TRANSLATE

Menhan: Pengadaan Alutsista Akan Disesuaikan dengan Ancaman Nyata

Rabu, 23 Januari 2019

JAKARTA, KOMPAS.com – Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan, pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) ke depan akan disesuaikan dengan ancaman nyata. Ancaman nyata tersebut, kata Menhan, bukan perang terbuka antar-negara. “Sejak awal saya sudah menyampaikan supaya alutsista disesuaikan dengan ancaman nyata,” kata Ryamizard dalam konferensi pers laporan akhir tahun Kementerian Pertahanan di Jakarta, Kamis (27/12/2018), seperti dikutip Antara. Ryamizard mengaku, sejak awal menjabat menteri, ia selalu menyampaikan bahwa perang terbuka yang melibatkan militer bukan ancaman nyata. “Jika menjadi nyata, mengganggu keutuhan negara, baru kita perang,” kata dia.

Menurut Ryamizard, ancaman yang benar-benar nyata saat ini adalah terorisme, bencana alam, pemberontakan, ancaman perbatasan, pencurian ikan, wabah penyakit, perang intelijen dan narkoba. Oleh karena itu, lanjut dia, pengadaan alutsista akan disesuaikan dengan ancaman-ancaman tersebut. “Kalau dulu masih saya sodorkan. Ke depan harus ada,” ujar dia. Dia mencontohkan dari sisi pertahanan menghadapi bencana, Indonesia harus memiliki alutsista mitigasi bencana alam, pencarian korban dan penyelamatan (SAR).

“Bagaimana bisa mengetahui potensi bencana alam, serta penanganan bencana. Misal, dengan pesawat, yang bisa mencapai titik bencana dalam hitungan jam sehingga korban jiwa bisa diminimalkan,” ucapnya. Kemudian dari sisi pertahanan terhadap wabah penyakit, Indonesia memiliki alat pendeteksi suhu tubuh manusia yang jumlahnya mencukupi, baik di pelabuhan dan bandar udara. “Jadi masalah alutsista untuk ancaman nyata ke depan harus dilaksanakan,” ujarnya, menegaskan.

.

Pembelian Alutsista Juga untuk Atasi Bencana

JAKARTA – Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu meminta ke depan alat utama sistem senjata (Alutsista) yang nanti dibeli TNI harus bisa digunakan untuk penanggulangan bencana. Hal itu dilakukan melihat banyaknya bencana yang terjadi di Indonesia pada tahun 2018.

Beberapa bencana yang terjadi di Indonesia dalam kurun 2018 ini diantaranya gempa bumi Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), gempa dan tsunami Palu, Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng) dan terbaru tsunami Selat Sunda yang menimpa Banten dan Lampung Selatan.

“Dari awal saya katakan, alutsista itu disesuaikan dengan ancaman. Kalau ancaman jauh ngapain beli yang besar-besar paling untuk demo-demo hari jadi TNI. Yang harus dibeli diadakan adalah yang nyata, bagaimana menghadapi teroris, mendeteksi jaur komunikasi, jalur logistik dan mengetahui bencana alam, itu harus dibeli,” kata Menhan Ryamizard Ryacudu di Jakarta, Kamis (27/12).

Selain pembelian alutsista, Menhan juga meminta pemerintah agar mengirim perwakilan untuk belajar menangani bencana ke luar negeri, tepatnya negara Jepang.

“Belajar dari yang lebih ahli di Jepang, pasti ada gunanya, paling tidak dalam beberapa jam kita pasti tahu kalau alatnya canggih-canggih. Ini pelajaran ke depan kita harus sesuaikan itu,” jelas dia.

Terpisah, Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Andika Perkasa memimpin langsung pemberangkatan 28 truk logistik untuk para korban tsunami di Selat Sunda.

Ke-28 truk yang diberangkatkan membawa logistik berupa air mineral 200 dus, mie instan 200 dus, biskuit 100 dus, susu bayi 100 dus, susu kental manis 50 dus, gula/kopi/teh 200 dus, pembalut wanita 50 dus dan pampers 100 dus.

“Untuk total nominal bantuan kemanusiaan masing-masing truk sebesar 145 juta rupiah. Jadi, untuk total nominal keseluruhan bantuan yang diberikan senilai 4 Miliar rupiah,” kata Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigjen TNI Candra Wijaya lewat keterangannya.

Sumber: http://www.koran-jakarta.com/




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia