TRANSLATE

Duduk di Antara Obama dan Putin, Jokowi Ingin Tunjukkan Indonesia Negara Besar

Selasa, 3 Maret 2015

Duduk di Antara Obama dan Putin, Jokowi Ingin Tunjukkan Indonesia Negara Besar

JAKARTA, KOMPAS.com — Posisi menentukan prestasi. Prinsip itu diresapi betul oleh Presiden Joko Widodo. Mantan Gubernur DKI Jakarta ini bahkan menerapkannya dalam praktik berdiplomasi setiap forum internasional yang dihadirinya.

Menurut Jokowi, sebagai sebuah bangsa yang besar, Indonesia harus menempatkan diri sebagai negara besar. Jokowi mengingatkan agar rakyat Indonesia tidak minder jika menghadapi bangsa dari negara lain.

“Oleh sebab itu, saya selalu meminta kalau duduk di pertemuan-pertemuan internasional juga tempatnya harus sebagai negara besar,” ujar Jokowi di hadapan ratusan siswa-siswi SMA Taruna Nusantara di Istana Negara, Senin (2/3/2015).

Jokowi mencontohkan, dalam pertemuan di forum Asia Pacific Economic Cooperation (APEC), dia meminta secara khusus untuk duduk bersebelahan dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan Presiden Tiongkok Xi Jinping. “Ini menunjukkan, dari duduknya saja, kita negara besar. Bukan di pinggir-pinggir, enggak mau saya. Saya minta duduknya di sini,” ucap dia.

Menurut Jokowi, mental seperti itulah yang seharusnya dimiliki rakyat Indonesia. Jokowi prihatin, yang saat ini terjadi justru banyak yang merasa kalah bersaing dengan negara asing. Padahal, Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang patut untuk dibanggakan.

“Kita harus percaya diri. Kita ini kalau bertemu bule enggak pede. Pede aja, sama-sama makan kok. Makanan sama aja, mirip-mirip. Enggak tahu ini mungkin karena sudah dijajah,” seloroh Jokowi.

Penulis : Sabrina Asril
Editor : Laksono Hari Wiwoho

.
Cerita Jokowi minta duduk di samping Obama dan Putin saat APEC

Merdeka.com – Presiden Joko Widodo meminta kepada seluruh perwakilan Indonesia yang ditugaskan hadir dalam pertemuan internasional harus memilih tempat duduk bersama pemimpin negara asing. Jokowi mengatakan posisi duduk merupakan simbol dari sebuah bangsa yang besar di antara negara-negara lainnya.

“Oleh sebab itu, peran-peran kita diplomasi kita harus terus dikerjakan dan saya selalu meminta kalau duduk di pertemuan-pertemuan internasional, juga tempatnya harus sebagai negara besar,” ujarnya saat memberikan pidato di hadapan ratusan SMA Taruna Nusantara di Istana Negara, Jakarta, Senin (2/3).

Jokowi mencontohkan saat dirinya menghadiri APEC di China beberapa bulan lalu. Jokowi bahkan meminta posisi duduk untuk sejajar dengan pemimpin Rusia Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat Barack Obama.

“Seperti kemarin di APEC di sini Presiden Rusia Putin, di sini Presiden China, presiden Indonesia Jokowi, presiden Amerika Obama. Ini menunjukkan dari duduknya saja kita negara besar, bukan di pinggir-pinggir, enggak mau saya (duduk di pinggir). Saya minta duduknya di sini. Kelihatan kita negara besar bahwa masih ada kekurangan tantangan itu yang harus diatasi diperbaiki oleh pemimpin-pemimpin kita,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu Jokowi menyatakan komitmennya menindak segala bentuk illegal logging dan illegal fishing untuk diberantas. Hal itu, kata Jokowi, sangat penting sebagai bukti bahwa bangsa kita bermartabat di mata internasional.

“Dengan kekuatan inilah kita jadi negara besar meskipun sekarang kita juga sudah negara besar, disegani, punya harga diri di mata internasional,” ujarnya.

.
Di Forum Internasional, Jokowi Tak Mau Duduk di Deret Pinggir

Jakarta, CNN Indonesia — Presiden Jokowi menyatakan tempat duduk para kepala negara di forum internasional menentukan posisi dan kekuatan negara tersebut. Itulah sebabnya Jokowi selalu minta ditempatkan di antara pemimpin negara-negara besar.

“Kalau duduk di pertemuan-pertemuan internasional, saya selalu minta tempat (Indonesia) harus diletakkan sebagai negara besar, seperti kemarin di APEC. (Berderet) Presiden Rusia, China, Indonesia, Amerika Serikat. Itu menunjukkan dari tempat duduknya saja, kita negara besar, bukan pinggir-pinggir. Kalau di pinggir, enggak mau saya,” kata Jokowi di hadapan ratusan siswa SMA Taruna Nusantara di Istana Negara, Jakarta, Senin (2/3).

Soal posisi duduk itu, menurut Jokowi, merupakan caranya menjaga wibawa Indonesia di mata dunia. Peran diplomasi Indonesia pun, ujar Jokowi, harus terus dijalankan baik secara formal maupun informal.

Jokowi menegaskan meski Indonesia masih memiliki kekurangan, tapi hal itu harus dapat diatasi dan diperbaiki. Indonesia, menurutnya, saat ini terhitung disegani dunia. Pasalnya, besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) Indonesia saat ini masuk dalam 16 besar dunia.

“Sekarang ini 45 juta penduduk RI terdiri dari kelas menengah, dan 55 juta penduduk RI merupakan tenaga terampil. Stabilitas makro pada peringkat 25,” kata Jokowi.

Walau begitu, Jokowi tak menampik bahwa Indonesia masih menghadapi berbagai masalah pelik, antara lain kemiskinan, korupsi, dan narkoba. “Hati-hati, tiap hari ada 50 orang generasi kita yang meninggal karena narkoba. Per tahun, kalikan 360 hari, berarti jumlahnya 18 ribu orang setahun. Ada 4,5 juta orang yang harus direhabilitasi,” ujarnya.

Oleh karena itu, Jokowi menyatakan tak akan memberikan grasi pada pengedar narkoba. “Jangan ada yang coba-coba untuk intervensi hukum kita. Masalah narkoba ini kedaulatan hukum kita,” kata dia.

Jokowi juga menyinggung soal bagaimana ia menenggelamkan kapal-kapal ilegal yang mencuri ikan di perairan Indonesia, dan menghukum tegas para pembalak liar di Indonesia. “Peran-peran pelestatian lingkungan di laut dan hutan sangat diperlukan. Terumbu karang kita juga harus dijaga karena negara lain tidak memilikinya,” kata dia.

Semua sumber daya itu, kata Jokowi, membuat Indonesia menjadi negara besar. Ia mengatakan Indonesia harus terus menjadi negara yang disegani dan punya harga diri di mata dunia.




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia