TRANSLATE

Panglima TNI Beberkan 7 Langkah Negara Lain untuk Kuasai Indonesia

Rabu, 5 April 2017

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengingatkan untuk waspada terhadap disintegrasi bangsa dan jangan sampai terpecah belah. Gatot juga mengingatkan agar Indonesia tidak lengah, sehingga tidak mudah dikendalikan oleh negara lain.

“Kita harus waspada terhadap disintegrasi bangsa dan jangan sampai terpecah belah. Justru harus jadi contoh dalam keberagamaan, bahasa, suku, adat dan budaya. Tetapi kalau kita lengah, dapat dikendalikan oleh negara lain,” kata Gatot dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Selasa (4/4).

Gatot kemudian memaparkan tujuh langkah yang bisa dlakukan negara lain untuk menguasai Indonesia. Ketujuh cara tersebut adalah, menghancurkan perekonomian nasional. Kemudian, mereka juga bisa menggunakan cara kedua, yakni melemahkan ketahanan pangan.

Cara lain yang bisa dilakukan adalah menguasai arus informasi dan menghancurkan moral. Keempat, mereka mencoba menguasai Indonesia dengan cara memengaruhi gaya hidup dan perilaku.

“Kelima, marakkan industri seks, narkoba dan miras. Keenam, lemahkan fungsi keluarga maupun sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara, dan ketujuh, tumbuhkan faham radikal dan separatisme serta ciptakan friksi di mata masyarakat,” kata Gatot.

Gatot kemudian memgingatkan untuk selalu mengamalkan dan mengimplementasikan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebab, menurut dia, Indonesia kuat karena mempunyai Pancasila yang menjadi dasar negara.

“Saya yakin dengan hal itu kita punya pondasi yang kukuh dalam menghadapi setiap permasalahan yang ada, serta bisa percaya diri menyongsong masa depan,” ujarnya.

.

Panglima TNI Singgung Definisi Terorisme dalam Undang-Undang Belum Memadai

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTAPanglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo, mengingatkan kekayaan sumber daya alam bukan hanya menjadi kelebihan Indonesia, tetapi bisa juga menjadi ancaman.

Menurutnya, tidak sedikit negara yang diinvasi karena sumber daya alamnya.

“Saat ini negara Indonesia sudah masuk dalam grand strategy konflik dunia dan sudah menjadi isu global, mengingat Indonesia memiliki banyak sumber daya alam yang melimpah termasuk pangan dan energi,” ujar Panglima TNI dalam keterangannya.

Hal tersebut diungkapkan Jenderal Gatot di hadapan 671 Calon Siswa Sekolah Staf dan Komando (Sesko) TNI Dikreg XLIV dan Perwira Siswa (Pasis) Sesko Angkatan Tahun 2017.

Acara berlangsung di Graha Adi Brata, Bandung, Jawa Barat, Senin (3/4/2017).

Panglima TNI mengingatkan satu modus yang bisa dimanfaatkan pihak asing untuk menginvasi Indonesia melalui aksi terorisme.

Kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) adalah kelompok yang sudah masuk ke Indonesia.

Kelompok tersebut diketahui berencana akan membuat basis di Asia Tenggara.

“Bahwa posisi ISIS di Suriah dan Irak sudah semakin terdesak dan tidak aman lagi, sehingga mereka menyusun basis kekuatan di Asia Tenggara,” ujarnya.

Jika aksi teror tidak bisa ditangani Indonesia, maka kesempatan itu akan dimanfaatkan pihak asing untuk masuk dengan membawa serta kekuatan militer mereka.

Pada akhirnya pihak asing itu akan menguasai, dan pihak asing itu akan menguasai segala sumber daya di tanah air.

“Setelah mereka masuk, maka akan terjadi konspirasi dan negosiasi yang menguntungkan mereka, karena ikut memerangi teroris di Indonesia,” katanya.

Dalam kesempatan tersebut, Gatot Nurmantyo mengingatkan sejumlah kekurangan yang masih dimiliki Indonesia dalam menangani aksi teror.

Satu di antaranya Undang-Undang Nomor 15 tahun 2003 tentang pemberantasan tindak pidana terorisme.

“Di Indonesia, Undang-Undang Terorisme adalah kejahatan tindak pidana, sehingga menjadikan tempat paling aman bagi teroris,” ujarnya.

Menurut dia, definisi terorisme harusnya lebih luas.

“Seharusnya definisi terorisme adalah kejahatan terhadap negara yang dapat merusak sendi-sendi kehidupan bahkan mengancam kedaulatan negara,” katanya.




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia