TRANSLATE

Menhan Pastikan Patroli Bersama Tiga Negara Dimulai Bulan Ini

Rabu, 17 Agustus 2016

Jakarta- Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu memastikan bahwa patroli bersama di wilayah perairan Filipina yang akan dilakukan tiga negara, yaitu Indonesia, Filipina dan Malaysia akan dilakukan bulan Juli ini. Namun, dia belum dapat memastikan kapan waktu pasti patroli laut tiga negara itu akan dilakukan.

“Mudah-mudahan bulan ini sudah dimulai (patroli bersama),” kata Ryamizard yang ditemui usai silahturahmi dengan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla di Istana Wapres, Jakarta, Rabu (6/7).

Menurut Ryamizard, perlu latihan bersama terlebih dahulu sebelum melakukan patroli bersama tiga negara, sebagaimana telah disepakati oleh Menteri Pertahanan masing-masing negara.

“Latihan dulu. Tidak bisa tiba-tiba (patroli). Babak belur nanti. Tahap, tahapnya harus ada. Baru kita (patroli bersama),” ungkap Ryamizard.

Sementara itu, terkait upaya pembebasan tujuh orang Anak Buah Kapal (ABK) yang merupakan Warga Negara Indonesia (WNI), Ryamizard mempercayakannya kepada otoritas keamanan Filipina.

Dia memaparkan telah ada janji dari Menteri Pertahanan (Menhan) Filipina yang baru untuk melakukan upaya pembebasan terhadap tujuh orang ABK tersebut.

“Hari Senin (4/7), (7 ABK) dalam keadaan baik. Saya berkoordinasi terus dengan Menhan (Filipina) yang baru. Menhan yang baru (mengatakan) tenang saja, Pak Ryamizard tidur enak saja, dia bilang begitu. Kita akan meningkatkan operasi di sini,” ungkap Ryamizard.

Menurut Ryamizard, Filipina sudah mengerahkan sekitar 6.000 sampai 7.000 pasukan dan intelijen guna menumpas kelompok bersenjata di negaranya dan membebaskan tujuh WNI yang menjadi tawanan.

“Kita serahkan dululah kepada pemerintah Filipina. Mereka sudah kerahkan pasukannya dan intelnya 6.000-7.000. Kita percayakan dulu,” ujarnya.

Namun, Ryamizard memastikan bahwa dirinya akan terus memantau upaya pembebasan sandera yang dilakukan pihak keamanan Filipina.

“Saya minta tiap hari diberikan laporan sama mereka. Tetapi, (7 ABK) dalam keadaan baik semua. Kita monitor saja (upaya pembebasan). Kita tidak boleh ikut campur. Kita percayakan saja yang punya rumah,” paparnya.

Beberapa waktu lalu, Ryamizard menegaskan bahwa telah ada kesepakatan antara menteri pertahanan Indonesia, Filipina dan Malaysia yang isinya jika kembali terjadi penyanderaan terhadap WNI maka TNI bisa masuk untuk melakukan upaya pembebasan.

“Kami sudah sepakat. Kalau nanti ada penyanderaan lagi, kami boleh masuk,” kata Ryamizard awal pekan lalu.

Tetapi, lanjut Ryamizard, kesepakatan tersebut belum bisa menjadi dasar TNI melakukan operasi di wilayah Filipina. Hal itu, dikarenakan belum adanya aturan yang merincikan mengenai standar prosedur operasi yang harus diterapkan. Selain itu, dalam konstitusi aturan yang berlaku di Filipina memuat perihal larangan militer asing masuk ke negara mereka.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi telah mengakui adanya penyanderaan terhadap tujuh ABK asal Indonesia di perairan wilayah Filipina.

Retno mengatakan penyanderaan terjadi di Laut Sulu dalam dua tahap pada 20 Juni 2016, yaitu pada sekitar pukul 11.30 dan pukul 12.45 waktu setempat oleh dua kelompok bersenjata yang berbeda. Pada saat penyanderaan, kapal membawa 13 ABK, namun hanya tujuh ABK yang disandera sedangkan enam ABK lainnya dibebaskan.

“Saat ini enam ABK yang dibebaskan dalam perjalanan membawa kapal tug boat Charles 001 dan kapal tongkang Robi 152 menuju Samarinda,” kata Retno.

Penyanderaan ini adalah untuk ketiga kalinya melibatkan WNI, untuk itu, Retno mendesak agar Pemerintah Filipina bisa memastikan keamanan di wilayah perairan Filipina Selatan sehingga tidak menganggu kegiatan ekonomi di kawasan sekitarnya. Terkait hal itu, Pemerintah Indonesia siap memberikan kerja samanya.

Sumber : Suara Pembaruan

7 WNI Disandera, Menhan: Kita Percayakan Dulu ke Filipina

Jakarta – Tujuh WNI masih disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina. Meski TNI sudah diizinkan memasuki wilayah Filipina, pemerintah RI masih menunggu hasil operasi tentara Filipina yang ‘mengepung’ persembunyian kelompok Abu Sayyaf.

“Kita serahkan dulu lah kepada pemerintah Filipina. Dia sudah kerahkan pasukannya dan intelejennya 6 ribu -7 ribu (pasukan) loh. Kita percayakan dulu. Saya minta tiap hari diberikan laporan sama mereka,” kata Menhan Ryamizard Ryacudu saat menghadiri open house di Istana Wapres, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (6/7/2016).

Dari laporan otoritas Filipina, seluruh WNI yang disandera masih dalam keadaan sehat. Pemerintah RI masih dalam posisi memonitor perkembangan hasil operasi Filipina.

Ditanya mengenai keputusan pemerintah mengerahkan TNI masuk ke Filipina, Menhan mengatakan masih memerlukan koordinasi untuk memenuhi prosedur yang diberlakukan Filipina.

“Ada prosedur. Apa yang harus ditaati, Enggak boleh sembarangan yah, walaupun kita sudah diberi kesempatan,” kata Ryamizard.

Untuk tahapan awal, pemerintah RI dan Filipina menyepakati latihan militer dan patroli laut bersama. Bulan ini diharapkan kesepakatan itu dapat dilaksanakan.

“Patroli laut kan sudah di-acc (disetujui), tinggal latihan. Harus latihan, walaupun ada apa harus latihan. Kalau enggak latihan babak belur, semrawut. Ada prosedurnya harus apa yang dilakukan. Kalau ketemu apa harus bagaimana,” ujar Ryamizard.

Sumber : detik

Tujuh WNI disandera Abu Sayyaf, Ryamizard: Menhan Filipina minta saya tidur enak saja

LENSAINDONESIA.COM: Menteri Pertahanan (Menhan) RI Ryamizard Ryacudu menyampaikan hasil koordinasinya dengan Kementerian Pertahanan Filipina soal 7 warga negara Indonesia (WNI) yang disandera kelompok bersenjata Abu Sayyaf.

Ryamizard menyampaikan, bahwa saat ini pihak Pemerintah Filipina masih berupaya membebaskan 7 WNI yang semuanya berkerja sebagai anak buah kapal (ABK) itu.

Kata dia, Menteri Pertahanan Filipina yang baru dilantik meminta ia memercayakan penyelesaian masalah ini kepada mereka.

“Terakhir hari Senin dalam keadaan baik. Saya berkoordinasi terus dengan Menhan yang baru, Menhan yang baru minta saya tenang dan tidur enak saja,” kata Ryamizard di Istana Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (06/07/2016).

Ryamizard mengungkapkan, pemerintah Filipina telah mengepung lokasi yang diduga sebagai titik persembunyian tentara militan. Ribuan tentara telah dikerahkan memonitor wilayah itu.

Sementara itu, tentara Indonesia diminta tidak ikut campur dalam aksi yang dilakukan militer Filipina. Mantan Kepala Staf Angkatan Darat itu mengatakan, operasi tiga negara yang disepakati belum dilaksanakan.

Operasi itu harus melalui berbagai tahapan seperti latihan dan lainnya. “Tidak bisa ujug-ujug, babak belur nanti. Tahap-tahapnya harus ada,” kata dia.

Pemerintah akan memercayakan operasi ini kepada Pemerintah Filipina. Koordinasi antar pemerintah dan militer terus dijalin kedua negara.

“Kita serahkan dulu lah kepada Pemerintah Filipina. Dia sudah kerahkan pasukan dan intelijen sampai 7ribu orang loh. Kita percayakan dulu. Saya minta tiap hari diberikan laporan sama mereka,” ucap Ryamizard.




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia