TRANSLATE

Ryamizard dan Menhan se-ASEAN Bertemu PM Singapura

Sabtu, 10 Februari 2018

Singapura – Menteri Pertahanan se-ASEAN, termasuk Menhan RI Ryamizard Ryacudu melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Long. Pertemuan itu digelar sebelum acara ASEAN Defense Minsters’ Meeting (ADMM) Retreat resmi dimulai.

Pertemuan itu mengambil tempat di Changi Exhibition Center, Singapura, Selasa (6/2/2018) siang waktu setempat. Seluruh menteri pertahanan di negara yang tergabung dalam ASEAN hadir di lokasi.

Selain Ryamizard, tampak Menhan Malaysia Hishammudin Hussein. Ryamizard dan Hishammudin tampak sangat akrab dalam pertemuan.

Seluruh Menhan ASEAN, selain Singapura, hadir lebih dulu di ruang pertemuan. Tak lama, PM Singapura Lee Hsien hadir didampingi menteri pertahanannya, Ng Eng Hen. Lee lalu menyalami seluruh pejabat menteri pertahanan yang hadir, termasuk Ryamizard.

“Pak Ryamizard,” kata Lee menyapa.

Pertemuan itu berlangsung tertutup dan diagendakan berakhir setelah 30 menit berlangsung.

ADMM Retreat ini mengambil tema ‘Strengthening Cooperation Building Resilience’ atau memperkuat kerjasama membangun ketahanan. ADMM Retreat di Singapura ini sendiri dijadwalkan berlangsung sampai 7 Februari 2018 besok.

Sumber:  https://news.detik.com

.

Menhan 6 Negara ASEAN Sepakati Kerja Sama ‘Our Eyes’

Singapura: Menteri Pertahanan dari enam negara ASEAN mendeklarasikan ‘joint statement’ mengenai kerja sama ‘Our Eyes’. Kesepakatan tersebut dilakukan dalam ASEAN Defense Ministers Meeting (ADMM) di Singapura, Rabu, 7 Februari 2018.

Hadir dalam penandatanganan kesepakatan, Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu, Wakil Menteri Pertahanan Brunei Darussalam Halbi Mohd Yusof, dan Menteri Pertahanan Malaysia Hishammudin Tun Hussein.

Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen, Menteri Pertahanan Menteri Pertahanan Philipina Delfin N Lorenzana, dan Menteri Pertahanan Thailand Prawit Wongsuwan juga ikut menandatangani.
 
Kesepakatan tersebut didasari atas persamaan konsep pada sistem serta mekanisme pengamanan, pengawasan, serta penanganan terhadap berbagai bentuk ancaman dan tantangan terorisme.

“Ide-ide atau gagasan radikal yang mereka (teroris) sebarkan sudah cukup mengkhawatirkan,” kata Ryamizard, seperti dilansir Antara, Rabu, 7 Februari 2018.

Berangkat dari permasalahan tersebut, kata Ryamizard, komitmen yang disepakati adalah menjaga stabilitas keamanan terutama di level kawasan.

Menhan melanjutkan, bentuk komitmen kesepakatan tersebut berfokus pada kerja sama melalui pertukaran informasi strategis (strategic information exchange) keenam negara tersebut.

“Kerja sama trilateral untuk mendekteksi keberadaan teroris dan juga meniadakan perompak-perompak trilateral yang selama ini mengganggu stabilitas keamanan ASEAN,” ujar Menhan.

Pernyataan bersama ini, kata Menhan, bertujuan merevisi pertukaran informasi strategis yang sebelumnya digunakan dalam Trilateral Cooperative Arrangement (TCA). ‘Our Eyes’ ini merupakan pengembangan dari TCA.

“Kita ingin menangani berbagai bentuk ancaman terhadap keamanan di domain maritim,” kata Ryamizard.

.

Menhan: Perlu Komitmen Bersama Hadapi Ancaman Terorisme dan Radikalisme

abar24.com, JAKARTA–Kementerian Pertahanan menekankan adanya komitmen bersama dalam menghadapi ancaman terorisme dan radikalisme.

Saat ini semua negara di kawasan dan di berbagai belahan di dunia (across the globe) sedang menghadapi potensi ancaman yang sangat-sangat nyata. Potensi ancaman tersebut yaitu terorisme dan radikalisme generasi ketiga paska Al-Qaeda dan paska DAESH yang telah dihancurkan di Irak dan Syria, Timur Tengah.

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan penanganan ancaman ini memerlukan komitmen dan tindakan bersama yang konkret dan serius.

“Kelompok DAESH Divisi Asia Timur yang berbasis di Asia Tenggara ini memiliki jaringan serta kegiatan yang tersebar dan tertutup. Setelah terdesak dari Timur tengah, maka kawasan Asia Tenggara, khususnya Filipina Selatan dan Laut Sulu telah dipilih untuk dijadikan sebagai salah satu basis kekuatan ISIS yang telah ikut memicu aksi-aksi teror lain di kawasan Asia Tenggara,” ucapnya, mengutip keterangan resminya, Kamis (8/2).

Belajar dari pengalaman di Filipina Selatan, lanjutnya, Indonesia juga menyadari bahwa penanganan terorisme tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri tetapi harus dilakukan bersama-sama serta melibatkan mitra-mitra dikawasan.

Hal ini dilandasi fakta bahwa jaringan terorisme yang ada selama ini telah lama terbangun melalui jaringan-jaringan global dan tidak mengenal batas negara (borderless), sehingga untuk mengatasinya juga dibutuhkan pemikiran-pemikiran yang bersifat global pula.

Selain itu diperlukan penanganan kolektif dan tindakan bersama-sama melalui kolaborasi kapabilitas dan interaksi antar negara yang intensif, konstruktif dan konkrit.

Indonesia bersama Malaysia dan Filipina telah terlebih dahulu melaksanakan kegiatan kerja sama yang konkrit antara lain kerja sama Trilateral di Laut Sulu dengan kegiatan patroli terkoordinasi di laut dan udara.

Ke depannya, kerja sama itu akan dilanjutkan dengan patroli terkordinasi di darat yang kesemuanya ditujukan untuk membendung dan mengeliminir pengaruh dan infiltrasi DAESH dan segala bentuk aksi terorisme dan radikalisme yang berusaha masuk ke kawasan Asia Tenggara.

Dia menekankan untuk mengantisipasi potensi ancaman tersebut, enam negara yaitu Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura, Fiipina dan Thailand sepakat untuk melaksanakan kerja sama baru dengan nama “Our Eyes.” 

Inisiatif ini merupakan kerjasama pertukaran Informasi strategis yang melibatkan unsur pertahanan atau militer dan jaringan intelijen secara terintegrasi.

Inisiatif ini telah diresmikan dan dideklarasikan dalam Joint Statement di Singapura pada Pertemuan Menteri-menteri Pertahanan ASEAN 2018 (ADMM Retreat). 

Konsep ini adalah murni kerjasama untuk mengatasi ancaman terorisme dan radikalisme di kawasan tanpa adanya agenda politik didalamnya.  

 




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia