TRANSLATE

Jokowi Ingin Cina dan Jepang Damai Demi Stabilitas Kawasan

Senin, 27 April 2015

Jokowi Ingin Cina dan Jepang Damai Demi Stabilitas Kawasan

TEMPO.CO, Jakarta – Presiden Joko Widodo dalam penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika terlihat dekat dengan Presiden Cina, Xin Jinping. Dalam pembukaan misalnya, dia terlihat akrab berbicara dengan Jinping. Padahal di sampingnya juga ada Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe. Namun dengan Abe dia hanya terlihat sesekali berbicara. Tak sesering dengan Jinping.

Namun saat disinggung kedekatannya dengan Jinping, Jokowi dengan bercanda mengatakan, “Ya memang dekat wong duduknya berjejer, Jinping di sebelah sini, dan PM Abe di sebelah sini,” ujarnya sebelum bertolak menghadiri KTT ASEAN ke Malaysia, di Bandara Halim Perdanakusuma, Minggu, 26 April 2015.

Hubungan antara Cina dan Jepang sebelumnya sempat memanas lantaran disebabkan oleh beberapa hal. Namun Jokowi membantah dalam pertemuan itu antara Jinping dan Abe saling berebut pengaruh dengan Indonesia. “Ada apa sih, wong ndak apa-apa keduanya,” ujarnya.

Tapi, dia berharap semua hubungan negara di kawasan stabil. “Ya lebih baik untuk kawasan dan pertumbuhan ekonomi jika stabilitas negara di kawasan bagus,” ujarnya. “Infrastruktur bisa dibangun, pertumbuhan ekonomi pastinya bagus.”

Dan juga, kata dia, sesuai dengan Nawa Cita yang digagasnya. Jokowi juga berharap Indonesia bisa menjadi pusat perekonomian di negara kawasan. “Kalau dilihat dari geo-politik mestinya kita bisa memanfaatkan itu,” ujarnya.

.
Ini Alasan Jokowi Duduk di Antara Xi Jinping dan Shinzo Abe

JAKARTA – Banyak kalangan menduga Presiden Joko Widodo memiliki tujuan khusus dengan duduk di antara dua pemimpin negara Asia, yakni Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe ketika pembukaan Konferensi Asia Afrika 2015 di Jakarta Convention Center, Rabu (22/4) lalu. Apalagi, antara Jepang dan Tiongkok sedang renggang dalam beberapa tahun terakhir.

Namun, Jokowi -sapaan Joko Widodo- justru menegaskan bahwa tidak ada persoalan antara Xi denga Abe. “Ada apa sih, wong enggak ada apa-apa kok kok keduanya,” kata Jokowi sambil tertawa di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu (26/4).

Dalam berbagai kesempatan di KAA, Jokowi juga terlihat sangat akrab dan dekat dengan Xi Jinping. Ia mengaku itu hanya keakraban biasa antarkepala negara. “Ya dekat, kan karena duduknya berjejer jadi bagaimana enggak dekat,” candanya.

Meski demikian Jokowi tidak menampik bahwa Indonesia memang berharap hubungan antar-negara di kawasan Asia Afrika terjalin secara baik dan tanpa diwarnai ketegangan. Termasuk pula di antaranya adalah Tiongkok dan Jepang.

“Tentu saja kalau kawasan ini stabil, stabilitas itu ada, semua rukun. Itu akan lebih baik untuk kawasan. Untuk Pertumbuhan ekonomi juga pasti sangat bagus,” tambah Jokowi

Sebelumnya diberitakan hubungan Jepang dan Tiongkok menjadi sorotan media dalam pelaksanaan KAA kali pekan lalau. Pasalnya, hubungan kedua negara itu tegang dalam beberapa tahun terakhir terkait masalah wilayah dan sejarah.

Hubungan kedua negara itu menjadi buruk karena persengketaan mengenai kepulauan di Laut Tiongkok Timur. Kepulauan tak berpenghuni tetapi secara strategis, penting itu dikenal dengan nama Diaoyu oleh Tiongkok, namun dinamai Senkaku oleh Jepang.

Pulau yang kini dalam pengusasaan Jepang itu juga diklaim sebagai bagian dari wilayah Tiongkok. Keputusan Tokyo untuk membeli tiga dari kepulauan itu dari pemilik swasta berkewarganegaraan Jepang pada September 2012 telah menyebabkan memuncaknya pertikaian.

Sementara dari faktor sejarah, Tiongkok menudingi Jepang gagal meminta maaf secara sewajarnya terkait agresi saat Perang Dunia II.

Sumber : http://www.jpnn.com/read/2015

.
Apa Kata Jokowi Soal Kedekatannya dengan Xi Jinping?

JAKARTA, KOMPAS.com – Selama pelaksanaan Konferensi Asia-Afrika beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo terlihat tak pernah lepas dari Presiden Republik Rakyat Tiongkok Xi Jinping.

Apa kata Jokowi soal kedekatan dirinya dengan Jinping itu?

“Ya dekat, kan duduknya berjejer. Gimana nggak deket. Xi Jinping di sini, PM Abe di sini, gimana nggak dekat?” ujar Jokowi sesaat sebelum terbang menuju Kuala Lumpur di Bandara Halim Perdana Kusuma, Minggu (26/4/2015).

Jokowi pun berseloroh bahwa antara Jepang dan Tiongkok sebenarnya baik-baik saja. “Ada apa sih? Wong nggak ada apa-apa kok keduanya. He-he-he,” canda dia.

Meski demikian, orang nomor 1 di republik ini menaruh harapan agar stabilitas kawasan Asia tetap terjaga. Setiap negara di dalamnya bisa hidup rukun. “Itu akan lebih baik untuk kawasan. Untuk pertumbuhan ekonomi juga akan sangat bagus,” ujar dia.

Selama pelaksanaan KAA 2015 lalu di Jakarta dan Bandung, Jokowi terlihat tak pernah jauh dari Xi Jinping. Misalnya, posisi duduk Jokowi selalu berdampingan dengan Jinping. Tetapi, kerap pula posisi duduk Jokowi diapit Jinping dan PM Jepang Shinzo Abe.

Namun, Jinping terlihat lebih kompak dengan Jokowi. Pasalnya, usai membuka KTT Asia Afrika, Jinping-lah yang selalu menempel Jokowi hingga keluar ruangan. Sementara Abe memilih langsung keluar ruangan tanpa bercakap-cakap.

Selain itu, Jinping juga yang berada di samping Jokowi saat historical walk di perayaan KAA di Bandung. Sementara Abe tak mengikuti acara itu dan memilih pulang kembali ke negaranya.

Kedekatan Jokowi dan Jinping ini kemudian terealisasi dengan Tiongkok yang menyabet sejumlah proyek infrastruktur di Indonesia. Salah satunya adalah proyek kereta cepat rute Jakarta-Bandung yang sebelumnya sudah diminati Jepang, tiba-tiba Tiongkok mengambil alih.

.
Jokowi: Identifikasi Produk MEA 2016

Metrotvnews.com, Jakarta: Presiden Joko Widodo menegaskan perlu segera melakukan identifikasi produk-produk dalam negeri yang memiliki daya saing dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2016.

“Akan identifikasi dalam waktu yang sangat dekat ini, produk-produk yang mempunyai compatible (memiliki daya saing, Red), yang bisa masuk, bisa menyerang kanan kiri negara kita,” kata Presiden Jokowi, usai menghadiri jamuan makan (gala dinner) KTT ke-26 ASEAN di Kualalumpur, Ahad (26/4/2015) malam.

Presiden juga menyatakan optimistis dan tidak mundur lagi terkait akan diterapkan MEA mulai awal 2016, karena produk yang dimiliki Indonesia sangat beragam.

“Kita harus optimistis karena Indonesia punya produk yang macam-macam, dan itu yang harus diidentifikasi, mana yang punya daya saing untuk masuk ke negara kanan kiri,” ujar Presiden lagi.

Presiden juga mengatakan banyak negara-negara di luar ASEAN yang merasa takut karena akan diterapkan Masyarakat Ekonomi ASEAN ini. Dalam KTT ASEAN di Malaysia ini, salah satu yang dibahas adalah kesiapan negara-negara ASEAN terkait pelaksanaan MEA 2016.

“(Pelaksanaan MEA 2016, Red) kita tidak bisa mundur, harus siap, yang paling penting menurut saya identifikasi produk-produk,” kata Presiden Jokowi lagi.

KTT ke-26 ASEAN yang diselenggarakan pada 26-29 April 2015 ini digelar dalam dua sesi, yaitu sesi pleno di Kualalumpur dan “retreat” di Langkawi Kedah.

Di sela KTT, para kepala negara atau kepala pemerintahan negara-negara anggota ASEAN dijadwalkan akan bertemu dengan perwakilan ASEAN Inter-Parliamentary Assembly (AIPA), ASEAN Business Advisory Council (ABAC), ASEAN Youth Representatives, dan Civil Society Organizations (CSO) Representatives. Selain itu, para kepala negara/pemerintahan ASEAN juga diundang untuk menghadiri ASEAN Leadership Forum ke-12 di Kuala Lumpur.

Selain rangkaian KTT ASEAN ke-26, pada 28 April 2015 di Langkawi akan diselenggarakan pertemuan para kepala negara/pemerintahan dari Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA) dan Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT). (antara)

.
Jokowi Diterima PM Malaysia dalam Gala Dinner KTT ASEAN

Kuala Lumpur, CNN Indonesia — Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri acara Gala Dinner Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-26 bersama para kepala negara Asia Tenggara lainnya. Dalam acara ini, ia disambut oleh Perdana Menteri Malaysia Najib Razak.

Acara dimulai sekitar pukul 21.00 waktu setempat di Kuala Lumpur Convention Centre (KLCC), Malaysia, Minggu (26/4). Kesepuluh kepala negara, termasuk Presiden Jokowi, kompak memakai baju tradisional Malaysia berwarna biru cerah. Tarian Mak Yong membuka acara tersebut, lalu Najib memulai pidatonya.

“Sebuah kehormatan untuk menerima kedatangan Anda di Kuala Lumpur dan di Gala Dinner KTT ASEAN ke-26 malam ini,” ujar Najib ketika membuka pidatonya.

“Semenjak menjadi Perdana Menteri, saya berkesempatan untuk mendatangi KTT ASEAN di enam negara. KTT ASEAN yang ke-14 digelar di Thailand pada April 2009 adalah pengalaman pertama saya, sekitar seminggu setelah saya menduduki jabatan ini,” kata dia.

“Saya terkesima dengan kedekatan dan kehangatan para kepala negara ASEAN, sebuah kesan yang telah terkuatkan selama bertahun-tahun. Saya berterima kasih atas penerimaan di negara Anda. Sekarang giliran saya yang melakukan itu,” ujar dia.

Tahun ini, Malaysia memang mendapat giliran untuk memimpin kawasan Asia Tenggara. Tema kepemimpinan pada 2015 ini adalah ‘Our People, Our Community, Our Vision’. Najib berpendapat, dengan tema ini maka fokus terletak pada pembentukan negara-negara ASEAN yang berpusat pada sumber daya manusia.

Tak hanya itu, Malaysia berhasi merilis GO ASEAN, sebuah kanal perjalanan baru untuk memamerkan hal-hal berbasis pariwisata terbaik yang dimiliki negara-negara ASEAN.

Setelah Najib pidato, jamuan makan malam dimulai dengan diiringi permainan alat musik orkestra. Tak hanya itu, di layar videotron raksasa diperlihatkan berbagai destinasi wisata di masing-masing negara ASEAN.

KTT ASEAN ke-26 yang akan digelar pada 27 April 2015, terdiri atas dua sesi, yaitu sesi Pleno di Kuala Lumpur dan Retreat di Langkawi.

.
Jokowi: Bantuan ke Nepal Masuk dalam 3-4 Hari

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com – Demi membantu korban bencana gempa bumi di Nepal, Pemerintah Indonesia tak hanya mengirimkan bantuan kemanusiaan, tetapi juga mengirimkan Tim SAR dan Tim Medis. Tim akan dikirim tiga atau empat hari ke depan.

Hal itu dikemukakan Presiden Joko Widodo usai menghadiri jamuan makan malam bagi para kepala negara peserta KTT Asean di Kuala Lumpur Convention Centre (KLCC), Kuala Lumpur, Malaysia, Minggu (26/4/2015) malam.

“Pengiriman Tim SAR dan medis ke Nepal, masih harus melalui proses. Sebab, Pemerintah RI harus melihat kondisi dan pemantauan di lapangan,” ujar Presiden.

Menurut Presiden, Pemerintah akan mengecek lebih dulu, apakah nanti akan lewat India atau langsung ke Nepal. “Mungkin dalam waktu tiga atau empat hari baru kita bisa masuk. Termasuk bukan hanya bantuan obat-obatan dan makanan, tetapi juga Tim SAR-nya, dan tim medis, itu yang kita tengah lakukan proses,” ujar Presiden lagi.

Sebelumnya, dilaporkan gempa bumi dengan skala richter 7,8 dan 6,6 skala richter, Sabtu (25/4) mengguncang wilayah Nepal. Akibatnya, ribuan orang dan penduduk Nepal menjadi korban, selain kehancuran sejumlah bangunan dan lainnya.

Menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Kementerian Luar Negeri sudah melakukan koordinasi internal.

“Besok sudah akan ada pembahasan lebih detail apa yang akan kita bantu untuk Nepal. Tapi prinsipnya, sebagaimana yang sudah disampaikan Presiden, kita akan membantu mengirimkan Tim SAR kita, tim medis dan kebutuhan-kebutuhan pokok yang diperlukan Pemerintah Nepal pada saat ini. Termasuk makanan-makanan yang siap saji,” kata Retno.

.
Gempa Nepal, Jokowi: Indonesia Siap Bantu

TEMPO.CO, Jakarta – Presiden Joko Widodo menyatakan kesiapannya memberikan bantuan kemanusiaan kepada Nepal. Namun Jokowi masih akan merundingkan bentuk bantuan yang akan diberikan.

“Oh, iya, saya baru sampaikan kepada Menteri Luar Negeri, Indonesia siap membantu,” kata Jokowi di Bandara Halim Perdanakusuma, Ahad, 26 April 2015. “Nanti baru disiapkan. Kami segera memproses.”

Gempa berkekuatan 7,8 skala Richter menggoyang Nepal pada Sabtu, 25 April 2015. Gempa tersebut menghantam bangunan di Kathmandu, ibu kota Nepal. Goncangan gempa juga terasa hingga ke beberapa kota di India utara, termasuk New Delhi, dan Pakistan.

Sebanyak lebih dari 2.000 orang tewas akibat gempa tersebut. Jumlah korban jiwa diperkirakan bertambah. Adapun upaya pertolongan masih berlangsung di seluruh negeri tersebut.

Kementerian Luar Negeri mengidentifikasi terdapat 34 warga negara Indonesia yang berada di Nepal saat terjadinya gempa tersebut. Sebanyak 17 orang terkonfirmasi dalam keadaan selamat.

“Sejauh ini, 17 WNI diketahui dalam kondisi selamat, sementara sisanya masih akan terus dilakukan upaya pencarian,” tutur Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri Lalu Muhamad Iqbal dalam siaran persnya yang diterima Tempo, Minggu, 26 April 2015.

Lalu mengatakan 34 WNI yang berada di Nepal tersebut terdiri atas 18 orang yang menetap di Nepal dan 16 orang sedang melakukan kunjungan ke negara itu, termasuk di antaranya sejumlah WNI yang sedang mendaki Gunung Everest.




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia