TRANSLATE

TNI Gelar Simposium Internasional Angkatan Laut Pasifik Barat

Selasa, 26 Januari 2016

TNI Gelar Simposium Internasional Angkatan Laut Pasifik Barat

JAKARTA (Pos Kota) – TNI Angkatan Laut menyelenggarakan simposium berskala internasional bertajuk Western Pacific Naval Symposium (WPNS) 2016 yang berarti Simposium Angkatan Laut Pasifik Barat tahun 2016, di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Selasa (26/1)

Simposium tahunan ini dibuka secara resmi oleh Asisten Operasi Kepala Staf Angkatan Laut (Asops Kasal) Laksamana Muda TNI Ari Soedewo atas nama Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Ade Supandi.

Acara ini diikuti sedikitnya 27 negara sahabat, antara lain Amerika Serikat, Australia, Brunei Darussalam, China, Chile, Colombia, Filipina, Indonesia, Inggris, Jepang, Korea Selatan, Kamboja, Kanada, Malaysia, Papua Nugini, Perancis, Peru, Rusia, Selandia Baru, Singapura, Thailand, Tonga, Vietnam, Bangladesh, India, Mexico, dan Pakistan.

Asops Kasal dalam sambutannya mengatakan, dalam beberapa dekade yang lalu, tuntutan akan pentingnya keamanan maritim meningkat secara signifikan. Hal ini ditandai dengan timbulnya berbagai macam tantangan maritim di laut. Sehingga mendorong munculnya berbagai studi strategis untuk mengidentifikasi permasalahan serta menemukan solusi yang terbaik.

Para ahli dan praktisi telah menguraikan definisi keamanan maritim itu terdiri dari tiga aspek, yaitu keamanan laut, keselamatan laut dan lingkungan laut. Kemudian dari aspek-aspek ini kita dapat menentukan ancaman maritim secara menyeluruh.

Meningkatkan Kemitraan

Untuk meningkatkan keamanan maritim, lanjutnya, strategi yang umumnya dilakukan oleh negara-negara kawasan adalah meningkatkan kemitraaan untuk mengatasi setiap permasalahan secara bersama-sama.

Semua negara menyadari realita bahwa tantangan-tantangan tersebut tidak dapat dipecahkan sendiri. Oleh karena itu, pada tahun 1987 yang lalu, para pendahulu kita secara bersama-sama telah meletakkan gagasan mendasar tentang kemitraan maritim dikawasan ini yang dinamakan western pacific naval symposium. dan pada tahun ini, TNI AL sebagai tuan rumah penyelenggaraan WPNS yang ke-15 mengambil tema “maritime partnership for stability in the western pacific region”.

Asops Kasal meyakini bahwa WPNS ini merupakan salah satu forum terpenting untuk mengimplementasikan kemitraan maritim di kawasan. Untuk mendukung kemitraan ini, kita perlu membangun fondasi yang kuat, yaitu kepercayaan. baik kepercayaan antar negara, maupun antar Angkatan Laut.

“Kunci untuk membangun sebuah kepercayaan pada dasarnya terletak pada manusianya itu sendiri, termasuk kita yang hadir di sini. saya yakin bahwa kita semua memiliki komitmen yang kuat untuk meraih kepercayaan dan bekerja sama untuk kepentingan bersama secara damai dan saling menguntungkan,” lanjut Asops Kasal.

Berbagi Gagasan dan Pengalaman

Pati berbintang dua ini mengajak semua peserta untuk secara aktif berbagi gagasan dan pengalamannya pada diskusi yang sangat bermanfaat ini.

“Apa yang anda sepakati dalam workshop ini akan dibawa ke simposium untuk disetujui para Pemimpin Angkatan Laut. Saya berharap persetujuan tersebut dapat ditransformasikan secara konsisten menjadi implementasi aktual di laut”, harap Asops Kasal.

Simposium berskala internasional ini diselenggarakan untuk meningkatkan dan menjaga keamanan di wilayah Perairan Pacific Barat, mempersiapkan materi diskusi WPNS ke-15 yang akan berlangsung di Kota Padang, Sumatra Barat, pada April mendatang serta mendengar laporan kesiapan Negara Chile sebagai tuan rumah WPNS Workshop pada tahun 2017.

Turut hadir pada acara tersebut antara lain: Kepala Staf Armada RI Kawasan Barat Laksma TNI Dr. A. Octavian, S.T., M.Sc, D.E.S.D., Komandan Gugus Keamanan Laut Armada RI Kawasan Barat Laksma TNI Muhammad Ali, Kapuskersin TNI Laksma TNI Suselo, para Ketua Delegasi, peserta, peninjau, dan pemohon peninjau WPNS Workshop 2016, serta undangan lainnya.

.
Indonesia Bakal Tuan Rumah Simposium Angkatan Laut Pasifik Barat

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – TNI Angkatan Laut menyelenggarakan simposium berskala internasional bertajuk Western Pacific Naval Symposium (WPNS) 2016 yang berarti Simposium Angkatan Laut Pasifik Barat tahun 2016, di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Selasa (26/1/2016).

Simposium tahunan yang telah dibuka secara resmi oleh Asisten Operasi Kepala Staf Angkatan Laut (Asops KSAL) Laksamana Muda TNI Ari Soedewo, atas nama Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Ade Supandi ini, diikuti sedikitnya 27 negara sahabat.

Antara lain: Amerika Serikat, Australia, Brunei Darussalam, China, Chile, Colombia, Filipina, Indonesia, Inggris, Jepang, Korea Selatan, Kamboja, Kanada, Malaysia, Papua Nugini, Perancis, Peru, Rusia, Selandia Baru, Singapura, Thailand, Tonga, Vietnam, Bangladesh, India, Mexico, dan Pakistan.

Asops KSAL dalam sambutannya mengatakan, dalam beberapa dekade yang lalu, tuntutan akan pentingnya keamanan maritim meningkat secara signifikan.

Hal ini ditandai dengan timbulnya berbagai macam tantangan maritim di laut, sehingga mendorong munculnya berbagai studi strategis untuk mengidentifikasi permasalahan serta menemukan solusi yang terbaik.

Para ahli dan praktisi telah menguraikan definisi keamanan maritim itu terdiri dari tiga aspek, yaitu keamanan laut, keselamatan laut dan lingkungan laut.

Kemudian dari aspek-aspek ini kita dapat menentukan ancaman maritim secara menyeluruh.

Untuk meningkatkan keamanan maritim, lanjutnya, strategi yang umumnya dilakukan oleh negara-negara kawasan adalah meningkatkan kemitraaan untuk mengatasi setiap permasalahan secara bersama-sama.

Menurutnya, semua negara menyadari realita bahwa tantangan-tantangan tersebut tidak dapat dipecahkan sendiri.

Oleh karena itu, pada tahun 1987 yang lalu, para pendahulu kita secara bersama-sama telah meletakkan gagasan mendasar tentang kemitraan maritim dikawasan ini yang dinamakan western pacific naval symposium.
Dan pada tahun ini, TNI AL sebagai tuan rumah penyelenggaraan WPNS yang ke-15 mengambil tema “maritime partnership for stability in the western pacific region”.

Laksamana Muda TNI Ari Soedewo juga meyakini bahwa WPNS ini merupakan salah satu forum terpenting untuk mengimplementasikan kemitraan maritim di kawasan.
Untuk mendukung kemitraan ini, pihaknya akan membangun pondasi yang kuat, yaitu kepercayaan, baik kepercayaan antar negara, maupun antar Angkatan Laut.

“Kunci untuk membangun sebuah kepercayaan pada dasarnya terletak pada manusianya itu sendiri, termasuk kita yang hadir di sini. Saya yakin bahwa kita semua memiliki komitmen yang kuat untuk meraih kepercayaan dan bekerja sama untuk kepentingan bersama secara damai dan saling menguntungkan,” kata Asops Kasal.

Simposium berskala internasional ini diselenggarakan untuk meningkatkan dan menjaga keamanan di wilayah Perairan Pacific Barat, mempersiapkan materi diskusi WPNS ke-15 yang akan berlangsung di Kota Padang, Sumatra Barat, pada April mendatang serta mendengar laporan kesiapan Negara Chile sebagai tuan rumah WPNS Workshop pada tahun 2017.

.
TNI: Kekuatan Angkatan Laut Masih Kurang

TEMPO.CO, Jakarta – Asisten Operasi TNI Angkatan Laut Laksamana Muda Arie Soedewo mengatakan Angkatan Laut masih memiliki kekurangan dalam hal peralatan dan perlengkapan. “Ya enggak cukup, kurang,” ujarnya, Selasa, 26 Januari 2016.

Dia melanjutkan, wilayah Indonesia lebih dominan lautan daripada daratan. Sedangkan laut menjadi jalur utama perdagangan dunia. Indonesia seharusnya menyiapkan sarana dan prasarana penunjang.

“Bangun sarana dan prasarana tentang bagaimana cara mengawasi laut dan untuk menindak apabila ada (masalah) keamanan di laut,” katanya. Dia mengatakan hal itu bukan saja menjadi tugas TNI AL, tapi juga pihak terkait.

Arie mengungkapkan, yang dibutuhkan TNI Angkatan Laut sangat banyak. Dari kebutuhan tersebut, dia mengatakan, hanya separuh yang dimiliki saat ini. “Yang penting kami bisa tampil, jadi namanya minimum essential force.”

Dia berharap nantinya kebutuhan ideal TNI Angkatan Laut bisa dipenuhi karena merasa pihaknya membutuhkan loncatan dalam hal teknologi. “Semua kapal dan alutsista yang dibiayai negara, kami harap, ditambah.”

Meski memiliki banyak kekurangan, Angkatan Laut tak memaksakan peralatan dan perlengkapan itu harus komplet. “Kami tahu dirilah,” ucapnya.

Pada 2017, kata Arie, Angkatan Laut akan mendapat dua tambahan kapal selam dari Korea Selatan. Dua kapal tersebut masing-masing dibuat di Korea dan Indonesia. Angkatan Laut akan kembali menerima satu kapal selam pada 2018.




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia