TRANSLATE

Menhan Ryamizard: Lawan Terorisme dengan Bela Negara

Jumat, 29 Januari 2016

TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengajak seluruh warga Indonesia untuk bersama-sama melawan terorisme melalui konsep bela negara. Menurut dia, jika warga negara mendalami konsep bela negara, rakyat dapat menjadi sistem pertahanan negara yang kuat.

“Kemhan menyusun desain strategi pertahanan semesta. Konsep ini direvitalisasi dan diaktualisasi untuk pembangunan kesadaran bela negara sehingga rakyat menjadi bagian dari pertahanan,” katanya saat menghadiri apel Kebhinekaan Lintas Iman di Lapangan Banteng hari ini, Ahad, 17 Januari 2016.

Menurut dia, terorisme sudah menjadi ancaman nyata bagi bangsa Indonesia. Kekerasan dengan dalil agama sudah di depan mata dan mau tidak mau harus dilawan bersama. Ryamizard mengatakan terorisme bertujuan untuk membuat rakyat takut. “Tapi kita tidak perlu takut, kebersamaan 250 juta rakyat adalah kekuatan yang dahsyat,” katanya.

Ryamizard mengatakan perang yang dihadapi bangsa Indonesia ke depan bukan perang alat utama sistem pertahanan, melainkan peran otak. “Tujuan mereka untuk membelokkan ideologi bangsa dan negara. Perang ini murah, melalui media dan masyarakat dipengaruhi dengan sebuah paham. Maka pemahaman dan wawasan kebangsaan sangat mutlak,” katanya.

Organisasi keagamaan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Konferensi Wali Gereja Indonesia, Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia, Persatuan Hindu Dharma Indonesia, Wali Umat Buddha Indonesia, dan Majelis Tinggi Masyarakat Konghucu Indonesia siang ini melakukan apel kebhinekaan untuk menyatakan terhadap radikalisme, terorisme, dan narkoba di Lapangan Banteng. Apel dihadiri 15 ribu warga dari seluruh ormas keagamaan. Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, dan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi juga menghadiri acara itu.

.
Menhan: Revisi UU Terorisme Demi Keamanan Rakyat

Jakarta, CNN Indonesia — Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menilai revisi Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme harus dilakukan dengan tujuan yang jelas.

Menurut Ryamizard, keamanan masyarakat merupakan satu-satunya alasan yang dapat digunakan pemerintah untuk mengubah beleid tersebut.

“Kalau revisi itu memang bagus untuk keamanan rakyat, kenapa tidak. Tapi hanya untuk keamanan rakyat, bukan untuk yang lain-lain,” ujarnya usai apel organisasi lintas iman di Jakarta, Minggu (17/1).

Penilaian serupa juga ia lontarkan terkait usulan Kepala Badan Intelijen Negara Sutiyoso yang mewacanakan penambahan kewenangan bagi bandan telik sandi, yakni menangkap dan menahan.

“Itu nanti urusan BIN dan DPR. Tapi, apapun itu, untuk kepentingan rakyat dan bangsa, semua harus dilakukan,” tuturnya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, pemerintah akan mendorong Dewan Perwakilan Rakyat merevisi UU anti-terorisme.

“Kami sedang meminta kepada DPR untuk merevisi undang-undang itu sehingga bisa ada upaya preventif,” ujarnya di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Jumat (15/1).

Pada hari yang sama Sutiyoso berkata, kewenangan BIN melakukan penyadapan, pemeriksaan aliran dana dan penggalian informasi terhadap sasaran terbatas karena lembaga intelijen itu tidak diberikan hak menangkap dan menahan.

Belakangan, Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti mempertanyakan wacana Sutiyoso. Menurutnya, tidak ada satu pun lembaga intelijen di dunia yang memiliki kewenangan menangkap dan menahan.

.
Menhan: Pelaku Teror Harus Dihukum Seberat-beratnya

JAKARTA, KOMPAS.com – Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan, para pelaku tindak pidana terorisme harus dihukum berat.

Hal tersebut untuk menimbulkan jera bagi para pelaku dan menghilangkan pengaruh dari dalam dirinya.

“Yang meneror orang itu hukumnya harus seberat-beratnya agar dia tidak melakukan teror lagi,” ujar Ryamizard di Jakarta, Minggu (17/1/2016).

Ryamizard mengatakan, oleh karena itu, diperlukan program bela negara untuk menangkal pengaruh radikalisme. Jika hukuman sebelumnya masih tidak mempan, maka akan diperberat sesuai ketentuan hukum.

“Kalau melakukan lagi, hukumannya diberatkan lagi. Hukuman itu kan supaya kapok,” kata Ryamizard.

Ryamizard tidak ingin rakyat hanya duduk-duduk menyaksikan maraknya terorisme di Indonesia. Oleh karena itu, dia ingin mengerahkan kekuatan rakyat untuk dilatih memerangi terorisme dan aksi radikal.

“Jika ada 100 juta rakyat yang terlatih, radikalisme dan terorisme tidak ada apa-apanya,” kata Ryamizard.

.
Menhan: Teror Sarinah Itu Kecil, Tak Perlu Takut

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Pertahanan (Menhan) Jenderal (Purn) Ryamizard Ryacudu mengatakan tidak perlu takut aksi terorisme. Itu hanya hal kecil yang akan membuat bangsa Indonesia menjadi takut.

Namun, dengan hadirnya 250 juta masyarakat Indonesia, maka dipastikan aksi terorisme tersebut tidak akan dapat bergerak bebas.

“Jangan takut. Bangsa ini sangat besar. Teror di hari Kamis lalu adalah hal kecil yang tidak perlu ditakuti,” jelas Ryamizard saat menjadi pembina upacara di Lapangan Banteng, Jakarta, Minggu (17/1/2016).

Dia mengharapkan agar seluruh ormas keagamaan yang hadir dalam Apel Kebhinekaan Lintas Iman Bela Negara di Lapangan Banteng, Minggu Siang, dapat mendukung program Bela Negara dari Kemenhan sebagai wujud kesetiaan terhadap negara.

“Saya berharap agar seluruh ormas dapat mendukung program ini. Agar seluruh tindakan teror meneror tidak ada lagi dan mewujudkan bahwa masyarakat Indonesia wajib membela negaranya sendiri,” ujarnya.

Dirinya juga menjelaskan dukungan tersebut dapat berupa keikutsertaan anggota ormas dalam program Bela Negara, karena dalam program tersebut akan diajarkan mengenai lapor cepat terhadap pihak berwenang jika ada hal yang mencurigakan.

Dalam apel kebhinekaan tersebut, hadir Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin, Menpora Imam Nachrawi , Kekjen PDIP Hasto Kristiyanto, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj, musisi kenamaan Ahmad Dhani dan beberapa ketua ormas lainnya.

Setidaknya terdapat ribuan orang dari 15 ormas hadir dalam acara itu.

.
Sejumlah Tokoh Kumpul di Lapangan Banteng Tolak Radikalisme

Liputan6.com, Jakarta – Sejumlah tokoh nasional berkumpul di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Mereka datang untuk menyikapi ancaman dan hambatan yang dihadapi bangsa Indonesia khususnya dalam upaya membendung radikalisme, terorisme, dan bahaya narkotika.

Dalam acara yang dinamakan ‘Apel Kebhinekaan Lintas Iman’ dan dihadiri ribuan masyarakat ini, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu didaulat sebagai pemimpin upacara yang dihadiri ribuan masyarakat dari berbagai elemen.

Dalam sambutannya, Ryamizard mengatakan bahwa ancaman yang dihadapi oleh Indonesia saat ini bukan berasal dari perang konvensional yang mengandalkan kekuatan senjata.

“Kita ketahui bersama, perang ke depan bukan dengan alutsista, tapi dengan cuci otak. Ada yang membelokkan mencoba ideologi bangsa. Ini mudah karena masyarakat dapat dipengaruhi,” ujar Ryamizard di Lapangan Banteng, Jakarta, Minggu (17/1/2016).

Perihal peristiwa teror yang terjadi di Jalan MH Thamrin, Jakarta 14 Januari lalu, mantan KSAD tersebut juga mengingatkan agar masyarakat tidak perlu cemas atau merasa ketakutan.

“Ini memang menimbulkan ketakutan di masyarakat. Tapi kita tidak boleh takut, kebersamaan 250 juta rakyat adalah kekuatan sangat dahsyat, yang tidak bisa dilawan apalagi dengan teror-teror kecil semacam ini,” katanya.

“Yang datang hari ini 15 ribu tidak gentar. Apalagi kalau yang datang 250 juta orang. Jadi jangan takut,” pungkas Ryamizard.

Selain Ryamizard, hadir pula Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin, Menpora Imam Nahrawi, Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, dan sejumlah perwakilan dari TNI dan Polri.

Sementara organisasi agama yag hadir dalam acara ini adalah, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Perwakilan Umat Budha Indonesia (Walubi), serta Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin)

Pada acara itu juga dibacakan komitmen serta seruan tokoh lintas iman kepada masyarakat yang isinya antara lain;

1. Menyatakan komitmen untuk senantiasa setia menjaga pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945

2. Menyatakan berkomitmen untuk memperkuat semangat nasionalisme dan religiusitas dalam kehidupan masyarakat.

3. Menyatakan bahwa segala bentuk radikalisme, terorisme, dan narkoba harus segera dihapuskan dari tanah Indonesia.

4. Menyerukan kepada seluruh masyarakat dan seluruh elemen bangsa untuk memperkuat jalinan persaudaraan lintas iman untuk memperkokoh kedaulatan nasional.

.
Organisasi Lintas Iman Sepakat Lawan Radikalisme

Jakarta, CNN Indonesia — Sejumlah organisasi keagamaan dan kemasyarakatan menggelar apel di Lapangan Banteng, Jakarta, Minggu (17/1). Pada forum tersebut, menyepakati komitmen dan seruan tentang kebhinekaan, nasionalisme serta perang terhadap radikalisme.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Said Aqil Siradj, menilai apel kebhinekaan lintas iman perlu diadakan karena Indonesia saat ini sedang darurat radilkalisme dan terorisme.

Bersama para pimpinan ormas dan lembaga keagamaan, Said menyatakan radikalisme yang ditunjukkan kelompok Islamic State in Iraq and Syria (ISIS) harus diperangi karena bertentangan dengan nilai-nilai yang dikandung Pancasila, seperti ketuhanan dan kemanusiaan.

“Mereka berbahaya. Mereka sudah mempunyai agenda yang masif di Indonesia,” ujarnya.
Lihat juga:Mendikbud Anies: Kita Sering Mendiamkan Benih Radikalisme
Ditemui pada kesempatan serupa, Menteri Agama Lukam Hakim Saifuddin berkata, apel kebhinekaan merupakan salah satu cara mempertahanankan kebersamaan dalam perbedaan.

“Apel ini diperlukan untuk menyadarkan warga negara bahwa bangsa Indonesia pada hakekatnya beragam dan majemuk. Perbedaan itulah yang dibungkus dalam kebhinekaan,” tuturnya.

Pada pidatonya, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan aksi terorisme yang berdalih agama dapat berujung pada perpecahan antara warga negara. Namun, dengan kebersamaan yang kuat, Ryamizard yakin disintegrasi tersebut tidak akan terjadi.

“Kebersamaan 250 juta penduduk adalah kekuatan maha dashyat yang tidak akan mampu dilawan, apalagi hanya sebuah teror kecil seperti kemarin,” katanya.

Para pimpinan lembaga seperti Konferensi Wali Gereja, Persatuan Gereja-gereja di Indonesia, Perwakilan Umat Buddha Indonesia, Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia dan Parisada Hindu Dharma Indonesia mendesak pemerintah untuk segera menginisiasi sebuah peraturan yang secara antisipatif dapat membendung radikalisme dan terorisme.

Mereka juga meminta pemerintah segera membubarkan organisasi radikal dan yang kegiatannya menjurus pada aksi terorisme.

Penindakan cepat dan tegas terhadap pelaku teror serta deradikalisasi secara masif, terencana dan terarah merupakan dua permintaan mereka lainnya.

.
Mendikbud Anies: Kita Sering Mendiamkan Benih Radikalisme

Jakarta, CNN Indonesia — Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan menilai benih radikalisme sering kali dianggap tidak penting oleh masyarakat. Bahkan kecenderungannya, hal itu kerap didiamkan oleh banyak orang.

Dia melihat peran sekolah dan orangtua sangat signifikan dalam mendeteksi dini aliran radikalisme. Anies menyebutkan empat potensi penyimpangan pelajar, di antaranya narkoba, kekerasan, pornografi, dan pikiran-pikiran menyimpang. Yang disebut terakhir ini berpotensi sebagai benih radikalisme.

“Yang sering terjadi, kita hanya mendiamkan dan itu dianggap enggak penting. Ketika muncul menjadi masalah baru, kita semua kedandapan, bahasa jawanya,” ujar Anies di Gedung A Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Minggu (17/1).

Padahal menurutnya, benih radikalisme bisa dicegah oleh pihak sekolah dan orangtua. Dia berharap kerja sama antara lembaga pendidikan dan orangtua lebih diperkuat untuk membendung pengaruh negatif radikalisme.

“Yang penting adalah komunikasi yang intensif antara sekolah dan orangtua,” kata Anies.

Mantan rektor Universitas Paramadina ini mengatakan, Kemendikbud saat ini berusaha mendeteksi lebih awal pengaruh radikalisme. Peran sekolah dan rumah diutamakan.

“Sekarang harus lebih awal dideteksi,” katanya.

Selain itu, Anies juga menilai pentingnya pendidikan kepemimpinan sejak usia muda. Menurutnya, generasi muda yang digembleng lewat organisasi-organisasi pelajar akan tumbuh menjadi benih-benih pemimpin di kemudian hari.

“Kami akan mendorong lagi itu untuk muncul. Kami juga ingin mendorong aktivitas-aktivitas kepemimpinan di Indonesia,” katanya.




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia