TRANSLATE

Menhan: Masa Tukar Tahanan, kayak Perang Saja!

Jumat, 6 Maret 2015

Menhan: Masa Tukar Tahanan, kayak Perang Saja!

JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menilai, permintaan Menteri Luar Negeri Julie Bishop untuk saling tukar tahanan seperti kembali pada masa peperangan. Padahal, menurut dia, hukuman mati di Indonesia adalah hukuman yang diterapkan kepada semua orang yang menjadi pengedar narkoba, termasuk warga negara Indonesia.

“Masa tukeran (tahanan), kayak perang aja!” ujar Ryamizard di Istana Kepresidenan, Kamis (5/3/2015).

Dia menjelaskan, hukuman mati terhadap pengedar narkoba berlaku universal di Indonesia. Artinya, baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing yang terbukti menjadi pengedar akan menghadapi ancaman hukuman yang sama.

“Kan sama-sama. Biar saja hukum mati semua,” kata mantan Kepala Staf Angkatan Darat itu.

Menurut Ryamizard, apabila tahanan akhirnya dilepaskan oleh Indonesia, belum tentu di negara asalnya akan dihukum berat.

“Kemarin kan saya sudah kasih tahu setahun 18.000 orang yang mati (karena narkoba). Coba yang direhab 4 juta lebih. Yang buat siapa? Orang-orang ini. Kan pantas dihukum mati,” kata dia.

Menurut Ryamizard, apabila para pengedar ini hanya diberi hukuman kurungan, mereka justru bisa beraksi dari balik sel penjara. (Baca: 80 Persen Kasus Narkoba Dikendalikan dari Penjara)

“Waduh bayangin, luar biasa bahaya,” ungkap dia.

Seperti diberitakan, Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop kabarnya menawarkan untuk merepatriasi tiga warga Indonesia terpidana kasus narkoba dari Australia demi membatalkan pelaksanaan eksekusi terpidana mati Bali Nine. Namun, Pemerintah Indonesia tidak menerima tawaran tersebut.

Usulan Menlu Julie Bishop ini, menurut informasi yang diperoleh ABC, disampaikan dalam upaya terakhir yang dilakukannya untuk menyelamatkan nyawa Andrew Chan dan Myuran Sukumaran dari eksekusi hukuman mati. Upaya itu termasuk menelepon Menlu Retno Marsudi pada Selasa (3/3/2015).

.
Menhan Ryamizard Tolak Tawaran Australia Barter Napi

TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menolak tawaran pertukaran narapidana yang diajukan Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop demi membebaskan duo Bali Nine yang akan dieksekusi mati pemerintah Indonesia. Menurut dia, pertukaran narapidana itu tidak pantas dilakukan.

“Mosok tuker-tukeran, sudah seperti barang saja,” kata Ryamizard di Istana Negara, Kamis, 5 Maret 2015.

Ryamizard khawatir, jika pertukaran itu terjadi, tidak ada jaminan bahwa pemerintah Australia akan menghukum duo Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran. Malah Ryamizard menduga Australia akan membebaskan keduanya. Lagi pula, keduanya merupakan anggota jaringan narkotik internasional yang berbahaya.

“Dia pantas dihukum mati. Kalau tidak dihukum mati, di dalam penjara dia bisa kendalikan bisnis narkotik,” ujarnya. “Apalagi kalau dilepas, waduh. Coba bayangkan, luar biasa itu. Bahaya.”

Menurut Ryamizard, upaya lobi yang dilakukan Australia itu sungguh memalukan. Sebab, pemerintah Negeri Kanguru melakukan upaya penyelamatan warga negaranya yang melakukan kejahatan.

“Malu-maluin saja, orang jahat dilindungi,” ujarnya. “Kalau orang baik, boleh dilindungi.”

Menjelang eksekusi mati dua terpidana mati kasus narkoba asal Australia, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop menawarkan pertukaran narapidana. Julie Bishop dikabarkan menelepon Menteri Luar Negeri Retno Marsudi untuk membahas penawaran ini, Selasa petang, 3 Maret 2015.

Dalam pembicaraan itu, Bishop menawarkan pertukaran narapidana Australia dan Indonesia demi menghindarkan duo Bali Nine dari eksekusi mati.

.
Menhan Menyebut Aneh Usul Pertukaran Tahanan Duo `Bali Nine`

Metrotvnews.com, Jakarta: Pemerintah Australia belum menyerah untuk menyelamatkan duo `Bali Nine` dari eksekusi mati. Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop bahkan dikabarkan bersedia bertukar tahanan demi membebaskan Andrew Chan dan Myuran Sukumaran.

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menganggap rencana Bishop aneh. “Masa tuker-tukeran, kayak perang saja,” kata Ryamizard di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Kamis (5/3/2015).

Ryamizard tak sreg dengan tawaran Bishop. Menurut dia, pertukaran tahanan tetap berpotensi menimbulkan masalah. Sebab, kata dia, bisa jadi terpidana yang ditukar kembali beraksi menjadi pengedar.

“Kalau ditukar, dihukum mati yang di sini. Tapi nanti yang dituker ke sana, belum tentu dihukum mati,” sebut dia.

Dia menegaskan, Indonesia tetap tak bisa digoyang dan akan tetap melaksanakan eksekusi mati. Hukuman ini juga akan berlaku untuk warga Indonesia yang terbukti menjadi pengedar narkoba.

“Jadi gini, itu kaya orang Indonesia kan. Orang Indonesia di sini kalau pengedar dihukum mati juga. Kan sama-sama, biar saja hukum mati semua. Hukum mati semua kan Indonesia?” tegas dia.

.
Menhan: Masa Tukar Menukar Napi, Kayak Perang Aja

JAKARTA – Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu menyatakan ketidaksetujuannya terkait tawaran pemerintah Australia untuk bertukar tahanan asal WNI dengan terpidana mati duo Bali Nine.

Menurutnya, transaksi pertukaran narapidana hanya bisa dilakukan dalam kondisi perang.

“Masa tuker-tukeran, kayak perang aja. Orang Indonesia di sini kalau jadi pengedar dihukum mati juga. Kan sama-sama. Biar aja hukum mati semua. Semua yang kasus narkoba di sini dihukum mati. Jadi kalau ditukar pun (tiga WNI), kita tahan di sini, dihukum mati,” ujar Ryamizard di kompleks Istana Negara, Jakarta, Kamis (5/3).

Ryamizard kembali menegaskan bahwa narkoba di Indonesia sudah sangat merusak generasi bangsa. Oleh karena itu, tidak ada ampun untuk para pengedar narkoba. Apalagi para pengedar yang masih bertransaksi dalam penjara, tegasnya, sangat layak dihukum mati.

“Kalau dia tidak dihukum mati, lagi di dalam penjara aja dia bisa kendalikan bisnis dari dalam, apalagi kalau dilepas. Waduh, itu bayangin, luar biasa itu tambah-tambah lagi, bahaya,” tegasnya.

Ryamizard juga menampik informasi yang menyebut Australia berupaya menggagalkan eksekusi mati para terpidana kasus narkoba dengan cara militer.

“Enggak ada itu. Masa gara-gara penjahat, pakai perang. Malu-maluin tuh. Kalau orang bener dilindungi iyalah, ini penjahat yang merusak orang kita,” tandas Ryamizard.

Sumber : http://www.jpnn.com/read/

.
Perintah Menhan minta TNI tahan diri jangan perang lawan Australia

Merdeka.com – Isu hukuman mati dua terpidana Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran membuat hubungan Indonesia dan Australia memanas. Berbagai cara dilakukan Australia. Dari lobi diplomatik meminta Presiden Jokowi memberikan pengampunan, hingga penggalangan opini serta menekan Indonesia.

Yang terbaru, Menlu Australia Julia Isabel Bishop menawarkan barter tahanan. Namun Presiden Jokowi menegaskan tidak ada barter yang akan dilakukan.

“Tidak ada (barter tahanan),” kata Jokowi di sela-sela perayaan Cap Go Meh di Bogor, Kamis (5/3).

“Kita ini menjaga hubungan baik dengan negara mana pun, ingin bersahabat dengan negara mana pun, tapi kedaulatan hukum tetap kedaulatan hukum. Kedaulatan politik tetap kedaulatan politik,” tegasnya.

Sejumlah pihak merasa gerah dengan berbagai aksi Australia menyelamatkan dua warganya itu. Panglima TNI Jenderal Moeldoko bahkan membenarkan adanya upaya pihak-pihak tertentu untuk menggagalkan eksekusi mati.

“Kan banyak cara (menggagalkan eksekusi hukuman mati), dengan cara mempengaruhi keputusan, melalui diplomatik dan seterusnya. Cara-cara lain juga ada,” kata Moeldoko di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (4/3).

Moeldoko tidak menjelaskan lebih lanjut, namun dia menegaskan intelijen TNI dikerahkan untuk mengantisipasi upaya penggagalan itu. “Ya, prinsipnya enggak boleh gagal (eksekusi hukuman mati), begitu,” tegasnya.

Di kesempatan berbeda, Moeldoko juga menegaskan TNI sudah menyiapkan antisipasi untuk pengamanan eksekusi Bali Nine dari rongrongan pihak asing. “Pengamanan secara standar oleh kepolisian tetapi ada hal-hal yang kami siapkan dari TNI untuk mengantisipasi di luar standar itu,” kata Moeldoko usai Rapim TNI-Polri di auditorium Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian, Jakarta, Selasa (3/3).

Dia menjelaskan jika menjelang eksekusi mati warga Australia terpidana anggota Bali Nine Myuran Sukumaran dan Andrew Chan, kedaulatan Indonesia terganggu. Maka TNI tak segan-segan untuk mengerahkan pasukan.

“Kalau pengamanan standar polisi yang maju kalau sudah jalannya mengganggu kedaulatan, TNI turun. TNI turun harus disiapkan dong. Jangan sudah terjadi sesuatu terlambat,” ujarnya.

Bukti ketegasan TNI mengawal pelaksanaan hukuman mati ini terjadi saat pemindahan Andrew Chan dan Myuran Sukumaran pada Rabu (4/3) dini hari. Pesawat baling-baling ATR 72-600 PK EGO milik maskapai Wings Air yang mengangkut keduanya dikawal dua jet tempur Sukhoi SU-30 dan dua F-16 milik TNI AU hingga mendarat di Cilacap. Sukhoi ini telah disiapkan sejak akhir Februari lalu dan sempat berlatih manuver di atas Lapas Kerobokan, Bali.

Meski TNI siap siaga, Menhan Ryamizard Rycudu justru memberikan penilaian berbeda. Sejauh ini, menurutnya tidak ada indikasi upaya penggagalan eksekusi, misalnya dengan penyerangan melalui kapal-kapal dari Australia ke Nusakambangan.

“Enggak ada, enggak ada. Tidak ada indikasi begitu ya. Mau perang endak gampang-gampang. Perang gara-gara orang kaya gituan kok perang,” ujarnya di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (4/3).

Meski demikian, Ryamizard telah mengumpulkan 40 atase pertahanan untuk menyampaikan pesan kepada negara-negara yang warga negaranya akan dieksekusi mati di Indonesia.

“Minggu lalu saya kumpulkan ada 40 atase pertahanan. Saya sampaikan biar jelas, dia kan harus membawa pesan, biar jelas, bahwasanya mereka harus tahu satu hari tuh 40 orang bangsa Indonesia mati karena narkoba. Bayangkan kalau setahun 18.000 mati, belum lagi yang rehabilitasi 4 juta lebih, belum lagi yang sudah tidak bisa lagi, nunggu mati, karena sudah parah. Ini akibat yang pengedar itu. Dia harus dihukum mati sudah wajar, jadi harus tahu harus jelas. Kamu harus bawa pesan ke negara kamu. Itu ada Brasil, Belanda, Australia,” beber Ryamizard.

Ryamizard menyebut penjahat narkoba lebih jahat daripada penjahat perang. Sebab, masih ada terpidana yang ditahan namun masih menjalankan bisnis narkobanya di dalam bilik penjara.

“Mereka ini kan enggak kapok, udah di tahanan masih mengatur peredaran. Apalagi dilepas, oh luar biasa, 18.000 mati mungkin kalau mereka dilepas akan meningkat aja bangsa kita mati. Saya bilang itu melebihi penjahat perang, pantas dihukum mati. Ya saya sampaikan (kepada negara-negara tersebut),” ujarnya.

Jika karena ini, dua negara sampai perang, kata Ryamizard akan sangat memalukan. “Tadi disampaikan dibantu oleh TNI. Tapi mau perang-perang masak karena narkoba malu-maluin aja,” ujarnya.Perintah Menhan minta TNI tahan diri jangan perang lawan Australia

Isu hukuman mati dua terpidana Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran membuat hubungan Indonesia dan Australia memanas. Berbagai cara dilakukan Australia. Dari lobi diplomatik meminta Presiden Jokowi memberikan pengampunan, hingga penggalangan opini serta menekan Indonesia.

Yang terbaru, Menlu Australia Julia Isabel Bishop menawarkan barter tahanan. Namun Presiden Jokowi menegaskan tidak ada barter yang akan dilakukan.

“Tidak ada (barter tahanan),” kata Jokowi di sela-sela perayaan Cap Go Meh di Bogor, Kamis (5/3).

“Kita ini menjaga hubungan baik dengan negara mana pun, ingin bersahabat dengan negara mana pun, tapi kedaulatan hukum tetap kedaulatan hukum. Kedaulatan politik tetap kedaulatan politik,” tegasnya.

Sejumlah pihak merasa gerah dengan berbagai aksi Australia menyelamatkan dua warganya itu. Panglima TNI Jenderal Moeldoko bahkan membenarkan adanya upaya pihak-pihak tertentu untuk menggagalkan eksekusi mati.

“Kan banyak cara (menggagalkan eksekusi hukuman mati), dengan cara mempengaruhi keputusan, melalui diplomatik dan seterusnya. Cara-cara lain juga ada,” kata Moeldoko di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (4/3).

Moeldoko tidak menjelaskan lebih lanjut, namun dia menegaskan intelijen TNI dikerahkan untuk mengantisipasi upaya penggagalan itu. “Ya, prinsipnya enggak boleh gagal (eksekusi hukuman mati), begitu,” tegasnya.

Di kesempatan berbeda, Moeldoko juga menegaskan TNI sudah menyiapkan antisipasi untuk pengamanan eksekusi Bali Nine dari rongrongan pihak asing. “Pengamanan secara standar oleh kepolisian tetapi ada hal-hal yang kami siapkan dari TNI untuk mengantisipasi di luar standar itu,” kata Moeldoko usai Rapim TNI-Polri di auditorium Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian, Jakarta, Selasa (3/3).

Dia menjelaskan jika menjelang eksekusi mati warga Australia terpidana anggota Bali Nine Myuran Sukumaran dan Andrew Chan, kedaulatan Indonesia terganggu. Maka TNI tak segan-segan untuk mengerahkan pasukan.

“Kalau pengamanan standar polisi yang maju kalau sudah jalannya mengganggu kedaulatan, TNI turun. TNI turun harus disiapkan dong. Jangan sudah terjadi sesuatu terlambat,” ujarnya.

Bukti ketegasan TNI mengawal pelaksanaan hukuman mati ini terjadi saat pemindahan Andrew Chan dan Myuran Sukumaran pada Rabu (4/3) dini hari. Pesawat baling-baling ATR 72-600 PK EGO milik maskapai Wings Air yang mengangkut keduanya dikawal dua jet tempur Sukhoi SU-30 dan dua F-16 milik TNI AU hingga mendarat di Cilacap. Sukhoi ini telah disiapkan sejak akhir Februari lalu dan sempat berlatih manuver di atas Lapas Kerobokan, Bali.

Meski TNI siap siaga, Menhan Ryamizard Rycudu justru memberikan penilaian berbeda. Sejauh ini, menurutnya tidak ada indikasi upaya penggagalan eksekusi, misalnya dengan penyerangan melalui kapal-kapal dari Australia ke Nusakambangan.

“Enggak ada, enggak ada. Tidak ada indikasi begitu ya. Mau perang endak gampang-gampang. Perang gara-gara orang kaya gituan kok perang,” ujarnya di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (4/3).

Meski demikian, Ryamizard telah mengumpulkan 40 atase pertahanan untuk menyampaikan pesan kepada negara-negara yang warga negaranya akan dieksekusi mati di Indonesia.

“Minggu lalu saya kumpulkan ada 40 atase pertahanan. Saya sampaikan biar jelas, dia kan harus membawa pesan, biar jelas, bahwasanya mereka harus tahu satu hari tuh 40 orang bangsa Indonesia mati karena narkoba. Bayangkan kalau setahun 18.000 mati, belum lagi yang rehabilitasi 4 juta lebih, belum lagi yang sudah tidak bisa lagi, nunggu mati, karena sudah parah. Ini akibat yang pengedar itu. Dia harus dihukum mati sudah wajar, jadi harus tahu harus jelas. Kamu harus bawa pesan ke negara kamu. Itu ada Brasil, Belanda, Australia,” beber Ryamizard.

Ryamizard menyebut penjahat narkoba lebih jahat daripada penjahat perang. Sebab, masih ada terpidana yang ditahan namun masih menjalankan bisnis narkobanya di dalam bilik penjara.

“Mereka ini kan enggak kapok, udah di tahanan masih mengatur peredaran. Apalagi dilepas, oh luar biasa, 18.000 mati mungkin kalau mereka dilepas akan meningkat aja bangsa kita mati. Saya bilang itu melebihi penjahat perang, pantas dihukum mati. Ya saya sampaikan (kepada negara-negara tersebut),” ujarnya.

Jika karena ini, dua negara sampai perang, kata Ryamizard akan sangat memalukan. “Tadi disampaikan dibantu oleh TNI. Tapi mau perang-perang masak karena narkoba malu-maluin aja,” ujarnya.

.
Menhan Ryamizard Jamin Eksekusi Mati Aman

TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menjamin keamanan di seluruh wilayah Indonesia menjelang eksekusi mati duo Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran. Dia telah mengantisipasi jika suatu saat ada ancaman dari militer Australia.

Sampai saat ini, kata Ryamizard, pihaknya belum mendapat kabar bahwa militer Australia akan melakukan pemantauan di sekitar wilayah perairan Indonesia. “Tidak ada. Soal ini saja mosok pakai perang,” kata Ryamizard di Istana Negara, Kamis, 5 Februari 2015. “Malu-maluin saja.”

Dua terpidana mati kasus narkoba dari jaringan Bali Nine, Chan dan Sukumaran, kini berada di Nusakambangan untuk menunggu waktu eksekusi. Mereka dan sejumlah terpidana mati lain–asal Prancis, Ghana, Brasil, Nigeria, Filipina, dan Indonesia–akan menjalani eksekusi mati gelombang kedua yang dilaksanakan di bawah pemerintahan Jokowi.

Gelombang pertama telah dilakukan pada Januari lalu di Pulau Nusakambangan dan Kabupaten Boyolali.

Pengamanan Dermaga Wijayapura, Cilacap, Jawa Tengah, ditingkatkan sejak kedatangan dua terpidana mati asal Australia, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, yang dipindahkan dari Bali ke Pulau Nusakambangan. Ratusan personil TNI dan kepolisian disiagakan.

.
Menhan: Gara-Gara Penjahat Jadi Perang Itu Memalukan!

JAKARTA – Jelang eksekusi mati duo Bali Nine, hubungan diplomatik Australia dan Indonesia terus memanas.

Bahkan, ada kabar yang menyatakan bahwa kapal perang Australia mulai merapat ke perairan Indonesia. Namun, hal itu langsung dibantah oleh Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu.

“Enggak ada. Masak gara-gara penjahat saja pakai perang. Malu-maluin saja tuh. Kalau orang dilindungi iya lah. Nah ini penjahat yang merusak orang,” kata Ryamizard di Kompleks Istana Negara, Kamis (5/3/2015).

Menurutnya, seorang penjahat, terutama pengedar narkoba yang merusak masa depan jutaan pemuda dan berakibat pada kematian jutaan orang, tak layak mendapat pembelaan.

“Gara-gara penjahat pakai perang. Malu-maluin saja. Kalau orang benar dilindungi, iya lah,” tandasnya.

Seperti diketahui, duo Bali Nine saat ini sudah menempati sel isolasi. Dalam waktu dekat, keduanya akan menjalani eksekusi mati, namun Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop menawarkan barter tahanan dengan tiga terpidana asal Indonesia. Hal itu mendapat penolakan dari sejumlah pihak.

Sumber : http://news.okezone.com/read




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia