TRANSLATE

Pembelian Alutsista Brasil Terancam Batal, TNI Dukung JK

Kamis, 26 Februari 2015

Pembelian Alutsista Brasil Terancam Batal, TNI Dukung JK

TEMPO.CO, Jakarta – Kementerian Pertahanan akan mendukung kebijakan pemerintah seiring memanasnya hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Brasil. Salah satu dampak yang belakangan muncul adalah rencana pemerintah mengkaji kemungkinan pembatalan pembelian sejumlah alat utama sistem persenjataan (alutsista) dari Brasil.

“Pada dasarnya Kementerian Pertahanan dukung kebijakan pemerintah,” kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal Jundan Eko Bintoro, ketika dihubungi Tempo, Selasa, 24 Februari 2015.

Ide kajian pembatalan pembelian alutsista tersebut dikatakan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla hari ini. Hubungan antara Indonesia dan Brasil memanas karena seorang terpidana mati asal Brasil, Rodrigo Gularte, akan dieksekusi di Nusakambangan. Seorang lainnya, yaitu Marco Archer, telah dieksekusi pertengahan Januari lalu. Keduanya terlibat penyelundupan narkoba.

Saat ini ada dua jenis alutsista yang dipesan Indonesia ke pihak Brasil, yakni pesawat tempur Super Tucano dan kendaraan berpeluncur roket (multy laucher rocket system) Astros II MK6.

Menurut Kalla, jika pembelian pesawat jadi dibatalkan, pemerintah mempertimbangkan untuk mengalihkan pemesanan kedua pesawat jenis itu ke negara-negara lain, seperti Korea Selatan, Jepang, dan negara Eropa. “Kapan keputusannya, tentu kami periksa dulu macam apa kontraknya, komitmennya,” ujar Kalla.

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat, Brigadir Jenderal Wuryanto, mengatakan TNI AD mendukung penuh kebijakan pemerintah. “Kebijakan pemerintah pasti baik, tak boleh didikte negara asing,” kata Wuryanto ketika dihubungi Tempo, hari ini.

Melalui Kementerian Pertahanan, kata dia, TNI AD seharusnya mendapat 38 unit MLRS Astros II MK6. Namun Wuryanto mengatakan bahwa sampai saat ini TNI AD belum menerima satu pun alutsista tersebut. Menurut dia, sesuai rencana Angkatan Darat baru menerima Astros II MK6 bulan Maret 2015.

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara, Marsekal Pertama Hadi Tjahjanto, juga mengatakan bahwa TNI AU akan mengikuti kebijakan pemerintah. Meski begitu, saat ini TNI AU sudah menerima delapan unit pesawat Super Tucano dari 16 unit yang dipesan ke pabrik Embraer, Brasil.

Menurut Hadi, kedelapan pesawat Super Tucano sudah terparkir di Pangkalan Udara Abdul Rachman Saleh, Malang. Kedelapan pesawat itu masuk dalam Skuadron 21, pengganti pesawat OV-10 Bronco yang sudah pensiun.

.
Sikap TNI Jika Pemerintah Hentikan Pembelian Alutsista ke Brasil

Liputan6.com, Jakarta – Wacana pemerintah Indonesia mengambil sikap tegas dengan menghentikan kontrak pembelian alutsista ke Brasil, tidak membuat TNI merasa khawatir. Apa pun kebijakan yang akan dilakukan pemerintah, TNI tentu akan mendukung.

“Kalau itu menjadi kebijakan pemerintah tentu kami dukung. Kami dukung pemerintah kalau misalnya kontrak pembelian alutsista dibekukan, kita sesuaikan dengan pemerintah,” ujar Kapuspen TNI Mayjen Fuad Basya kepada Liputan6.com, Selasa (24/2/2015) malam.

Fuad menjelaskan, TNI bekerja profesional sehingga tidak terpengaruh kepentingan politik antara pemerintah RI dan Brasil. “Pertama yang perlu saya tegaskan adalah bahwa TNI kan profesional, permasalahan politik tidak ada kaitanya dengan masalah militer,” ujar dia.

Lagi pula, kata Fuad, pembelian alutsista TNI ke Brasil tidak terlalu banyak. Jika pun pemerintah menghentikan pembelian alutsista, Pemerintah Brasil sendiri yang akan merugi.

“Pembelian alutsista kita ke Brasil tidak terlalu banyak. Hanya pesawat Tukano sama MLRS (Multi Launcher Rocket System). Tapi berapa jumlah pastinya saya tidak hafal. Kalau tidak salah yang Tukano kita baru dikirim 4,” ujar dia.

Meski mendukung apa pun kebijakan pemerintah, namun Fuad berharap ketegangan politik antara RI dan Brasil tidak berdampak kepada kontrak pembelian alutsista.

“Jadi kami TNI tinggal mengikuti saja bagaimana kebijakan pemerintah, apakah alutsista yang sudah dikontrak akan dihentikan, atau ada kebijakan lain atau dilanjutkan seluruhnya. Namun yang kita harapkan masalah politik tidak berpengaruh bagi rencana pembelian alutsista,” pungkas Mayjen TNI Fuad Basya.

Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK sebelumnya mengatakan, pemerintah akan mengambil sikap tegas jika Brasil terus menghina dan tidak menghormati hukum di Indonesia.

JK menganggap, Brasil telah menghina Indonesia seiring penolakan Presiden Brasil Dilma Rousseff terhadap surat kepercayaan Duta Besar Indonesia untuk sementara.

“Kalau mereka turunkan sikap, kita juga akan turunkan sikap. Brasil sudah menghina, makanya kita bisa mengurangi impor dari Brasil termasuk alutsista (alat pertahanan),” tegas JK. (Rmn/Ans)

.
Ketua DPR: Batalkan Beli Alutsista Brasil, Alihkan ke Rusia

VIVA.co.id – Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Setya Novanto, menyarankan Tentara Nasional Indonesia (TNI) bersiap mengalihkan pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) buatan Brasil. Itu berkaitan dengan sikap Presiden Brasil, Dilma Rousseff, yang mengatakan insiden penolakan mandat Duta Besar Indonesia tak akan menyebabkan dampak negatif pada hubungan kedua negara.

Menurut Novanto, perdagangan Brasil dengan Indonesia hanya $4 miliar atau Rp51 triliun pada 2014. Jumlah itu tidak sampai satu persen dari total perdagangan Brasil dengan negara-negara lain sebesar $454 miliar atau Rp 5.871 triliun. Terhentinya perdagangan dengan Indonesia, tidak akan banyak berpengaruh.

“Kebutuhan alutsista kita sudah terprogram. Kita tidak punya ketergantungan memenuhi kebutuhan alutsista. Tidak masalah bila mengalihkan pembelian dari Brasil ke negara lain,” kata Novanto di gedung DPR RI, Jakarta, Rabu, 25 Februari 2015.

Menurutnya, TNI harus mempersiapkan pengalihan pembelian alusista pada negara lain, terutama terkait pengkajian kembali kontra pembelian alutsista yang telah disepakati dengan Brasil.

Politikus Partai Golkar itu berpendapat salah satu negara yang bisa menjadi mitra pemenuhan alutsista TNI adalah Rusia. Lagi pula, kerja sama pemerintah maupun parlemen dengan negara itu semakin membaik.

“Pimpinan DPR sudah betemu dengan Rusia. Kita bicara banyak hal terkait alusista dan investasi. Kita beli alutsista seperti (pesawat jet tempur) Sukhoi dari Rusia. Rusia juga akan berinvestasi sebesar 136 juta dolar Amerika Serikat di Indonesia,” katanya.

Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Tantowi Yahya, mengatakan tak ada masalah jika TNI tidak membeli alutsista dari Brasil. “Banyak negara pecahan Uni Soviet seperti Ceko, Polandia, dan yang lain punya produk militer yang bagus. Bahkan kualitasnya di atas Brasil,” katanya.

Selain itu, kerja sama alusista dengan Indonesia memang tidak mudah. Ada berbagai kebijakan yang belum tentu disepakati negara produsen Ceko.

“Kita kalau beli Ceko harus ada transfer teknologi dan ada konten lokalnya. Ini yang tidak semua negara mau. Kita coba memenuhi kebutuhan Ceko tanpa ketergantungan terhadap negara mana pun. Jadi enggak masalah kalau enggak beli dari Brasil,” katanya.




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia