukkan dagingnya ke Indonesia. Mereka tahu besarnya kebutuhan kita akan daging. Dari dua bidang itu saja, saya menilai Brasil dalam posisi yg lebih membutuhkan kita,” lanjutnya.

Tantowi juga menambahkan bahwa Pemerintah Indonesia jangan gentar terhadap perilaku Brasil, karena saat ini Indonesia sedang mengalami darurat narkoba. “Pemerintah tidak boleh takut apalagi tunduk oleh tekanan-tekanan seperti yang sedang ditunjukkan oleh Brasil dan Australia saat ini,” sambungnya.

Sumber : http://news.detik.com/read/

.
Brasil Tak Ubah Sikap, Kerja Sama Pertahanan Bisa Dievaluasi

Metrotvnews.com, Jakarta: Sikap Brasil yang mempermalukan Duta Besar Indonesia untuk Brasil, disoroti oleh Komisi I DPR. Menurut Wakil Ketua Komisi I Tantowi Yahya, kerja sama dengan Brasil bisa dievaluasi.

Ketika Dubes Toto Riyanto sudah berada di lingkungan Istana Kepresidenan pada 20 Februari 2015, Menlu Brasil justru mengumumkan bahwa penyerahan surat kepercayaan kepada Presiden Rousseff ditunda. Penundaan khusus ditujukan kepada Dubes Toto, padahal saat ada Dubes Venezuela, Dubes Panama dan Dubes El Salvador yang turut menyerahkan surat kepercayaan.

Keputusan dari pemerintahan Presiden Dilma Rousseff itu sepertinya ingin mengambil hati rakyat Brasil terkait rencana eksekusi mati dari Rodrigo Gularte, yang ditangkap pada 2004 lalu.

Mengenai ulah memalukan dari Brasil, Tantowi memperingatkan, tindakan emosional yang diambil Pemerintah Brasil akan memperburuk hubungan bilateral kedua negara dalam berbagai bidang. Selama ini, Indonesia dan Brasil menjalin kerja sama yang baik di berbagai bidang.

“Di bidang pertahanan seperti contoh, Indonesia memesan pesawat Super Tucano untuk mengawasi garis pantai kita. Selain itu Indonesia juga memesan Multi Launcher Rocket System (MLRS) dengan Brasil,” ujar Tantowi, dalam keterangan tertulis yang diterima Metrotvnews.com, Sabtu (21/2/2015).

“Kami akan duduk dengan Kemhan untuk mengevaluasi kerja sama ini ke depan jika Brasil tidak merubah sikap,” sebut Tantowi.

Masih banyak kerja sama lain yang dijalan antara Indonesia dan Brasil. Di bidang perdagangan, sebagai salah satu penghasil daging terbesar di dunia, Brasil saat ini sedang berusaha memasukkan dagingnya ke Indonesia.

“Mereka tahu besarnya kebutuhan kita akan daging. Dari dua bidang itu saja (pertahanan dan daging), saya menilai Brasil dalam posisi yang lebih membutuhkan kita. Kita sedang dalam posisi darurat narkoba, oleh karenanya pemerintah tidak boleh takut apalagi tunduk oleh tekanan-tekanan seperti yang sedang ditunjukkan oleh Brasil dan Australia saat ini,” tutup Tantowi.

.
DPR: Evaluasi Pembelian Senjata, Pesawat, dan Daging dari Brazil

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Sikap Presiden Dilma Rousseff yang mempermalukan Dubes RI untuk Brasil, Toto Riyanto, di Istana Presidennya dengan membatalkan penyampaian credentials (surat kepercayaan) secara mendadak bakal berbuntut panjang.

Wakil Ketua Komisi I DPR, Tantowi Yahya, dalam siaran persnya menyatakan, akan mengevaluasi kerjasama bilateral yang selama ini sudah terjalin antara Indonesia-Brasil dalam berbagai bidang. Terutama pertahanan dan ekonomi.

Di bidang pertahanan Indonesia dan Brazil sudah menjalin kerjasama yang baik. Tahun anggaran 2009-2014, Indonesia memesan pesawat Super Tucano untuk mengawasi garis pantai Nusantara. Kemudian juga memesan Multi Launcher Rocket System (MLRS). Dengan kejadian ini, tegas Tantowi, kerja sama tersebut akan dievaluasi.

“Kami akan duduk dengan Kemhan untuk mengevaluasi kerja sama ini ke depan jika Brasil tidak merubah sikap,” tegas Tantowi, Sabtu (21/2).

Di bidang perdagangan, sebagai salah satu penghasil daging terbesar di dunia, Brazil saat ini sedang berusaha memasukkan dagingnya ke Indonesia, karena mereka tahu besarnya kebutuhan dalam negeri akan daging.

“Dari dua bidang itu saja, saya menilai Brazil dalam posisi yang lebih membutuhkan kita,” jelasnya.

Tantowi menambahkan, sebagai negara yang sedang dalam posisi darurat narkoba, pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla tidak boleh takut apalagi tunduk oleh tekanan-tekanan seperti yang sedang dilancarkan Brasil dan Australia saat ini.

.
Komisi I: Evaluasi Kerjasama dengan Brasil

Indonesia sudsah menjalin kerja sama dengan baik. Bahkan, untuk tahun anggaran 2009-2014, Indonesia memesan pesawat Super Tucano untuk mengawasi garis pantai. Indonesia juga memesan Multi Launcher Rocket System (MLRS).

Demikian disampaikan Wakil Ketua Komisi I dari Fraksi Golkar, Tantowi Yahya. Namun kini, lanjut Tantowi, tindakan emosional yang diambil Pemerintah Brasil akan memperburuk hubungan bilateral dengan Indonesia dalam berbagai bidang.

Pemerintah Brasil memanggil pulang duta besarnya dari Indonesia setelah pemerintah mengabaikan permohonan Brasil untuk mengampuni warganya yang dieksekusi di Nusakambangan. Bahkan Brasil melakukan pelecahan diplomatik dengan membatalkan pemberian credential kepada Dubes Indonesia di saat yang bersangkutan sudah berada di Istana Keperesidenan bersama dengan dubes-dubes lain.

“Kami akan duduk dengan Kemhan untuk mengevaluasi kerjasama ini ke depan jika Brasil tidak mengubah sikap,” tegas Tantowi kepada Kantor Berita Politik RMOL beberapa saat lalu (Sabtu, 21/2).

Selain di bidang pertahanan, kerja sama Indonesia dan Brasil juga terjalin dalam bidang perdagangan. Dan sebagai salah satu penghasil daging terbesar di dunia, Brasil saat ini sedang berusaha memasukkan dagingnya ke Indonesia. Menurut Tantowi, kerja sama di bidang perdagangan juga akan dievaluasi.

“Dan dua bidang itu saja, saya menilai Brasil dalam posisi yang lebih membutuhkan kita. Kita sedang dalam posisi darurat narkoba, oleh karenanya Pemerintah tidak boleh takut apalagi tunduk oleh tekanan-tekanan seperti yang sedang ditunjukkan oleh Brasil dan Australia saat ini,” demikian Tantowi.

.
DPR RI dukung pemerintah panggil pulang Dubes RI untuk Brazil

LENSAINDONESIA.COM: Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Tantowi Yahya, mengatakan pihaknya mendukung sikap tegas pemerintah memanggil pulang Dubes RI di Brazil dan memanggil Dubes Brazil di Jakarta ke Kementerian Luar Negeri untuk menyampaikan protes keras.

“Sikap pemerintah sudah benar, oleh karenanya patut didukung. Pemberian credential adalah hak negara akreditasi tapi pembatalan penyerahan kepada Dubes kita disaat yang bersangkutan sudah berada di istana kepresidenan bersama dengan Dubes-Dubes lain adalah pelecehan diplomatik,” cetus Tantowi Yahya di Jakarta, Sabtu (21/2/2015).

Oleh karena itu, Tantowi Yahya merasa sikap Brazil patut diprotes keras. Tidak ada negara yang bisa mendikte hukum negara lain dan Brazil sebagai negara berdaulat seharusnya memahami dan memaklumi itu.

“Tindakan emosional yang diambil Pemerintah Brazil akan memperburuk hubungan bilateral kedua negara dalam berbagai bidang. Di bidang pertahanan Indonesia dan Brazil sudah menjalin kerjasama yang baik. Tahun anggaran 2009-2014, kita memesan pesawat Super Tucano untuk mengawasi garis pantai kita. Kita juga memesan Multi Launcher Rocket System (MLRS). Kami akan duduk dengan Kemhan untuk mengevaluasi kerjasama ini ke depannya, jika Brazil tidak merubah sikap,” tegas Tantovi Yahya.

Mantan presenter kondang ini menambahkan, di bidang perdagangan, sebagai salah satu penghasil daging terbesar di dunia, Brazil saat ini sedang berusaha memasukkan dagingnya ke Indonesia. “Mereka tahu besarnya kebutuhan kita akan daging. Dari dua bidang itu saja, saya menilai Brasil dalam posisi yang lebih membutuhkan kita. Kita sedang dalam posisi darurat Narkoba, oleh karenanya pemerintah tidak boleh takut apalagi tunduk oleh tekanan-tekanan seperti yang sedang ditunjukkan oleh Brazil dan Australia saat ini,” pungkasnya.

Seperti diketahui, Pemerintah Indonesia mengambil sikap tegas dengan mengeksekusi mati para Napi Narkoba termasuk yang berasal dari Brazil dan Australia. Hal itu ditentang keras pemerintah kedua negera tersebut. Berbagai manuver mereka lakukan untuk membuat pemerintah Indonesia tak mengulang lagi hal serupa.

.
Komisi I DPR Dukung Dubes Indonesia di Brasil Ditarik Pulang

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Brasil Toto Riyanto telah ditarik pulang oleh Kementerian Luar Negeri. Hal itu dilakukan sebagai bentuk protes Pemerintah Indonesia kepada Pemerintah Brasil.

Wakil Ketua Komisi I DPR RI Tantowi Yahya mengatakan, pihaknya mendukung sikap tegas pemerintah memanggil pulang Dubes RI di Brasil dan memanggil Dubes Brasil di Jakarta ke Kementerian Luar Negeri, untuk menyampaikan protes keras.

“Sikap Pemerintah sudah benar, oleh karenanya patut didukung,” kata Tantowi dalam keterangan pers yang diterima, Sabtu (21/2/2015).

Politikus Partai Golkar itu mengatakan, pemberian surat kepercayaan (credential), adalah hak negara akreditasi, tapi pembatalan penyerahan kepada Dubes Indonesia disaat yangbersangkutan sudah berada di istana keperesidenan bersama dengan dubes-dubes lain adalah pelecehan diplomatik, oleh karenanya patut diprotes keras.

“Tidak ada negara yang bisa mendikte hukum negara lain dan Brasil sebagai negara berdaulat seharusnya memahami dan memaklumi itu,” kata Tantowi.

Menurutnya, tindakan emosional yang diambil pemerintah Brasil akan memperburuk hubungan bilateral kedua negara dalam berbagai bidang. Di bidang pertahanan Indonesia dan Brasil sudah menjalin kerjasama yang baik. Contohnya pada tahun anggaran 2009-2014, Indonesia memesan pesawat Super Tucano untuk mengawasi garis pantai.

“Kita juga memesan Multi Launcher Rocket System (MLRS). Kami akan duduk dengan Kemhan utk mengevaluasi kerjasama ini kedepan jika Brasil tidak merubah sikap,” ujarnya.

.
Tantowi: Penolakan Credentials oleh Brasil Pelecehan Diplomatik

Liputan6.com, Jakarta – Wakil Ketua Komisi I DPR Tantowi Yahya angkat bicara terkait sikap Pemerintah Brasil yang menolak credentials atau surat kepercayaan dari Dubes Indonesia Toto Riyanto untuk sementara. Padahal delegasi tanah air itu sudah berada di Istana Brasil bersama dubes dari negara lain. Tindakan Brasil itu memicu protes dari Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI dengan memanggil Dubes Brasil di Jakarta dan menarik Toto Riyanto pulang ke Indonesia.

Tantowi mendukung sikap tegas pemerintah tersebut. Menurut Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar tersebut, langkah Indonesia sudah sangat tepat.

“Sikap pemerintah sudah benar. Oleh karenanya patut didukung,” ujar Tantowi dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com di Jakarta, Sabtu (21/2/2015)

Dijelaskan dia, penerimaan credentials memang merupakan hak negara yang bersangkutan, tapi pembatalan credentials tersebut merupakan bentuk pelecehan dalam hubungan diplomatik negara.

“Pembatalan kepada Dubes RI di saat delegasi sudah berada di Istana Kepresidenan bersama dengan dubes-dubes lain adalah pelecehan diplomatik,” tukas Tantowi.

Sikap Brasil itu diyakini terkait rencana pemerintah Indonesia mengeksekusi mati warga Negeri Samba, Rodrigo Gularter, terpidana mati kasus penyelundupan 6 kilogram kokain ke Tanah Air.

“Oleh karenanya patut kita protes keras. Tidak ada negara yang bisa mendikte hukum negara lain dan Brasil sebagai negara berdaulat seharusnya memahami dan memaklumi itu,” ujar Tantowi.

Lebih lanjut, menurut Tantowi, tindakan emosional yang diambil pemerintah Brasil akan memperburuk hubungan bilateral dengan Indonesia dalam berbagai bidang. Di bidang pertahanan, Indonesia dan Brasil sudah menjalin kerja sama yang baik.

“Tahun anggaran 2009-2014, kita memesan pesawat Super Tucano untuk mengawasi garis pantai kita. Kita juga memesan Multi Launcher Rocket System (MLRS). Kami akan duduk dengan Kemhan (Kementerian Pertahanan) untuk mengevaluasi kerja sama ini ke depan jika Brasil tidak mengubah sikap,” ujar dia.

Di bidang perdagangan, lanjut Tantowi, sebagai salah satu penghasil daging terbesar di dunia, Brasil saat ini sedang berusaha memasukkan dagingnya ke Indonesia.

“Mereka tahu besarnya kebutuhan kita akan daging. Dari dua bidang itu saja, saya menilai Brasil dalam posisi yang lebih membutuhkan kita. Kita sedang dalam posisi darurat narkoba. Oleh karenanya, pemerintah tidak boleh takut apalagi tunduk oleh tekanan-tekanan seperti yang sedang ditunjukkan oleh Brasil dan Australia saat ini,” tandas Tantowi Yahya.

.
RI Tarik Dubes dari Brasil

JAKARTA – Brasil melecehkan Indonesia! Negeri Samba itu menunda penyerahan surat kepercayaan (credential) yang dilakukan menteri luar negerinya secara tiba-tiba saat Dubes RI Toto Riyanto telah berada di Istana Presiden di Brasilia pada Jumat pukul 09.00 waktu setempat.

Atastindakan tersebut, pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI memutuskan memanggil Dubes Toto Riyanto pada Jumat pukul 22.00. Toto akan tetap berada di Indonesia sampai ada jadwal baru penyerahan surat kepercayaan dapat dipastikan oleh Pemerintah Brasil.

Indonesia juga melayangkan nota protes atas tindakan tidak bersahabat tersebut. “Cara penundaan penyerahan surat kepercayaan yang dilakukan Menlu Brasil secara tibatiba pada saat Dubes Designate RI untuk Brasil telah berada di Istana Presiden Brasil merupakan suatu tindakan yang tidak dapat diterima Indonesia,” ujar pihak Kemlu dalam pernyataan yang dimuat di laman resminya, www.kemlu.go.id, Jakarta, kemarin.

Dalam pernyataannya, Kemlu menegaskan, sebagai negara demokratis yang berdaulat dan memiliki sistem hukum mandiri serta tidak memihak, tidak ada negara asing atau pihak mana pun yang dapat mencampuri penegakan hukum di Indonesia. Hal itu juga berlaku pada penegakan hukum untuk pemberantasan peredaran narkoba.

Guru besar hukum internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juana menyebut sikap Presiden Brasil Dilma Rousseff yang tiba-tiba meminta Dubes RI Toto Riyanto untuk tidak turut dalam rombongan dubes negara sahabatnya ketika akan menerima surat kepercayaan sangat disayangkan.

Padahal Dubes Toto secara resmi jauh-jauh hari telah mendapat undangan dan telah berada di Istana. Pemberitahuan dari pihak Kemlu Brasil dilakukan tanpa memberi alasan. “Tindakan Brasil ini berisiko memperburuk hubungan antarkedua negara yang telah lama terjalin dan saling menguntungkan.

Tindakan Kemlu telah benar. Indonesia tentu tidak bisa menerima perlakuan dari Pemerintah Brasil. Perlakuan Brasil dalam dunia diplomasi sungguhsangat tidakterpujidan telah melanggar tata krama berdiplomasi,” katanya. Sikap yang ditunjukkan Brasil tampaknya tidak bisa lepas dari eksekusi yang dilakukan terhadap warga negara mereka, MarcoArcher, atas kasus narkoba pada Januari lalu.

Saat itu, Rousseff beberapa kali meminta grasi kepada Pemerintah Indonesia. Namun semua permohonan itu ditolak. Brasil pun geram dan langsung memanggil pulang dubes merekadiIndonesia. Pada gelombang kedua eksekusi mati, warga Brasil lainnya, Rodrigo Gularte, juga telah masuk daftar, bersamaan dengan duo Bali Nine yang merupakan warga Australia, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran.

“Kami pikir penting diperhatikan bahwa ada sebuah evolusi di dalam situasi ini untuk mengklarifikasi hubungan Indonesia dengan Brasil,” ujar Rousseff setelah memberikan lima surat kepercayaan kepada dubes negara lain seperti dikutip AFP. Untuk diketahui, Gularte merupakan terdakwa narkoba yang terbukti bersalah menyelundupkan kokain sebanyak 6 kg dengan menggunakan papan selancarpada 2004.

Keluargapria berusia 42 tahun itu mencoba turut membantu meminta pengampunan dengan menyerahkan bukti dari dokter bahwa dia terkena skizofrenia paranoid. Dengan latar belakang itu, biasanya, terdakwa akan dipindahkan ke fasilitas kejiwaan. Tekanan tidak hanya datang dari Brasil, tapi juga Australia. Akhir-akhir ini, Negeri Kanguru tersebut berjuang keras menyelamatkan Chan dan Sukumaran. Sekjen PBB Ban Ki-moon turut pula mempersoalkan eksekusi mati ini dengan mengatakan langkah Indonesia tidak bisa diterima.

DPR Dukung Langkah Tegas

Kalangan Komisi I DPR mendukung sikap tegas pemerintah memanggil pulang Dubes RI di Brasil sebagai bentuk protes keras. “Pemberian credential adalah hak negara akreditasi, tapi pembatalan penyerahan kepada dubes kita di saat yang bersangkutan sudah berada di Istana Kepresidenan bersama dengan dubes-dubes lain adalah pelecehan diplomatik,” ujar Wakil Ketua KomisiI DPR RI Tantowi Yahya.

Menurut Tantowi, sudah selayaknya Indonesia melakukan protes keras. Sebab tidak ada negara yang bisa mendikte hukum negara lain dan Brasil sebagai negara berdaulat seharusnya memahami dan memaklumi itu. Politikus Partai Golkar ini menilai tindakan emosional yang diambil Pemerintah Brasil akan memperburuk hubungan bilateral kedua negara dalam berbagai bidang.

Tantowi lantas menuturkan, di bidang pertahanan, Indonesia dan Brasil sudah menjalin kerja sama yang baik. Pada tahun anggaran 2009-2014 misalnya, Indonesia memesan pesawat Super Tucano untuk mengawasi garis pantai. Tidak hanya itu, Indonesia juga memesan multi-launcher rocket system (MLRS).

“Kami akan duduk dengan Kemhan untuk mengevaluasi kerja sama ini ke depan jika Brasil tidak mengubah sikap,” tandasnya. Senada, Wakil Ketua Komisi I DPR RI Hanafi Rais mendukung langkahKemlu. SebabsikapBrasil merupakan bentuk pelecehan terhadap kedaulatan Indonesia mengingat dubes merupakan perwakilan resmi negara. “Brasil membuat keputusan yang emosional dan irasional,” kata Hanafi.

Hanafi menilai sikap yang dipertunjukkan Brasil itu terkait dengan eksekusi warga negaranya yang menjadi gembong narkoba dan divonis mati oleh pengadilan. “Kalau Indonesia sudah diperlakukan seperti ini, hal yang sama juga bisa dilakukan dengan mengusir diplomat mereka atau persona non grata,” tegasnya.

Sumber : http://www.koran-sindo.com/read




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia