TRANSLATE

Panglima TNI Imbau Santoso Menyerahkan Diri jika Tidak Ingin Mati

Selasa, 31 Maret 2015

Panglima TNI Imbau Santoso Menyerahkan Diri jika Tidak Ingin Mati

PALU, KOMPAS.com — Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengimbau Santoso, gembong teroris di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, untuk menyerah kepada aparat keamanan. TNI tengah menggelar latihan gabungan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) dengan kekuatan 3.200 personel di sana.

“Nanti kalau bertemu TNI ada dua risikonya, mati atau dia (Santoso) menyerahkan diri,” kata Moeldoko, di Kota Palu, Senin (30/3/2015), sesaat sebelum terbang ke Poso untuk membuka latihan perang gabungan TNI.

Santoso adalah pemimpin kelompok teroris yang diduga kuat melakukan serangkaian kasus kekerasan di Kabupaten Poso dan beberapa daerah di Provinsi Sulawesi Tengah.

Saat ini, terdapat latihan PPRC di Poso dari Divisi II Komando Strategis TNI AD yang diperkuat beberapa unsur dari TNI AL, TNI AU, dan TNI AD.

Moeldoko mengatakan, saat ini di Kabupaten Poso terdapat sekelompok sipil kecil dan bersenjata dan tidak boleh dibiarkan. Kelompok yang dimaksud adalah 20-an orang yang saat ini bersembunyi di hutan dan kerap menebar teror kepada aparat dan masyarakat.

“Kelompok itu jangan sampai dibiarkan. Kalau dibiarkan, kelompok radikal lain bisa merasa nyaman di Poso dan tumbuh besar,” ujarnya.

Dia mengatakan, jika kelompok pimpinan Santoso itu dibiarkan, kelompok radikal Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS/ISIS) suatu saat bisa bergabung dengan mereka.

“Saya tegaskan, tidak ada tempat untuk ISIS di Indonesia, termasuk di Poso,” kata Jenderal bintang empat ini.

Dia juga kembali menegaskan latihan perang seperti di Poso itu latihan rutin tahunan yang lokasinya bisa di mana saja. “Tapi, kalau ketemu Santoso dan tidak mau menyerah, ya saya tembak,” katanya.

.
TNI Serbu Tempat Kelompok Santoso di Poso Hari Ini

TEMPO.CO , Jakarta: Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengakui latihan besar-besaran TNI di hutan di Poso, Sulawesi Tengah, sekaligus untuk memberantas keberadaan terduga teroris dan kelompok-kelompok radikal. Jika benar bertemu terduga teroris dalam hutan tersebut, prajurit TNI telah diinstruksikan agar bertindak tegas.

“Kalau mereka melawan dan menggunakan senjata api saat berhadapan dengan prajurit, tanpa segan-segan akan kami sikat!” kata Moeldoko, saat ditemui di Markas Besar TNI Cilangkap, Jakarta Timur, atau sesaat sebelum bertolak ke Poso untuk menyaksikan secara langsung acara puncak latihan itu, kemarin.

Latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) yang digelar di Poso telah berlangsung sejak 22 Maret lalu dan akan berakhir pada hari ini. Latihan yang melibatkan 3.222 personel TNI dari tiga angkatan itu dilakukan seiring dengan terungkapnya jaringan kelompok radikal Islamic State of Iraq and al-Sham di Tanah Air.

“Saya mensinyalir di Poso, seolah-olah kelompok radikal itu nyaman di sana. Saya khawatir orang-orang yang pergi ke Irak dan Suriah akan pulang dan bermarkas di Poso. Untuk itulah TNI mengadakan latihan besar-besaran di sana,” ujar Moeldoko.

Panglima Kodam VII Wirabuana, Mayor Jenderal (Inf.) Bachtiar, menjelaskan, latihan hari ini meliputi operasi menghancurkan gerakan radikal yang masuk wilayah Poso dari Filipina dan Thailand. Pemilik gerakan “disimulasikan” bermarkas di Gunung Biru. Senada dengan panglimanya, Bachtiar menyatakan, “Jika ada kelompok radikal, akan dihancurkan.”

Bupati Poso, Piet Inkiriwang, menyatakan mendukung penuh latihan gabungan TNI itu. Dia mengatakan pemerintah daerah telah menyiapkan segala akomodasi yang dibutuhkan dengan tujuan terciptanya Poso yang aman, termasuk mengosongkan sebagian wilayah di Desa Masani dan Desa Weralulu dari penduduk.

Sudirman Hj. Mama, warga Desa Weralulu yang mengungsi sementara waktu di Pasar Tokorondo, Poso Pesisir, juga menyatakan tak berkeberatan. “Semoga wilayah kami ke depan bisa aman dan tidak ada lagi gangguan dari kelompok-kelompok tertentu,” kata dia.

Dukungan juga mengalir dari Istana di Jakarta. Wakil Presiden Jusuf Kalla mengingatkan soal keberadaan jaringan teroris kelompok Santoso di Poso, yang disebutnya telah membunuh puluhan jiwa. “Berapa pun jiwa bangsa Indonesia yang terancam, harus dibela oleh polisi dan tentara,” kata Kalla, di kantornya, kemarin.

Adapun Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto mengingatkan opsi tembak langsung tersangka teroris harus diambil sebagai upaya terakhir dalam upaya pemberantasan terorisme. “Dalam operasi militer, selain perang, undang-undang mengharuskan adanya tindakan represif dari aparat TNI sebagai last resort, langkah terakhir,” kata dia, seusai sidang kabinet di kompleks Istana, kemarin.

.
Latihan gabungan TNI di Poso dibuka

Palu, Sulawesi Tengah (ANTARA News) – Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko, tiba di Bandara Mutiara SIS Aljufri, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Senin, dan segera bertolak ke Kabupaten Poso untuk membuka latihan perang gabungan TNI pada malam harinya.

Kunjungan Moeldoko dan sejumlah perwira tinggi TNI menggunakan pesawat CN 235 milik TNI AU.

Rencananya Moeldoko akan berada di Kabupaten Poso selama satu hari. Latihan perang TNI gabungan tersebut berlangsung selama dua pekan.

Latihan perang Pasukan Pemukul Reaksi Cepat TNI itu diikuti 3.200 personel pasukan dari TNI AL, TNI AU, dan TNI AD. Bisa dibilang ini latihan gabungan besar trimatra TNI untuk menguji kesiapsiagaan TNI dalam berbagai doktrin gelaran operasi militer gabungan.

“Ini adalah latihan rutin tahunan, dan posisinya bisa di mana saja,” katanya. Poso dipilih sebagai tempat latihan karena di daerah tersebut dinilai masih rawan gangguan keamanan.

Moeldoko mengakui saat ini masih ada sejumlah kelompok radikal yang ada di Poso dan tugas negara adalah mencegah kelompok itu tidak berkembang.

Saat ini terdapat 20 buronan teroris yang bersembunyi di hutan Poso. Mereka bersembunyi di hutan dengan cara berpindah-pindah di areal hutan berbukit sekitar 40 kilometer persegi.

Kelompok teroris yang dipimpin Santoso tersebut juga telah menyatakan bergabung dengan Negara Islam di Suriah dan Irak (NIIS/ISIS). Kawanan pro NIIS/ISIS itu memiliki senjata dan dianggap berbahaya oleh petugas keamanan.

Editor: Ade Marboen




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia